Setiap hari rabu siswa/i kelas XI selalu melakukan kegiatan olahraga bersama, dimana pagi ini mereka sudah bersiap dilapangan.
"Duh panas banget, mana sih pak Rama. Lama banget deh," ucap Anggin mengibaskan tangan kepanasan.
"Sini-sini bang Nio tutupin biar dek Anggin nggak kepanasan," kesempatan Nio mendekati Anggin.
Jijik Anggin, "Ihh!, cari kesempatan banget deh lo. Kasih jarak nggak, seratus meter!."
Melongo Nio, "Seratus meter keluar lapangan dek."
"Lo kira gue adek lo apa!. Inget!, seratus meter."
Marsel menarik keran baju Nio, "Eeh elo ya gangguin adek gue, pindah sekarang."
Nio bertukar dibelakang Marsel, "Ganggu aja deh lo sel," Dengan jail mencolek-colek tangan Anggin."
Kesal Anggin berteriak, "Ihh.. lo bisa diem nggak?. Gue patahin juga tangan lo!."
"Yaampun dek, sadis banget."
"Bodo amat!."
Sambung Marsel, "Lo kalo masih ganggu adek gue, gue iket juga lo di tiang. Iya nggak nes? (mencolek tangan Nesa dengan gaya sok cool)."
Nesa ikut merasa jijik, "Ihh, apaan sih."
Pak Rama datang dan meminta siswa/i segera berbaris. Riko berjalan menuju lapangan bersama kedua saudaranya dengan wajah dingin mereka, Anggin menatap kagum dengan senyum sumringah menyenggol-nyenggol tangan Nesa.
(Note: Dimana Riko dan kedua saudaranya sudah diberikan ramuan oleh Tara yang membuat mereka bisa bertahan dari dibawah sinar matahari yang semula dapat membuat tubuh mereka terbakar).
"Nes, lo liat betapa gantengnya calon pacar gue. Cara jalannya aja berwibawa berdamage banget, emang nggak boleh lolos yang satu ini."
"Bener banget Gin, ternyata mereka ber-3 itu bersaudara?. Produk satu keluarga bener-bener nggak ada yang gagal," sahut kagum Nesa.
Anggin mengangguk senang. Marsel sedikit terkejut melihat Cio yang ternyata saudara dari Riko.
"Lah mereka saudara?. Masak iya nanti gue punya kakak ipar kayak dia (menunjuk Riko)."
Ucap Anggin mencibir Marsel, "Haahha.. eh bang, emangnya tu cewek mau apa sama Abang. Kayaknya gue cium-cium (mengendus), tu cewek seleranya bukan modelan kayak Abang deh. Selera dia tinggi!, kalo Abang mah rendah. Jadi gue saranin buat mundur dari sekarang deh bang."
"Heh dek, lo liat ya. Nggak selang beberapa hari pasti Abang bisa dapetin hati dia" bicara dengan PD menatap lembut Cio.
Anggin mengeluarkan lidah tidak percaya, "Iyain deh, paling nggak selang beberapa hari cuma dianggep temen" lirihnya.
Riko berdiri disamping Anggin, tersenyum gugup sekaligus senang.
"Duh duh.. nggak aman hati gue" wajah Anggin yang memerah senang.
Dengan tengil Marsel memberi peringatan pada Riko untuk menjaga jarak dari Anggin, Anggin menepuk tangan Riko dengan mata melotot dan bibir berbisik memberi isyarat.
"Ihss.. diem bang, bisa nggak usah ganggu nggak."
"Udah lo disini aja nggak usah dengerin Abang gue, dia kalo lagi kepanasan emang bawaannya suka begitu" Bicara lembut pada Riko sambil tangan sebelahnya menutup mulut Marsel yang terus berbicara.
Riko hanya menatap datar.
Pak Rama lalu menyuruh siswa/i untuk tidak berisik dan segera memulai pemanasan.
"Anggin, Marsel.. udah diem" kata pak Rama.
Anggi dan Marsel saling menyalahkan, "Lo sih berisik banget."
Pemanasan sudah dimulai, sementara Anggin dan Marsel hanya diam tak menggerakkan badan. Pak Rama bertanya pada mereka kenapa mereka hanya diam tak ikut gerakan pemanasan.
Sahut Anggin, "Kan bapak sendiri yang nyuruh kita diem. Jadi yaudah kita diem lah, iya kan (meminta pendapat Marsel).
Marsel mengangguk, "Betul tu pak."
Lelah pak Rama menepuk kening melihat tingkah konyol mereka, "Maksud bapak.. yang diem itu mulut kalian, bukan badan kalian. Udah sekarang ikutin pemanasan."
"Salah lagi.." lirih Anggin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments