Sejak saat itu mereka bertiga pun menjadi teman dekat, saat istirahat mereka selalu bersama dan menceritakan kehidupan mereka masing-masing, jadi mereka pun saling mengenal satu sama lain, terkadang Sarah ikut ke rumah Nadira atau Susi, ataupun Susi dan Nadira yang ikut Sarah ke rumahnya.
Begitulah sampai akhir semester. Mereka masih berada dalam satu kelas yang sama.
Dan saat mulai semester kedua, semua kelas satu di panggil ke aula untuk mendapatkan penjelasan jurusan yang harus mereka pilih. Karna kelas 2 MA mereka sudah harus belajar sesuai jurusan yang mereka pilih.
"aduh giman nih Ra, Sar? coba gak usah pakai jurusan dulu yah, jadi aku gak usah bingung dulu."
"loh, justru bagus si, karna semakin cepat, kamu gak semakin bingung, jadi kamu sudah bisa mempersiapkan diri untuk masa depan Si."
"tapi ini demi keinginanku atau keinginan emak."
"kalau menurutku Si, kamu turutin aja dulu keinginan emakmu, karna nanti, kalau dari jurusan IPA insyaallah masih bisa untuk ke jurusan lainnya, tapi kalau uda ambil jurusan kejuruan, nanti gak bisa untuk masuk bidan, ini pendapatku loh Si" ucap Nadira.
"tapi kalau aku, mending kamu jelasin dari sekarang Si, waktu dua tahun mu untuk belajar, insyaallah akan banyak pelajaran yang di dapat, sayang kalau waktunya terbuang sia-sia Si. itu menurutku sih " ucap Sarah.
"lah kalian berdua kok malah kasih pendapat berbeda, jadi tambah bingung aku, mana pendapatnya masuk akal semua, aduh tambah galau aku...."
Nadira dan Sarah saling pandang dan tersenyum geli melihat Susi.
Saat pulang, Susi sudah memutuskan, dia akan bicara terus terang sama emaknya, jika dia tidak mau jadi bidan.
"mak,"
"emmm," jawab emak Susi.
"mak, Susi gak mau jadi bidan yah mak,"
"apa? kamu kan sudah emak bilang emak pingin punya anak bidan, kamu uda berani ngelawan emak yah sekarang."
"enggak mak, cuma Susi gak suka, harus ngerawat orang sakit, ngebantu orang beranak"
"banyak alasan kamu yah, pasti ini karna pengaruh Nadira yah, dia yang nyuruh kamu untuk ngebantah emak kan, sebelum berteman dengan Nadira kamu selalu menuruti perintah emak, tapi sekarang, awas kamu yah gak usah main lagi sama Nadira, besok gak usah pergi ke sekolah, kalau kamu gak mau jadi bidan, kamu gak usah sekolah lagi."
Susi hanya menangis mendengar omelan emaknya.
Keesokan harinya, Nadira menunggu Susi, di bawah untuk berangkat sekolah, tapi Susi tidak kunjung muncul.
Akhirnya Nadira mengetuk pintu rumah Susi,
"asaalamualaikum"
berkali-kali Nadira mengucap salam, tidak ada jawaban dari rumah, hanya terdengar suara Riri bicara.
Karna tidak di jawaban, Nadira pun turun.
Dia masih melihat ke atas, mungkin saja Susi turun.
Nadira berangkat sendiri, dengan pertanyaan di hatinya, kemana Susi dan kenapa gak keluar.
"Ra, kok sendiri? mana Susi ?" tanya Sarah.
Nadira hanya menggelengkan kepalanya,
"loh kan rumah kalian sangat dekat kok gak tahu?"
"iya Sar, tadi aku coba ketuk tapi gak da sahutan, hanya ada suara Tiri mengoceh sendiri."
"apa Susi sakit yah?"
"tapi kan kemarin dia sehat-sehat aja" jawab Sarah.
"iya juga yah."
"coba nanti siang kita ke rumahnya lagi yuk", ajak Sarah
"oke Sar".
Sepulang sekolah mereka ke rumah Susi,
"assalamualaikum"
tok, tok, tok,
tidak ada jawaban namun pintu terbuka pelan-pelan
Susi membuka pintu, dengan mata sembap.
"Susi" ucap Nadira dan Sarah bersamaan,
melihat kedua temannya, Susi kembali menangis.
"kamu kenapa Si? kamu sakit?" tanya Nadira.
Susi hanya menggeleng tapi dia terus menangis.
Mereka menepuk- nepuk bahu Susi untuk menenangkannya.
Setelah mulai tenang, Susi bercerita jika emaknya tidak mengizinkan dia sekolah lagi, karna dia tidak mau menjadi bidan.
Nadira dan Sarah hanya mendengar cerita Susi.
Mereka tidak tahu harus berkata apa.
"Sebaiknya kalian pulang saja, nanti kalau emak pulang, emak akan marah, selain emak gak boleh aku sekolah, emak juga melarang aku main sama kalian, aku minta maaf ya Nadira, Sarah." Susi melihat kedua sahabatnya bergantian, kemudian mereka bertiga berpelukan dalam tangis.
Setelah itu Nadira dan Sarah turun ke bawah, mereka masuk ke rumah Nadira.
"Ra, gimana yah si Susi?"
"gak tau juga Sar, kayak buah si malakama aja si Susi yah. Kita doain ajalah semoga allah memberi yang terbaik untuk Susi dan keluarganya."
"aamiin." jawab Sarah.
Selama seminggu itu Susi hanya di rumah saja, setiap hari Nadira melihat ke atas namun tidak nampak Susi akan keluar. Akhirnya Nadira menceritakan semuanya kepada bu Rita, sebenarnya bu Rita tidak suka mencampuri urusan orang lain, namun bu Rita tidak tega membiarkan Susi putus sekolah hanya karena keinginannya yang berbeda dengan emaknya.
Bu Rita pergi ke rumah Susi
"assalamulaikum jeng.."
"waalaikum salam" jawab emak Susi dengan wajah yang masam
"boleh saya masuk jeng?"
"silahkan!"
"Susi dimana jeng kok beberapa hari ini saya gak lihat?"
"ada di dalam main sama Riri. ada perlu apa yah bu?"
"enggak jeng, saya hanya mau bertanya kok Susi gak beranglat ke sekolah beberapa hari ini?"
"Susi berhenti sekolah bu, semua gara-gara anak ibu."
"maksudnya jeng?" bu Rita terkejut mendengar jawaban emak Susi.
"iya semuanya gara-gara Nadira anak ibu, Nadira sudah memberikan pengaruh yang tidak baik untuk anak saya, semenjak berteman dengan anak ibu Susi, sering membantah, sebelumnya apapun ucapan saya selalu di turuti, tapi sekarang dia sudah berani membantah perintah saya, saya tidak suka Susi berteman dengan anak ibu, selain itu anak ibu itu juga sering morotin Susi, setiap hari jajan ikut Susi, jadi selama Nadira ada di sekolah itu saya tidak mau Susi sekolah karna nanti ketularan terus sama Nadira."
"maaf jeng, mungkin ini cuma salah paham aja jeng."
"tidak, saya tidak salah paham, dan sebaiknya ibu nasihati anak ibu agar tidak memberikan pengaruh yang tidak baik kepada orang lain, cukuplah Susi yang terpengaruh, dan habis bulan ini saya minta ibu dan keluarga untuk pindah dari rumah saya, karna akan kami gunakan."
"maaf jeng" bu Rita meminta maaf dengan nada kebingungan.
"ibu kan seorang guru bu, tentu kata-kata saya sudah jelas dan tidak sulit untuk di mengerti, dan jika tidak ada urusan lagi silahkan ibu pulang, karna saya masih banyak pekerjaan!"
"maaf jeng, kalau begitu saya permisi dulu." pamit bu Rita.
"silahkan."
Bu Rita turun dari rumh emak Susi dengan perasaan terkejut, dia benar-benar tidak menyangka dengan pikiran emak Susi terhadap Nadira selama ini.
Setahu bu Rita, Nadira selalu mengajak Susi untuk belajar bersama, mengapa bisa Nadira memberikan pengaruh yang tidak baik untuk Susi, bu Rita tidak mengerti sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments