Susi pun naik ke atas untuk menjemput adiknya yang masih berusia 2 tahun. Setelah sampai Emak Susi, ngomel lagi,
"kamu tu yah semenjak temenan sama si Nadira jadi malas yah, main aja kerjaannya, emak jadi susah semua harus dikerjakan, harus masak, harus jaga adek, kalau kamu ngajakin adek mu main kan emak jadi lebih mudah nih bekerja."
"iya mak, maaf, sini adiknya biar Susi ajak main sama Nadira".
"Nadira lagi, Nadira lagi, awas aja yah kalau sampai lupa sama adiknya."
"iya mak."
Susi sangat takut sama emaknya, karna emaknya kalau sudah marah, bukan hanya suaranya yang keras tapi juga pukulannya dan cubitannya, jadi kalau emaknya sudah bicara, Susi selalu mengiyakan.
Susi lalu mengajak adiknya kebawah bermain bersama Nadira.
Jam lima sore buk Rita mendekati Nadira yang sedang asyik bermain dengan Susi dan adeknya,
"wah asyik banget, main apa nih?"
"bulita, bulita" ucap adek Susi mendekati buk Rita dan mengulurkan kedua tangannya minta gendong sama buk Rita.
Buk Rita pun dengan senang hati menggendong adeknya Susi,
Sebenarnya buk Rita sangat menyukai anak kecil, dan diapun sebenarnya ingin mempunyai banyak anak, tapi karna keadaan keuangan mereka, jadi dia pun memutuskan untuk hanya mempunyai dua anak. Bukannya buk Rita tidak meyakini rezeki dari tuhan, tapi dia pun berfikir bukan tentang kuantitasnya tapi kualitasnya, untuk apa mempunyai banyak anak tapi tidak terurus, baginya cukuplah dua anak, tapi dia dapat memberikan kasih sayang dan pendidikan yang terbaik untuk mereka, walaupun yang terbaik sebenarnya nabi SAW menganjurkan mempunyai banyak anak, karna Nabi menyukai ummatnya yang banyak.
"Riri main apa sama mba Susi dan mba Nadira?"
"Lili main lali-lali bulita, lili cenang cekali main cama ba cuci ba dila"
"hemm Riri senang"
"iya, iya lili cenang cekali bulita"
bu Rita gemas dengan Riri dan menciumnya,
"emmm Riri bau acem", ledek bu Rita, "Riri mandi ya!"
"ga au, lili aci au ain,"( ga mau riri masih mau main) "kalau Ririnya bau acem nanti ba Dira sama ba Susi ga mau main sama Riri, nanti mereka lari karena takut sama Riri yang bau acem, Riri mau ba Dira dan ba Susi lari?"
"ga au, ga au,"
"kalau gak mau Riri mandi dulu yah biar wangi ok anak sholehah!
"oce bulita"
Riri pun melorot dari gendongan bu Rita dan berlari menuju tempat Susi berdiri, tapi dia tersandung batu
"Riri.... " Susi berteriak
Riri hampir saja terjatuh kalau Nadira tidak sigap menangkapnya.
Emak Susi langsung melihat dari atas dan berteriak.
"kenapa Riri? kenapa Riri?" tanyanya sambil turun ke bawah,
"ga papa jeng, tadi Riri kesandung batu, jadi hampir jatuh, alhamdulillah Nadira dekat sama Riri jadi bisa menangkap Riri dan gak jatuh," jelas bu Rita kepada emak Susi.
"oh" emak Susi menghembuskan nafas lega, dan mengambil Riri dari gendongan Nadira,
"anak emak, sini yuk kita pulang dan mandi"
"gak au mak, lili au ama ba cuci,"
"oh ya udah yuk Si pulang, dari tadi main mulu kamu yah, adek aja hampir jatuh, gitu kalau lagi asyik main lupa kan sama adeknya,"
"maaf mak," Susi hanya minta maaf begitulah Susi, dia tidak berani menjawab omongan emaknya, walaupun terkadang dia benar dan emaknya yang salah.
Nadira dan bu Rita pun masuk ke dalam rumah,
"Ra besok-besok jangan terlalu sering ngajakin Susi main, kasihan emaknya banyak kerjaan biar Susi bantuin emaknya."
"enggak kok bu, kita ga sering main kok bu, tadi kita abis ashar baru keluar rumah,"
"iya Ra, tapi nanti jangan ngajakin Susi duluan, biar Susi aja yang ngajakin kamu ya!"
"iya bu".
"Nah gitu dong anak ibu, jangan suka membantah yah!"
"siap komandan", jawab nadira dengan tangan seperti prajurit yang sedang memberi hormat.
"yah sudah mandilah sekarang!"
"baik !"
Sejak saat itu, Nadira dan Susi jarang bermain bersama, Nadira lebih banyak membaca buku dan Susi selalu membantu pekerjaan emaknya, kalau gak bersih-bersih ya jagain si Riri. Paling mereka bermain saat sore, sambil jagain Riri itu pun jika diijinkan sama emaknya Susi, karna emaknya Susi takut kalau sampai Riri jatuh karna Susi asyik main sama Nadira.
"Ra kangen deh belajar sama kamu kayak pas sekolah"
"sabar Si kan sekarang kita masih libur ntar kalau uda masuk sekolah, kita belajar bareng lagi"
"eh iya sampai lupa, kita kan belum daftar ke MA Ra,?"
"tenang Si, kita kan pas kelulusan uda di tanya mau daftar kemana, kita kan uda ngomong mau lanjutin di MA nya sekolah kita yang lama, jadi uda di urus sama pihak sekolah, nanti pas masuk kita tinggal menyerahkan pas foto aja, sama isi biodata."
"oh gitu ra?"
"iya si, jadi kita santai aja yah."
Hari terus berganti, saat masuk sekolah pun tiba,
seperti biasa Nadira dan Susi pergi bersama, mereka sangat senang karna bisa sekolah lagi, bisa belajar bersama lagi, dan pulang pergi bersama lagi.
"wah seneng ya Si, bisa gini lagi"
"iya Ra seneng banget, jadi aku bisa bebas bersih-bersih dan jagain Riri, kalau gak sekolah tiap hari itu-itu aja kerjaan aku di rumah."
"gak papa Si, kan ibadah bantu orang tua, banyak pahalanya"
"iya sih Ra, tapi bosen tau, gak bisa main dan belajar jadinya."
"hehehehe, jadi kamu girang banget yah sekarang, kayak burung lepas dari sangkar"
"hahaha iya Ra, bebas,, bebas,, bebas,,, " Susi berkata sambil mengepakkan tangannya seperti burung.
"yuk Ra, kita lomba terbang!"
"hah terbang, kamu ini Si ada-ada aja."
"kwkwkw" mereka tertawa bersama.
Sesampainya di sekolah mereka menuju ruang daftar ulang, dan menyerahkan foto, kemudian mereka di suruh mengisi formulir, formulirnya boleh di isi di rumah karna harus ada tanda tangan orang tua.
Nadira dan Susi membaca formulirnya terlebih dulu, karna mereka ingin mengisinya di rumah aja.
"Ra ini ada kolom jurusan, kamu mau ambil jurusan apa Ra?" tanya Susi.
"belum tau Si, mengisi jurusan ini harus sesuai minat kita, karna ini nanti juga berhubungan dengan kuliah kita dan pekerjaan kita, jadi harus dipikirkan matang-matang."
"kamu ambil jurusan apa Si?" tanya Nadira.
"aku mau kejuruan aja Ra, aku malas mikir soalnya, aku lebih senang kerja fisik dari kerja otak, kan kamu tau sendiri aku lemah dalam pengetahuan."
"oh ya ga masalah sih si, yang terpenting kamu suka, kalau kamu suka akan mudah menjalaninya. Tapi jangan lupa tanya emak mu dulu yah!"
"pasti lah Ra, tapi sebenarnya aku gak mau pisah kelas sama kamu Ra. kamu ambil kejuruan aja kayak aku, mau ya?"
"hehehe, kamu ini Si, kayak gak tau aku aja
"kwkwkw, iyalah Nadira, gak mungkinlah anak cerdas kayak kamu masuk kejuruan, sayang sama otakmu."
"apaan sih Si, sama aja kali, banyak juga yang cerdas masuk kejuruan, dan banyak juga yang gak cerdas masuk IPA atau IPS, tergantung sama minat dan usaha itu sih."
"bener juga kamu Ra."
"hahaha" mereka tertawa bersama sambil berjalan pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments