Ruang Sekretariat BEM Kampus

Nadira, Sarah dan Evi, kembali ke ruang sekretariat BEM kampus dengan membawa pesanan Sasa,

tok, tok,tok

"assalamualaikum,"

Nadira mengucapkan salam.

"waalaikumussalam."

jawab Reza dan Sam bersamaan.

Nadira, Sarah dan Evi masuk.

"uda selesai Nadira?" tanya Reza.

"iya kak, ini mau dikasih ke mba' Sasa."

Reza dan Sam bingung kok Nadira memanggil Sasa dengan sebutan mba' bukan kakak.

"eh si ember bocor uda kembali," ucap Sam menyinggung Evi, tapi Evi terus berlalu mengikuti Nadira, tanpa memperdulikan ucapan Sam, karna dia tidak merasa kalau Sam sedang menyinggungnya.

"loh, aku dicuekin, awas aja kamu yah ember bocor, setelah ini tak kasih pelajaran."

belum Sam memberi pelajaran, ternyata Nadira, Sarah dan Evi sudah mendapatkan masalah.

Sam dan Reza terkejut mendengar suara Sasa yang sedang ngomel.

"loh Bik kok es batunya mencair sih, gak bisa buat dinginkan minumannya kalau begini, yang ada juga minumannya gak manis lagi karna tercampur air."

"maaf mba'" ucap Nadira, "tadi saya uda berusaha secepatnya, tapi karna kantinnya jauh dan udaranya panas jadi esnya cepat mencairnya."

"oh gitu yah, baru juga bibi pengganti uda berani jawab mahasiswa kamu yah, kamu gak tahu aku bendahara BEM, kalau aku gak suka, aku gak mau keluarin uang untuk gaji kamu."

Evi segera menjawab,

"maaf kak ya, ini teman saya, mahasiswa juga seperti kakak bukan pembantu seperti yang kakak kira, uda untung dia mau bantu beliin kakak es batu, bukan berterima kasih malah marah-marah."

"ini juga, kamu mahasiswa baru yah berani-beraninya jawab ucapan saya. lagiyan juga yah, mana mungkin dia ini mahasiswa, ga ada lah mahasiswa yang penampilannya seperti pembantu? jikapun benar, sejak kapan sih kampus ini menerima mahasiswa kayak ini, ini kan kampus mahal, memang kamu mampu bayar biaya kuliah, emang orang tuamu kerja apa hah, masak gak bisa beliin pakaian yang lebih baik dikit gitu.

atau jangan-jangan orang tuamu seperti di film meteor garden yang rela berhutang sana sini untuk masukin kamu ke kampus mahal, biar bisa menarik lelaki kaya dan merubah status? tapi gak mungkinlah ada lelaki yang tertarik dengan penampilan kamu kayak gini."

"wah kak, kata-kata kakak kebangetan yah, udah salah sangka, pakai fitnah pula, emang...

belum selesai Evi bicara Nadira segera menarik tangan Evi.

"uda Vi, uda gak usah di ladeni, biarin aja, kita gak perlu menjelaskan siapa kita kepada orang lain, seperti pesan sayyidina Ali bin Abi Tholib, "tidak perlu menjelaskan siapa kita kepada orang yang menyukai kita karna mereka tidak membutuhkannya dan tidak perlu menjelaskan siapa kita kepada orang yang tidak menyukai kita karna mereka tidak akan percaya." mungkin mba ini tidak menyukai penampilanku yang seperti ini Vi, wajar karna mba ini orang berada dan sangat memperhatikan penampilan, karna mba ini sudah tidak menyukaiku jadi jangan menghabiskan waktu kita untuk menjelaskan kepada dia siapa aku."

"maaf mba atas ketidak nyamanan nya, ini uang kembaliannya."

"apa, kok cuma kembaliannya, gak bisa, kan esnya gak bisa di minum jadi kamu juga harus ganti uang untuk beli esnya tadi dong!"

"maaf kak tapi aku gak punya uang untuk menggantinya"

"hah, uang lima ribu kamu gak punya, uda deh kamu pasti bukan mahasiswa,mana ada mahasiswa gak punya uang segitu."

"sudah kak biar aku yang ganti", Sarah menyodorkan uang lima ribu.

"tapi Sar aku gak mau berhutang Sar,"

"sudah cukup!" terdengar suara Farhan berucap dengan tegas. dia muncul tiba-tiba dari arah toilet dan ruangan itu seketika hening mendengar suara Farhan.

"Sasa, bukankah kamu tadi minta tolong kepada mereka, dan kamu tidak ada perjanjian bahwa jika esnya mencair mereka harus ganti?"

Sasa hanya terdiam.

"dan kamu juga, sebagai mahasiswa, kamu harusnya berani mengatakan kebenaran, tidak perlu takut hanya karena mereka lebih senior dari kamu". "paham semuanya?"

Farhan berkata dengan penuh penekanan.

"saya anggap masalah ini sudah selesai, dan kalian bertiga besok harus datang kesini lagi saat jam kuliah sudah selesai!."

"baik kak" jawab Nadira, Sarah dan Evi.

Farhan keluar ruang sekretariat BEM, diikuti oleh Sam dan Reza.

Sasa dan gengnya pun berlalu keluar sambil memandang penuh kebencian kepada Nadira, Sarah dan Evi.

Setelah semua orang keluar, Nadira Sarah dan Evi pun beranjak keluar menuju kelas mereka karna sebentar lagi mata kuliah mereka akan dimulai.

"maaf ya Ra, gara-gara aku kamu gak jadi sholat"

" ga papa Vi kan cuma sholat sunnah, membantu sesama juga kan sebuah kebaikan, dan setiap kebaikan yang dilakukan karena Allah akan dinilai sebagai ibadah bukan hanya sholat saja yang ibadah, aku ikhlas membantu karena Allah dan semoga Allah mencatatnya sebagai ibadah."

"aamiin" jawab Evi.

"makasih ya Ra, makasih ya Sar."

"sama-sama Evi" jawab mereka serempak.

Mereka berjalan sambil merangkul satu sama lain dengan Nadira berada di tengah.

Nadira sangat terharu, bisa bertemu lagi dengan Sarah temannya satu-satunya sejak SMA, dan sekarang dia mendapatkan lagi satu teman yang memberi warna karna kelucuan dan ceplas ceplosnya, Nadira sangat bersyukur karna Allah mengirim dua orang yang mau berteman dengannya tanpa membedakan penampilan.

Selama ini kebanyakan teman-teman Nadira menjauhinya bahkan tidak mau berbicara kepadanya karena penampilannya yang kampungan mereka merasa malu jika berteman dengan Nadira, dan Nadira pun cukup tahu diri, oleh sebab itu dia lebih suka menghabiskan waktu istirahat dengan menyendiri di perpustakaan untuk membaca atau di mushollah untuk sholat dan membaca alqur'an.

Setelah sampai di depan kantin mereka berpisah, Nadira dan Evi pergi gedung C kampus, dan Sarah pergi ke gedung A. mereka menuju kelas mereka masing-masing untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya.

Saat Nadira dan Evi masuk ke ruang kelas, mereka langsung di sambut tatapan sinis Wanda dan teman-temannya.

"kirain cuma pakaiannya aja yang kampungan ternyata perilakunya juga kampungan," ucap Bela dengan suara lantang dan dengan intonasi yang mengejek.

"iya makanya sadar diri, orang kampung gak usah lah sok-sok ingin kuliah, bagusnya di kampung aja, bercocok tanam." lanjut Sophia.

Mereka tertawa mengejek Nadira.

Entah apa salah Nadira, sehingga mereka sangat tidak menyukainya.

Mendengar mereka mengolok-olok Nadira, Evi pun tidak tahan lagi, dia sengaja berbicara dengan nada yang keras,

"wah saya sih salut sama orang kampung, kalau gak ada orang kampung, gak bakalan ada orang kota, kalau orang kampung gak nanam padi, gak bakalan ada beras, orang kota gak bakalan bisa makan nasi, jadi menurutku sih orang kampung itu hebat-hebat."

"eh teman-teman ternyata ada yang mau jadi orang kampung juga nih di kelas kita, hahahahaha" Bela tertawa.

"ya iyalah Bel, kan dia temenannya sama orang kampung mulu, makanya ikutan kampungan juga" sambung Shopia.

"hahahaha" mereka tertawa semakin keras.

Evi berdiri dan hendak menjawab lagi, tapi dicegah oleh Nadira.

"udahlah Vi ga da gunanya meladenin mereka, gak bakalan ada habisnya, mending kita gunain waktu kita untuk membaca, kalau gak diladeni mereka bakal diem sendiri, gak mungkinlah mereka sanggup ngomong berjam-jam."

"bener juga kamu Ra, kita tunggu aja seberapa lama mereka sanggup tertawa," hihihi Evi geli sendiri. Rasa kesalnya hilang setelah mendengar ucapan Nadira.

Nadira bukannya tak sakit hati mendengar ucapan mereka, tetapi dia sudah terbiasa diperlakukan seperti itu, jadi dia pun sudah bisa mengatur emosinya, dan tahu cara untuk mengahadapi orang-orang seperti Bela dan Sophia.

"Shop ga ada suara orang kampung lagi?"

"iya Bel, uda sibuk bercocok tanam."

"hahaha" mereka masih asyik mengolok-olok Nadira dan Evi.

"stop deh, kalian ini gak bisa diem apa, bentar lagi dosen mau masuk, jangan bikin gaduh, nanti dosennya marah." mendengar suara Wanda yang tegas, mereka langsung terdiam.

Wanda sebenarnya juga tidak menyukai Nadira, tapi dia bukanlah tipe orang yang suka membuli atau mengolok orang lain, dan dia juga tidak suka dengan orang yang suka membuli, karna baginya orang suka membuli adalah orang yang iri hati dengan orang yang dibuli. Dan iri adalah tanda tak mampu. makanya meskipun dia tidak menyukai Nadira, dia tidak pernah membuli ataupun mengolok Nadira.

Evi berbisik kepada Nadira,

"tumben Ra, si Wanda belain kita, mimpi apa yah dia semalam?"

"hush", Nadira meletakkan jari telunjuknya di bibirnya,

"udah Vi, mending kita fokus baca aja yuk."

Evi pun memanyunkan bibirnya, karna Nadira tidak meladeni omongannya.

Episodes
1 Perpustakaan
2 Rumah
3 Keluarga
4 Keluarga 2
5 Kampus
6 Teman
7 Mulut Bebek Ember Bocor
8 Dipanggil Bibi'
9 Ruang Sekretariat BEM Kampus
10 Komputer Perpus
11 Evi dan Sarah
12 Masa SMA
13 Emak Susi
14 Mendaftar Madrasah Aliyah
15 Susi Galau
16 Janji Nadira
17 Kuli Angkut
18 Singkong Rebus
19 Terima Kasih Evi
20 Membersihkan
21 Nasi Bungkus
22 Rencana Pak Heru
23 Diskusi Keluarga
24 Kerja
25 Lelah
26 Sakit
27 Di Mushollah
28 Uang 10.000
29 Kak Risma
30 Mulai Terbuka
31 Acara Pengajian
32 Nabil
33 Permintaan Kak Reza
34 Cerita Dalam Kertas
35 Sam / Samsudin
36 Dendam Sasa
37 Tanggung Jawab Reza
38 Snack Box
39 Kehangatan Sore
40 Dosa Pergi
41 Tangis Nadira
42 Reihan
43 Pertemuan Naufal Nabil
44 Air kelapa Muda
45 Menenangkan Reihan
46 Gagal Piknik
47 Kekaguman Farhan
48 Nadira dan Farhan
49 Tawaran
50 Fisik Vs Hati
51 Mama Sarah
52 Ke Rumah Nadira
53 Nadira Sakit
54 Sam dan Evi
55 Handphone
56 Best Friend
57 Farhan tahu
58 Nadira pingsan
59 Perhatian Farhan
60 Pertemuan Farhan dan Pak Heru
61 Adzan yang Sama
62 Pisau Bermata Dua
63 Secret Fans
64 Keripik Singkong
65 Memberi Keripik
66 Mama Reihan
67 Sukses Piknik
68 Rumah Reihan
69 Mengagumi Dalam Diam
70 Tutup Telinga
71 Sakit Pak Heru
72 Ke Rumah Sakit
73 Dukun Seri
74 Ke Rumah Sakit Lagi
75 Mencari
76 Ruang Operasi
77 Selesai Operasi
78 Diantar Farhan
79 Menggantikan
80 Mengunjungi
81 Kedatangan Teman Guru
82 Biaya Perawatan
83 Menggadaikan Mahar
84 Pulang
85 Rencana Pak Anwar
86 Kedatangan Tamu
87 Ikan Asin
88 Toko Obat
89 Obat Herbal Cina
90 Kakek Penjual Keripik
91 Membantu Berjualan
92 Tawaran Farhan
93 Upacara
94 Akhirnya
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Perpustakaan
2
Rumah
3
Keluarga
4
Keluarga 2
5
Kampus
6
Teman
7
Mulut Bebek Ember Bocor
8
Dipanggil Bibi'
9
Ruang Sekretariat BEM Kampus
10
Komputer Perpus
11
Evi dan Sarah
12
Masa SMA
13
Emak Susi
14
Mendaftar Madrasah Aliyah
15
Susi Galau
16
Janji Nadira
17
Kuli Angkut
18
Singkong Rebus
19
Terima Kasih Evi
20
Membersihkan
21
Nasi Bungkus
22
Rencana Pak Heru
23
Diskusi Keluarga
24
Kerja
25
Lelah
26
Sakit
27
Di Mushollah
28
Uang 10.000
29
Kak Risma
30
Mulai Terbuka
31
Acara Pengajian
32
Nabil
33
Permintaan Kak Reza
34
Cerita Dalam Kertas
35
Sam / Samsudin
36
Dendam Sasa
37
Tanggung Jawab Reza
38
Snack Box
39
Kehangatan Sore
40
Dosa Pergi
41
Tangis Nadira
42
Reihan
43
Pertemuan Naufal Nabil
44
Air kelapa Muda
45
Menenangkan Reihan
46
Gagal Piknik
47
Kekaguman Farhan
48
Nadira dan Farhan
49
Tawaran
50
Fisik Vs Hati
51
Mama Sarah
52
Ke Rumah Nadira
53
Nadira Sakit
54
Sam dan Evi
55
Handphone
56
Best Friend
57
Farhan tahu
58
Nadira pingsan
59
Perhatian Farhan
60
Pertemuan Farhan dan Pak Heru
61
Adzan yang Sama
62
Pisau Bermata Dua
63
Secret Fans
64
Keripik Singkong
65
Memberi Keripik
66
Mama Reihan
67
Sukses Piknik
68
Rumah Reihan
69
Mengagumi Dalam Diam
70
Tutup Telinga
71
Sakit Pak Heru
72
Ke Rumah Sakit
73
Dukun Seri
74
Ke Rumah Sakit Lagi
75
Mencari
76
Ruang Operasi
77
Selesai Operasi
78
Diantar Farhan
79
Menggantikan
80
Mengunjungi
81
Kedatangan Teman Guru
82
Biaya Perawatan
83
Menggadaikan Mahar
84
Pulang
85
Rencana Pak Anwar
86
Kedatangan Tamu
87
Ikan Asin
88
Toko Obat
89
Obat Herbal Cina
90
Kakek Penjual Keripik
91
Membantu Berjualan
92
Tawaran Farhan
93
Upacara
94
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!