Lirih Riko mengikuti langkah kaki Anggin dengan memegang pundaknya, sementara Anggin selalu memanfaatkan kesempatan untuk selalu bisa berada didekat Riko dengan tingkah-tingkahnya. Riko teringat akan tanda belati, iapun memegang lirih keran baju Anggin sedikit membuka dan menyingkirkan rambut untuk melihat apakah Anggin mempunyai tanda itu.
Anggin kembali merasakan sesuatu hal yang aneh saat berada didekat Riko, dimana ia tak merasakan detak jantung Riko sama sekali.
Tiba-tiba Anggin memegang pundaknya karena merasa gatal, terkejut Riko langsung menjauhkan tangan.
Tak berhenti di situ Riko yang masih penasaran pun mencoba melihat kembali, begitu juga Anggin yang penasaran kembali mendekatkan kepalanya didada Riko. Namun hal sama terjadi dimana ia tak merasakan detak jantung Riko, iapun langsung dibuat tercengang.
Sedikit lagi keran baju terbuka, Nesa datang mengacau berlari dengan heboh memegang pipi Anggin mengatakan kalau dari tadi ia mencarinya lalu bertanya pada Anggin apa yang terjadi pada keningnya sambil memegang-megang wajah Anggin.
Risih Anggin menyingkirkan tangan Nesa dan mengatakan kalau itu hanya luka kecil. Anggin memainkan mata sambil berbisik memuncung-muncungkan bibir memberi isyarat menyuruh Nesa untuk pergi. Senyum garing Anggin menoleh Riko, Nesa yang tak paham berbisik lirih dengan wajah bingung memainkan alis.
"Apa sih gin?" lirih Nesa.
Riko pun mengurungkan niatnya lalu pergi meninggalkan mereka, "Gue pergi dulu."
Wajah sedih Anggin yang lucu seolah menahan Riko untuk pergi dengan mengerutkan bibir. Tatapan cemberut Anggin memanggil lirih Nesa dan menyipitkan mata, Nesa yang tak paham kembali bertanya apa yang ia maksud sebenarnya.
"Ihh nes, nggak peka banget sih lo. Niat tadi masih bisa deket sama garil, sender-senderan dipundak dia. Eh lo malah dateng, rusak deh rencana gue" luap kesal Anggin.
Terkejut Nesa dengan mulut menganga baru paham kalau sebenarnya itu semua hanya sandiwara Anggin, "Ihh, caper banget deh lo. Artinya, ini luka cuma akal-akalan lo aja gitu?. Parah banget.." senyum Nesa memegang luka di kepala Anggin.
Kesakitan Anggin menyingkirkan tangan Nesa mengatakan kalau itu luka sungguhan, santai Nesa meminta maaf dengan tawa lirih karena pikirnya itu semua bagian dari rencananya.
"Ee, gue nggak bego-bego juga kali sampek nyakitin diri gue sendiri" ucap Anggin.
Merekapun berjalan pergi menuju kelas, sedikit cerita dari Anggin tentang Riko dan keluarganya yang menurutnya beda dari manusia biasa.
"Beda gimana?" heran Nesa.
"Gue bingung aja, masak iya di cuaca yang super panas kayak gini. Suhu badan Riko bisa dingin banget, bahkan bukan suhu badan dia aja tapi kedua saudaranya juga sama" kata Anggin.
"Masak sih?"
"Gue serius, kemaren kan gue dianter pulang tu sama dia. Nah, pas gue masuk ke mobil dia tu rasanya dingin banget. Padahal disitu AC mobil nggak dihidupin, dan yang bikin gue heran lagi. tadi waktu gue ada dideket Riko, gue nggak ngerasain detak jantung dia" lanjut Anggin dengan serius.
Sahut Nesa yang tak percaya, "Perasaan lo kali."
"Gue tadi mikirnya juga gitu, makannya gue coba deketin lagi kepala gue ke dada Riko. Tapi tetep sama, gue nggak ngerasain detak jantung dia."
Nesa pun terheran-heran, dan bertanya bagaimana bisa manusia tidak mempunyai detak jantung. Lirih Anggin menggelengkan kepala berfikir bingung.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments