Hari ini Nadira masuk kuliah jam 09.20 jadi dia bisa berangkat dari rumah bareng dengan bapak, ibu dan adiknya, jika masuknya jam 07.30 biasanya Nadira berangkat lebih dulu, karna jarak dari kampus ke rumahnya 1 jam lebih dengan berjalan kaki.
Nadira pergi ke kampus dengan berjalan kaki setiap hari, capek pasti, tapi bukan Nadira jika menyerah hanya karena rasa capek. Sebelum Nadira mulai kuliah pak Heru dan bu Rita sudah menjelaskan kepada Nadira, dan Nadira pun sudah sadar dengan kondisi keuangan keluarga mereka, jangankan untuk ongkos, uang jajan pun tidak ada. Karena kuliah adalah keinginannya maka dia harus berjuang untuk menggapainya.
Hari pertama kuliah, Nadira berjalan dari rumah ke kampus dengan menggunakan sepatu, dan setelah sampai rumah kaki Nadira melepuh, karna harus berjalan jauh dengan menggunakan sepatu, kemudian bu Rita memberi saran agar perginya menggunakan sandal jepit saja, jadi nyaman untuk berjalan, kalau sudah hampir sampai baru ganti sepatu. Awalnya Nadira menolak karna malu, tapi bu Rita memberi pengertian kepada Nadira bahwa malu itu jika berbuat salah, sedangkan Nadira kan tidak salah karna pakai sendalnya di luar area kampus, kalau mau masuk kampus sandal jepitnya diganti sepatu.
"malu dilihatin orang bu." kata Nadira.
"emang kalau pakai sepatu Nadira ga dilihat orang, pakai sepatu atau pakai sendal kan sama-sama dilihat orang, toh juga ga menyakiti orang lain, emang kalau pakai sendal mata orang yang melihat sakit? gak kan. jadi terserah orang mau lihat atau enggak, mereka melihat juga paling sehari dua hari, enggak mungkin lah dilihatin setiap hari kan mereka juga ada pekerjaan." Begitulah percakapan mereka saat itu.
Sehari dua hari Nadira memang merasa risih, tapi setelah setiap hari akhirnya Nadira terbiasa dan tak perduli lagi dengan penglihatan orang lain, yang terpenting dia tidak menyakiti orang lain dan dia merasa nyaman.
Nadira sudah sampai di bawah pohon tempat dia biasa mengganti sendal jepitnya. Dia duduk sebentar, sambil meluruskan kakinya. waktu awal-kuliah belum ada kursi di tempat itu, tapi setelah dia sering beristirahat di sana barulah ada kursi panjang, jadi dia bisa duduk agak lama untuk mengistirahatkan kakinya yang penat setelah berjalan 1 jam lebih.
Setelah memakai sepatu Nadira segera beranjak menuju kampus, dan seperti biasa seorang lelaki terus mengawasi Nadira dan mengikutinya agak jauh, tapi Nadira tidak pernah menyadarinya.
sampai di kelasnya Nadira segera mengucap salam.
"Assalamualaikum"
Belum banyak orang yang datang karna jam kuliahnya masih 20 menit lagi baru dimulai.
"Waalaikum salam" jawab Evi, teman Nadira yang duduk di samping Nadira, mereka selalu duduk di barisan depan, khususnya Nadira, dia ga senang kalau duduk di belakang, karna badan Nadira yang tidak terlalu tinggi akan terhalang orang di depannya dan suara dosen juga agak kurang jelas. Jadi Nadira akan datang duluan agar bisa memilih kursi depan, karna kuliah tidak seperti sekolah, yang kelasnya mantap di satu tempat, kalau kuliah kelasnya berpindah-pindah sesuai mata kuliah dan dosen jadi kursinya juga tidak bisa mantap, siapa cepat dia dapat.
"tumben Vi cepat datang ke kelas, biasanya juga kalau uda mau masuk baru datang?" sapa Nadira kepada Evi.
Evi dari luar kota, jadi dia ngekos didekat kampus. paling jalan 5 menit uda sampai.
"kan aku hari ini persentasi Ra, jadi ga boleh ngos-ngosan, kalau datangnya pas mau masuk, belum sempat mengatur nafas uda maju aja, bisa kelabakan akunya Ra..."
"hehehe nah kan bisa datang ke kampus agak cepat, tiap hari aja kayak gini Vi jadi aku ada temennya."
"emmm giimana yah Ra, males, mau ngapain aku cepat-cepat ke kampus?"
"yah nemenin aku lah Vi"
"nemenin kamu, ogah ah Ra, ntar aku jadi obat nyamuk aja kamu baca buku. Mana kalo baca buku fokus banget, ga bisa diajak ngobrol."
"ya kamunya ikut baca juga, kayak hari ini, kan bisa."
"hehehe iya ya Ra siapa tahu ketularan aku pintarnya kamu."
"emang pinter bisa ditulari ya Vi? pinter mah ga bisa ditulari Vi, yang bisa ditulari itu kebiasaan, kalau kita bergaulnya sama orang yang suka tidur kita juga bakal suka tidur, tapi kalau kita bergaulnya sama orang yang suka baca, maka kita pun akan suka baca, kalau banyak baca jadi kita akan banyak tahu, kan buku jendelanya dunia, akhirnya kita jadi pinter betul ga?"
"hadew kalau udah ngomong sama Nadira, bawaannya serius mulu, ada aja ceramahnya,"
"tapi kamu suka kan Vi?"
"iya sih jadi aku ga perlu baca cukup dengar dari kamu aja, hahahahahah"
Nadira hanya geleng kepala melihat kelakuan temannya yang satu ini.
Nadira cukup dekat dengan Evi, karna hanya Evi yang mau banyak bicara dan tidak malu berjalan dengan Nadira. Jadi Nadira pun bisa membuka diri dengan Evi. Sedangkan teman Nadira yang lain bukan tidak mau berteman, tapi mereka menjauhi Nadira karna penampilan Nadira yang kampungan, Nadira hanya memakai pakaian seadanya, selagi masih bisa dipakai dan menutup aurat Nadira tidak perduli jika dianggap kampungan ataupun ketinggalan jaman.
Tuk.. tuk... tuk... terdengar suara hak sepatu yang berjalan mendekat. Tidak lama setelahnya muncullah winda dan teman-temannya. Mereka asyik bercanda sambil berjalan, tapi setelah melihat Nadira, tawa mereka menghilang tanda tak suka.
Winda teman sekelas Nadira yang kepintarannya sama dengan Nadira, tapi winda anak dari orang tua yang berada, jadi dia berpakaian modis dan selalu berdandan, siapa pun yang melihat akan kagum dengan penampilannya, Winda bisa dikatakan mahasiswa yang perfeksionis, dia tidak suka dengan penampilan Nadira yang kampungan dan terlebih Nadira memberi pertanyaan yang sulit ia jawab saat dia persentasi, dia menjadi sangat tidak suka dan seperti memiliki dendam kesumat terhadap Nadira.
Nadira bukan tidak menyadari hal itu, tapi selama Winda tidak merugikannya dia tak akan ambil pusing. Winda tidak pernah mengejek ataupun menghina Nadira, tapi saat melihat Nadira dia selalu menghindar dan menunjukkan muka tidak senang juga selalu mengajak teman-temannya menjauh dari Nadira, bahkan Evi pun mereka jauhi karna berteman dengan Nadira. Nadira pernah meminta Evi untuk tidak terlalu dekat dengannya karna Nadira tidak enak hati, karna dia Evi juga dikucilkan. tapi Evi menolak karna Evi lebih nyaman berteman dengan Nadira dibandingkan Winda dan teman-temannya.
"Guys kita duduk di belakang aja yuk, ga enak duduk di depan nanti mataku sakit," ucap Winda kepada teman-temannya.
"emm mulai tuh Ra si Winda!"
"udah Vi biarin aja, kan bagus mereka duduk dibelakang jadi ga gangguin kita. udah yuk kamu baca lagi materi persentasi biar bisa lancar menjelaskannya!"
"iya ya Ra, nanti kalau aku maju kamu jangan kasih soal yang sulit ya Ra, bila perlu nanti bantuin aku jawab kalau si Winda bertanya, dia kan suka unjuk diri dengan menjatuhkan orang lain,"
"hush! ga boleh suudzon Vi, doain aja biar dia ngasih pertanyaan yang mudah!"
"amiin" jawab evi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments