Masa SMA

Selesai sholat maghrib, mereka memainkan ponsel masing-masing, setelah bosan Evi pun mendekati Sarah,

"jadi kalian dulu teman saat SMA ya Sar?"

"iya Vi,"

"rumah kalian dulu berdekatan yah?"

"enggak Vi, bapakku kan pegawai bank, dulu ditugaskan kantor untuk buka cabang koperasi desa, dari pada harus bolak balik kan rumah jauh dari desa itu, kebetulan waktu itu kantor nyewa rumah 2 lantai untuk kantor, jadi yang bawah kantor koperasi yang atas buat tempat tinggal kami.

Desa itu dulunya juga tempat tinggalnya Nadira, kalau kami karena kantor kan lokasinya harus strategis, jadi kami di tengah desanya di dekat pasar, sedang Nadira di ujung desa, karna mereka harus mencari rumah kontrak yang lebih murah."

"Di desa itu juga cuma ada satu sekolah Vi, mulai dari Tingkat RA setingkat TK sampai MA setingkat SMA, sekolahnya juga gratis gak dipungut biaya sama sekali."

"Masak sih Sar? gak ada SPP?" Evi bertanya dengan nada terkejut.

"iya gak ada,"

"terus jalanin sekolahnya pakai duit dari mana kalau gak ada SPP?"

"yah nungguin dana dari pemerintah, itu pun tergantung jumlah muridnya kalau muridnya banyak, yah dana yang turun besar kalau sedikit yah dana yang turun pun sedikit, karna hitungannya per siswa. Dana itu pun keluarnya kadang 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali."

"Kalau operasional sekolah sih bisa diatur yah, tapi gaji gurunya gimana tu Sar?" tanya evi.

"nah itu dia Vi, kalau yang PNS kan enak, tiap bulan pasti gajinya dapet dari pemerintah, yang tidak mudah adalah para guru honorer, gajiannya yah nungguin dana yang 3 bulan atau 6 bulan itu."

"Kenapa gak pungut SPP aja sih Sar?"

"emmm gimana mau mungut SPP Vi, orang penghasilan mereka aja cuma cukup untuk makan perhari aja. Ada sih yang berlebih tapi gak seberapa."

"Kalau begitu sekolahnya pasti gurunya banyak yang PNS yah, jadi gak bingung lagi mikirin gaji gurunya."

"salah Vi yang PNS nya paling beberapa orang aja, namanya juga daerah terpencil, jarang ada yang mau, jalannya aja masih tanah merah, kalau hujan becek, dan kebanyakan guru yang PNS yah dari luar desa, kalau hujan mereka pada gak masuk, jadi di sekolah itu harus tetap ada guru honorernya, salah satunya bapak dan ibu nadira."

"oh jadi Nadira anak guru to?"

"iya"

"jadi berapa sih penghasilan mereka, harusnya banyak dong, kan ibu sama bapaknya guru? masak sih baju aja gak kebeli, yah nih ya aku lihat Nadira itu pakaiannya itu -itu aja gak ganti, aku hafal loh pakaiannya, kalau senin dia pakai baju warna hijau,

selasa warna coklat, rabu warna ungu, kamis warna pink, jum'at warna biru, kalau bawahan cuma dua warna, hitam sama coklat, jilbabnya juga, hitam sama coklat, kalau rok hitam jilbabnya hitam, kalau rok coklat jilbabnya coklat, pakaian Nadira itu uda kayak seragam aja, jadi cepet hafalinnya."

"Kamu ini Vi, perhatian banget yah sama Nadira,

bukan perhatian si Sar, yah karna dari pertama kuliah setiap minggu yah selalu begitu makanya hafal. udah gitu maaf nih Sar, kelihatan banget kalau pakaian uda lama. Kamu lihat juga kan tadi pas ketemu dia?"

"gak tahu ah, gak begitu memperhatikan akunya. Uda bisa ketemu Nadira, aku senang banget Vi. kalau aku sih maklum aja sih, kalau Nadira begitu, yah namanya guru honor Vi, di sekolah terpencil juga, gajinya gak seberapa, terus kalau dana pemerintah belum keluar yah gajinya nunggak juga."

"hah...." Evi tak percaya, "gaji kecil nunggak juga, terus makannya gimana Sar?"

"yah gak tau, kalau pas SMA Nadira gak pernah jajan, selalu bawa bekal dari rumah, kalau gak bawa bekal, yah gak makan, nah kalau dana belum keluar, pasti Nadira gak bawa bekal, dia lebih sering puasa senin, kamis, katanya untuk menghemat pengeluaran, bukan Nadira sendiri tapi adiknya juga."

"oh Jadi nadira punya adik?"

"iya cowok, tapi lebih terbuka dan lebih mudah bergaul, beda dengan Nadira. dulunya sih Nadira juga terbuka dan mudah bergaul malah lebih ceria di banding kami yang rezeki berlebih, tapi ada satu kejadian yang membuat Nadira menjadi tertutup dan tidak mudah bergaul, berteman dengan aku itu pun butuh waktu yang lama dan tidak terlalu dekat."

"satu kejadian????" Evi bengong.

flashback on

"alhamdulillah Nadira kita lulus Madrasah Tsanawiyah, (setara SMP sederajat) " ucap Susi, teman Nadira.

"alhamdulillah Si."

"yuk Nadira kita jajan di sana ada yang jual es sama gorengan aku laper,!"

"yuk" kata Nadira!

"terima kasih ya Nadira, karna bantuan mu aku bisa lulus, kalau kamu gak ngajakin aku belajar dan ngajari aku, pasti aku gak bakalan bisa lulus, " ucap Susi.

"ah kamu Si, biasa aja kali, aku seneng kok jadi aku belajar gak sendirian dan sambil ngejelasin sama kamu, aku sambil belajar juga mengulang pelajaran aku."

Mereka tertawa bersama, dan seperti biasa Susi membelikan es dan gorengan untuk Nadira juga, walaupun cuma dua biji gorengan dan segelas es, tapi Nadira sangat senang, bisa merasakan jajan semenjak berteman dengan Susi, sebelum berteman dengan Susi dia tidak pernah jajan, karna dia tidak pernah dapat uang jajan, tapi Susi selalu mentraktir Nadira setiap hari.

"yuk kita pulang Ra!" ajak Susi.

,"yuks."

mereka berjalan pulang sambil bercerita dan bercanda kadang melompat-lompat dan kadang bergandengan tangan.

"Ra aku naik dulu yah mau ganti baju, dan istirahat. nanti sore aku ke bawah ya!"

"oke si, aku tunggu deh."

"Nadira dan keluarganya menyewa rumah bawah milik keluarga Susi, sedangkan Susi dan keluarganya tinggal di rumah lantai atas, Nadira dan Susi seumuran jadi mereka sering bermain bersama, dan belajar bersama, pergi dan pulang sekolah pun selalu berbarengan.

Selesai sholat ashar Susi kebawah menemui Nadira,

"Ra, nanti kita daftar bareng yah ke Madrasah Aliyah nya, aku mau terus sama kamu Ra, kamu kan pinter jadi kalau aku gak bisa, kamu biaa jelasin".

"insyaallah Si, aku juga seneng kok bisa bareng sama kamu, aku seneng jadi aku ada temannya, semoga kita bisa jadi best friend forever yah Si"

"aamiin" jawab Susi.

"Susi, jagain adek kamu, emak mau masak nih!" teriak emak Susi dari lantai atas, "kamu jangan main aja dong, bantuin emak juga, kan ujiannya uda selesai, bantuin emak, keenakan kamu yah di biarin terus gak ngemong adeknya alasannya belajar, sekarang mau alasan apa lagi?"

"iya mak," jawab Susi dari bawah.

"Ra aku jemput adekku dulu yah, nanti kita main sama-sama dengan adekku yah.

"siap Si."

Episodes
1 Perpustakaan
2 Rumah
3 Keluarga
4 Keluarga 2
5 Kampus
6 Teman
7 Mulut Bebek Ember Bocor
8 Dipanggil Bibi'
9 Ruang Sekretariat BEM Kampus
10 Komputer Perpus
11 Evi dan Sarah
12 Masa SMA
13 Emak Susi
14 Mendaftar Madrasah Aliyah
15 Susi Galau
16 Janji Nadira
17 Kuli Angkut
18 Singkong Rebus
19 Terima Kasih Evi
20 Membersihkan
21 Nasi Bungkus
22 Rencana Pak Heru
23 Diskusi Keluarga
24 Kerja
25 Lelah
26 Sakit
27 Di Mushollah
28 Uang 10.000
29 Kak Risma
30 Mulai Terbuka
31 Acara Pengajian
32 Nabil
33 Permintaan Kak Reza
34 Cerita Dalam Kertas
35 Sam / Samsudin
36 Dendam Sasa
37 Tanggung Jawab Reza
38 Snack Box
39 Kehangatan Sore
40 Dosa Pergi
41 Tangis Nadira
42 Reihan
43 Pertemuan Naufal Nabil
44 Air kelapa Muda
45 Menenangkan Reihan
46 Gagal Piknik
47 Kekaguman Farhan
48 Nadira dan Farhan
49 Tawaran
50 Fisik Vs Hati
51 Mama Sarah
52 Ke Rumah Nadira
53 Nadira Sakit
54 Sam dan Evi
55 Handphone
56 Best Friend
57 Farhan tahu
58 Nadira pingsan
59 Perhatian Farhan
60 Pertemuan Farhan dan Pak Heru
61 Adzan yang Sama
62 Pisau Bermata Dua
63 Secret Fans
64 Keripik Singkong
65 Memberi Keripik
66 Mama Reihan
67 Sukses Piknik
68 Rumah Reihan
69 Mengagumi Dalam Diam
70 Tutup Telinga
71 Sakit Pak Heru
72 Ke Rumah Sakit
73 Dukun Seri
74 Ke Rumah Sakit Lagi
75 Mencari
76 Ruang Operasi
77 Selesai Operasi
78 Diantar Farhan
79 Menggantikan
80 Mengunjungi
81 Kedatangan Teman Guru
82 Biaya Perawatan
83 Menggadaikan Mahar
84 Pulang
85 Rencana Pak Anwar
86 Kedatangan Tamu
87 Ikan Asin
88 Toko Obat
89 Obat Herbal Cina
90 Kakek Penjual Keripik
91 Membantu Berjualan
92 Tawaran Farhan
93 Upacara
94 Akhirnya
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Perpustakaan
2
Rumah
3
Keluarga
4
Keluarga 2
5
Kampus
6
Teman
7
Mulut Bebek Ember Bocor
8
Dipanggil Bibi'
9
Ruang Sekretariat BEM Kampus
10
Komputer Perpus
11
Evi dan Sarah
12
Masa SMA
13
Emak Susi
14
Mendaftar Madrasah Aliyah
15
Susi Galau
16
Janji Nadira
17
Kuli Angkut
18
Singkong Rebus
19
Terima Kasih Evi
20
Membersihkan
21
Nasi Bungkus
22
Rencana Pak Heru
23
Diskusi Keluarga
24
Kerja
25
Lelah
26
Sakit
27
Di Mushollah
28
Uang 10.000
29
Kak Risma
30
Mulai Terbuka
31
Acara Pengajian
32
Nabil
33
Permintaan Kak Reza
34
Cerita Dalam Kertas
35
Sam / Samsudin
36
Dendam Sasa
37
Tanggung Jawab Reza
38
Snack Box
39
Kehangatan Sore
40
Dosa Pergi
41
Tangis Nadira
42
Reihan
43
Pertemuan Naufal Nabil
44
Air kelapa Muda
45
Menenangkan Reihan
46
Gagal Piknik
47
Kekaguman Farhan
48
Nadira dan Farhan
49
Tawaran
50
Fisik Vs Hati
51
Mama Sarah
52
Ke Rumah Nadira
53
Nadira Sakit
54
Sam dan Evi
55
Handphone
56
Best Friend
57
Farhan tahu
58
Nadira pingsan
59
Perhatian Farhan
60
Pertemuan Farhan dan Pak Heru
61
Adzan yang Sama
62
Pisau Bermata Dua
63
Secret Fans
64
Keripik Singkong
65
Memberi Keripik
66
Mama Reihan
67
Sukses Piknik
68
Rumah Reihan
69
Mengagumi Dalam Diam
70
Tutup Telinga
71
Sakit Pak Heru
72
Ke Rumah Sakit
73
Dukun Seri
74
Ke Rumah Sakit Lagi
75
Mencari
76
Ruang Operasi
77
Selesai Operasi
78
Diantar Farhan
79
Menggantikan
80
Mengunjungi
81
Kedatangan Teman Guru
82
Biaya Perawatan
83
Menggadaikan Mahar
84
Pulang
85
Rencana Pak Anwar
86
Kedatangan Tamu
87
Ikan Asin
88
Toko Obat
89
Obat Herbal Cina
90
Kakek Penjual Keripik
91
Membantu Berjualan
92
Tawaran Farhan
93
Upacara
94
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!