Pukul 03.00 dini hari mereka semua sudah bangun, pak Heru langsung ke toilet di susul Naufal,
sementara menunggu giliran ke toilet bu Rita dan Nadira membereskan kelambu, kasur, bantal, dan selimut kemudian langsung diletakkan di kamar, seperti itulah kegiatan mereka setiap pagi, karna barang mereka tidak terlalu banyak dan rumah mereka tidak besar, jadi mereka tidak butuh waktu lama untuk membersihkannya.
"Ada enaknya juga ya bu rumah kayak gini, jadi gak terlalu banyak yang harus dibersihkan".
"yah begitulah Ra, segala sesuatunya itu punya enak dan ga enaknya, rumah besar yah enak kita ga perlu tidur berempat, bisa tidur lebih leluasa, ga perlu nunggu giliran ke toilet, tapi yah harus extra juga membersihkannya. kalau rumah kecil yah kayak kita ini."
"tapi nadira suka kok bu, dengan rumah kecil ini kita bisa tidur berempat dan nadira bisa selalu dekat sama ibu." Nadira berkata sambil merangkul bu Rita dari samping.
"yah semuanya akan terasa senang, nikmat jika kita bersyukur Ra, jika kita ikhlas menerimanya." bu Rita berkata sambil menerawang ke depan, di dalam hati dia merasa sedih karena tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anak nya. Dan tidak lupa dia selalu berdo'a agar anak-anaknya diberi keikhlasan dan kebahagiaan dalam menjalani hidup ini.
Pak Heru yang sudah keluar dari toilet sedari tadi hanya mendengarkan percakapan ibu dan anak itu, dia memperhatikan air muka istrinya, pak Heru tau betul apa yang sedang dirasakan istrinya tersebut, dia tidak tahu harus berkata apa, karna dia sudah berusaha untuk menjemput rezeki dari sang pencipta. Dan dia selalu yakin rezeki sudah di takar dan tak akan tertukar.
Dia hanya bisa berdo'a semoga Allah selalu memantapkan hati mereka dalam kesabaran dan kesyukuran.
Naufal yang keluar toilet pun memperhatikan ayah dan ibunya yang termenung, sedang Nadira bergelayut manja di bahu bu Rita, Naufal berinisiatif memecah lamunan orang tuanya.
Dia bersuara agak sedikit keras dan seolah-olah marah.
"kak dira!!!"
sontak semua mata melihat ke arahnya
"kenapa sih dek ngagetin orang aja, untung bapak dan ibu ga jantungan."
"habisnya kakak enak banget bergelayut gitu sama ibu, Naufal juga mau tau."
"yeh, gitu doang, ga usah pake teriak kali, masih malam ini suaranya kedengaran kemana-mana."
"nah itu tau Nadira, sudah, sudah jangan banyak ngomong lagi nanti keburu subuh, dapet dikit nanti rakaat shalat tahajjudnya." seru pak Heru.
Bu Rita segera beranjak ke toilet, untuk membersihkan diri dan berwudhu, setelah bu Rita selesai, Nadira segera masuk ke toilet.
Kalau bangun tidur Nadira biasanya dapat giliran terakhir, karna dia harus masak air untuk minum.
mereka melaksanakan sholat tahajjud bersama-sama di tempat mereka tidur tadi, dan tak lupa menutup tahajjudnya dengan sholat witir. sebelum masuk waktu subuh pak Heru dan Naufal sudah berangkat ke mushollah, kalau subuh jarang ada yang sholat di mushollah, jadi pak Heru dan Naufal selalu sholat di mushollah karna tidak ingin mushollah sunyi tanpa ada yang sholat.
allahu akbar.... allahu akbar
allahu akbar .... allahu akbar
terdengar suara Naufal yang sedang adzan memecah keheningan. suara Naufal memang sangat merdu, apalagi saat melantunkan adzan rasanya ingin selalu mendengar suaranya saat adzan, saat kecil Naufal sering ikut lomba adzan, dan selalu menang, walaupun tidak selalu juara pertama. Tidak jarang Naufal mendapatkan uang pembinaan karena menang lomba, tapi Naufal tidak pernah memakainya, Naufal selalu memberikannya kepada bu Rita dan bu Rita menolaknya karna itu adalah uang Naufal, Naufal beralasan dia ga bisa menabung, nanti uangnya habis ga karuan.
Setelah selesai adzan Nadira dan bu Rita segera melaksanakan sholat sunnah sebelum subuh, mereka tidak pernah meninggalkan dua rakaat sebelum subuh, pernah suatu kali nadira bangun kesiangan, tapi dia tetap melaksanakan sholat sunnah sebelum subuh karna dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seisinya, bagi Nadira cukuplah mengetahui keutamaan ini sebagai alasan untuk istiqomah melaksanakannya.
Selesai sholat subuh, dzikir dan do'a serta membaca alqur'an Nadira segera mandi dan bu Rita ke dapur untuk menyiapkan sarapan, setelah Nadira selesai mandi bu Rita yang mandi dan Nadira yang melanjutkan pekerjaan bu Rita, mereka harus bisa mengatur waktu dan kesempatan agar mereka sama-sama dapat beraktifitas tepat waktu.
biasanya setelah bu Rita mandi, pak Heru dan Naufal baru pulang dari mushollah, jadi Naufal bisa segera mandi, sedang pak Heru memeriksa kebun singkong di samping rumah.
Kebun singkong inilah yang sedikit membantu keuangan keluarga Nadira, sebenarnya kebunnya tidak terlalu luas, pak Heru hanya memanfaatkan sisa tanah rumah, karna Allah maha baik, maka mereka bisa dapat rumah yang posisi huge, jadi lumayan besar kelebihan tanah yang bisa digunakan untuk berkebun.
Biasanya pak Heru hanya memanen dua batang singkong setiap minggu, dari 2 batang singkong biasanya pak heru bisa memanen 4 kg singkong, 1 kg disisakan di rumah untuk mereka makan, dan 3 kg mereka jual dengan harga 10 ribu rupiah ditambah dengan pucuk singkong 5 ribu rupiah.
selain itu juga pak heru menanam cabai, bawang dan beberapa macam sayur lainnya, tapi tidak bisa dijual karna cukup untuk mereka konsumsi saja.
Setelah dari kebun barulah pak Heru mandi, sedang Nadira, Naufal dan bu Rita masih menyiapkan kebutuhan mereka masing-masing. Setelah pak Heru mandi, bu Rita dan Nadira pun segera menyiapkan sarapan.
"Alhamdulillah hari ini kita bisa sarapan nasi goreng
ketika masih banyak orang diluar sana yang belum bisa makan karna harua mencari uang dulu."
"alhamdulillah" seru mereka bersamaan.
Nasi goreng yang bu Rita masak hanya diiris bawang merah, bawang putih dan cabai dan di beri bumbu garam dan sedikit penyedap, tapi bagi mereka apapun yang dimasak selagi bisa dinikmati, maka mereka akan makan dengan lahap sebagai tanda syukur karna bisa makan hari itu. Bukan sekali dua kali tapi berkali-kali mereka hanya sarapan dengan air putih, karna mereka harus berhemat lantaran keuangan yang menipis, jadi mereka tidak pernah menyia-nyiakan makanan sedikitpun.
"Nadira tadi nasi gorengnya uda ibu sisain untuk dibawa, nanti tolong siapin bekal untuk kamu dan adekmu yah."
"siap bu!" jawab Nadira.
"Kuliah selesai jam berapa Ra?" tanya pak Heru
"sekitar pukul 02.00 pak"
"mau k perpus lagi?"
"iya pak, sekalian mau ngerjain makalah di sana aja"
"hmmm kak Dira, bilangnya. mau ngerjain makalah, taunya baca novel aja di sana."
"emang kamu yang kerjanya cuma baca komik? uda SMA juga masih suka baca Detective c**an"
"biarin, seru tau."
"makanya ga usah usil, mending ikut kakak aja k perpus banyak buku lain yang bisa dibaca selain komik."
"nah bener tuh dek" jawab bu Rita,
"jadi kamu bisa ngingetin kakakmu itu, dia kan kalau baca suka lupa waktu, jadi pulangnya pasti kesorean."
Nadira nyengir, ibunya masih ngomel aja tentang Nadira yang pulang kesorean.
"ogah ah bu", jawab Naufal.
"di perpus ga enak, harus diem, ga bisa rebahan, enakan di rumah bisa baca sambil ketawa dan juga sambil rebahan. perpus mah untuk orang-orang yang serius kayak kak Dira aja, Naufal ga betah ah..."
"Naufal Naufal." pak Heru hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Naufal.
Setelah sarapan mereka pun bersiap- siap berangkat, Nadira menyalami pak Heru dan bu Rita serta Naufal, lalu berangkat duluan menuju kampusnya. Sedang pak Heru, bu Rita dan Naufal berjalan bersama karna sekolah tempat pak Heru dan bu Rita mengajar satu yayasan dengan SMA Naufal, jadi mereka pergi k arah yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Hielmeera🍒⃞⃟🦅
mantap kaka
2022-11-22
3