Setelah sekitar 20 menit Nadira berjalan kaki dengan sedikit berlari, akhirnya Nadira masuk ke komplek perumahannya. Rumah Nadira berada di komplek perumahan subsidi yang berukuran 21 meter persegi atau sering disebut tipe 21.
Rumah yang sangat kecil untuk ditinggali 4 orang dewasa, hanya ada 1 kamar, 1 toilet dan 1 ruang yang menjadi dapur dan langsung menyambung dengan ruang keluarga sekaligus ruang tamu, tapi mereka masih tetap bersyukur karena masih ada tempat untuk berteduh, tidak kehujanan saat musim hujan dan tidak kepanasan saat musim kemarau.
Sebelum tinggal di rumah itu mereka mengontrak di rumah penduduk, biasanya ada penduduk yang rumahnya 2 lantai, yang atas untuk tuan rumah dan yang bawah mereka kontrak atau sewa, saat itu selain harus berpindah-pindah, tinggal di lantai bawah rumah sangatlah tidak nyaman, apalagi kalau tuan rumahnya ada anak kecil yang suka lari- lari atau melompat - lompat suaranya akan sangat bising, belum lagi kalau lantainya kayu jika ada air yang tumpah akan langsung mengalir ke bawah, oleh karenanya mereka sangat bersyukur bisa tinggal di rumah tersebut.
Dengan gaji orang tua Nadira, mereka tidak pernah membayangkan bisa dapat menyicil rumah, karna rata - rata pendapatan orang tua nadira hanya 600 ribu rupiah per bulan, tapi karna mereka adalah orang yang baik, maka kebaikan jugalah yang akan mereka dapatkan, rumah itu mereka cicil dari teman bapaknya Nadira yang dapat warisan rumah, rumah itu sudah lama kosong dan sangat tidak terurus, dan jika dijual pun tidak mudah untuk menemukan pembelinya, akhirnya dijual kepada bapak nadira dengan cicilan 300 ribu perbulan selama 25 tahun. Sungguh, jika bukan teman sendiri tidak mungkin ada yang mau menjual rumah dengan harga seperti itu.
Mereka sangat berterima kasih kepada teman bapak Nadira itu, bahkan saat mereka tidak dapat membayar tepat waktu, teman bapak Nadira itu tidak pernah menagih, dia sangat tahu kondisi keuangan keluarga nadira karna mereka mengajar di sekolah yang sama, hanya saja teman bapak Nadira seorang PNS sedangkan bapak Nadira hanya seorang guru honorer.
Sesampainya di rumah Nadira langsung mengucapkan salam.
"assalamualaikum bu!" sapa nadira
"waalaikum salam" jawab buk Rita ibunya Nadira
Nadira segera melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu, baru kemudian masuk ke dalam rumahnya. Setelah Nadira masuk lelaki yang tadi terus mengikuti Nadira baru berbalik dan pergi.
Saat Madira menyalami ibunya, langsung ditanya sama buk rita,
"kok sore pulangnya ra? masak dari perpus kok hampir maghrib, dari rumah kan paling 20 menit ke perpu!"
"maaf buk tadi Nadira kecapekan bawa buku yang Nadira pinjam, jadi Nadira istirahat sebentar sambil baca buku, niatnya kalau penatnya berkurang Nadira ingin lanjut jalan, eh ternyata kebablasan.." hehehe nadira nyengir...
kamu itu yah, udah tahu sore masih sempat baca buku, mana kalau baca suka lupa waktu
Nadira Nadira.......
"bu, Nadira laper, ibu uda masak apa belum? .."
"iya uda, tapi mandi dulu sana sebentar lagi maghrib! habis maghrib baru makan. kamu kan dari jalan seharian pasti bajumu uda bau keringat".
Sebenarnya Nadira tidak terlalu lapar tapi dia sengaja bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, kalau tidak dialihkan bisa- bisa Nadira mendengar kultum sebelum maghrib. Eh salah batin Nadira bukan kultum kalau kultum kuliah tujuh menit nah ibunya kalau sudah ngomel bisa kultim alias kuliah tiga puluh menit. Nadira tersenyum geli sambil berbalik.
untung Nadira tersenyum membelakangi buk Rita kalau tidak, akan nyambung lagi kuliahnya.
Nadira langsung menuju ke rak buku dan meletakkan buku yang tadi di pinjamnya dari perpustakaan, kemudian menggantung tasnya di paku yang tertancap di dinding samping rak.
Tidak banyak barang di rumah Nadira, hanya ada rak buku yang dibuat oleh bapak Nadira dari kayu-kayu bekas yang disusunnya ke dinding, sebuah tv yang tergantung dengan besi dan sebuah meja yang agak besar yang digunakan untuk belajar oleh Nadira dan adiknya.
Sedangkan di dapur hanya ada satu lemari yang digunakan buk Rita untuk menyimpan piring dan cangkir serta peralatan masak lainnya, ada sebuah meja yang digunakan untuk meletakkan kompor gas, tapi kompornya jarang terpakai karna mereka lebih sering memasak di belakang rumah dengan menggunakan kayu bakar dan batu bata.
Satu kamar yang berukuran dua kali tiga hanya digunakan untuk menyimpan pakaian mereka, sedangkan untuk tidur, mereka di luar kamar dengan dua kasur tipis untuk berempat, sengaja mereka memilih kasur yang tipis, selain harganya murah juga mudah untuk menyimpannya.
Selesai mandi, Nadira bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib, sedang bu Rita sudah mengenakan mukena nya dan duduk sambil membaca alqur'an, sambil menunggu adzan maghrib Nadira pun duduk di samping bu Rita dan membaca alqur'an pula.
Tidak sampai lima menit, suara adzan terdengar. bu Rita segera berhenti membaca alqur'an dan menutup mushaf nya, tapi Nadira masih asyik membaca Alqur'an nya, bu Rita melihatnya sambil menggelengkan kepalanya, akhirnya bu Rita menepuk paha Nadira, saat Nadira melihatnya bu Rita meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sebagai tanda untuk menyuruh Nadira menghentikan bacaannya dan diam untuk mendengarkan adzan, Nadira hanya nyengir dan menggaruk kepalanya, lalu segera melaksanakan perintah ibunya.
Setelah adzan selesai mereka segera melaksanakan sholat, mereka hanya berdua karena bapak Nadira dan adiknya selalu sholat di mushollah komplek, dan pulangnya habis sholat isya' karna langsung mengajar ngaji anak-anak kecil yang ada di komplek, biasanya Nadira juga ikut mengajar ngaji tapi karena hari ini Nadira pulangnya terlambat jadi hanya bapak Nadira dan adiknya saja yang mengajar.
selesai sholat, dzikir dan do'a bu Rita melepas mukena dan melipatnya, sedang Nadira mengambil alqur'an lagi dan menyelesaikan bacaannya tadi.
"loh katanya lapar Ra? kok mau ngaji lagi?"
"tanggung bu kan tadi belum selesai, dikit lagi satu halaman."
"ga ada istilah tanggung Ra, kalau adzan yah berhenti aja sampai akhir ayat ga usah dilanjut sampai habis halaman, kan ga boleh bersuara kalau lagi adzan. kamu tuh yah kan sudah sering dibilangin"
"hehehe iya bu, maaf yah!"
"iya ibu maafin tapi istighfar juga, minta ampun sama allah!"
"astaghfirullahal adzim" ucap Nadira.
"mau makan atau mau ngaji lagi nih jadinya?,
kalau masih mau ngaji, ibu mau menghidangkan nasinya nanti aja?"
"ngaji dulu bu, nanti aja makannya nungguin bapak sama adek dulu, ga enak makan berdua aja."
"tapi beneran masih tahan laparnya?, kalau uda lapar jangan ditahan nanti jadi penyakit, kalau nungguin bapak sama naufal masih lama soalnya."
"insyaallah bu."
"ya udah kalau gitu ibu mau lipat pakaian yang dijemur tadi dulu."
"oke bu! nanti habis ngaji Nadira bantuin."
Memang keluarga Nadira terbiasa makan bersama, ada lauk ga ada lauk, ada nasi ga ada nasi mereka selalu duduk bersama untuk makan. Menurut mereka makan bersama adalah salah satu cara untuk terus menciptakan kelekatan hati mereka, mereka akan berkomunikasi satu sama lainnya, menceritakan setiap kejadian sehingga mereka saling terbuka dan tak ada yang disembunyikan.
Selain itu terkadang ketika makan bersama makanan yang seadanya akan terasa begitu nikmat, karna diselingi dengan obrolan hangat keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Ghiie-nae
Ukhti..
itu di judul bikin nama penulisnya...
biar keren gitu...hihi
2022-09-07
2