"Bagaimana, apakah kalian sudah menemukan gadis itu" ucap Tara yang berada di singgasana.
Ketiga bersaudara itu bersamaan menggelengkan kepala.
"Belum Bun, kita belum menemukan petunjuk satupun. Dan kita juga tidak melihat gadis yang bertingkah aneh ataupun merasakan kekuatan yang mengancam saat berada didekat para manusia itu," sahut Riko.
"Itu artinya gen serigala dalam tubuh dia belum aktif, kalian harus segera menemukan gadis itu sebelum gen serigala dalam tubuhnya aktif. Karena itu akan memudahkan kita mengambil belati dalam tubuhnya. Tapi kalian harus tetap ingat untuk tidak ceroboh, apalagi sampai membuatnya terancam."
"Baik Bunda. Tapi kita juga butuh waktu untuk itu, karena untuk mencari gadis serigala itu memakan waktu untuk kita" Riko segera mengajak saudaranya melesat pergi.
Malam hari didalam kamar, Anggin melamun dengan senyum senangnya menciumi rambut membayangkan Riko.
"Hmm, aromanya bener-bener melekat di badan, rambut sampek kehati. Oh my bun-bun Riko (memeluk bantal dan berbaring dengan riang dan mata yang tertutup)."
Marsel mengintip Anggin dari pintu dan melihat adiknya yang tertawa sendiri, menaikan sebelah bibir dengan heran.
"Dih, ngapain sih tu anak ketawa sendiri gitu. Wah jangan-jangan kesurupan dia," menghampiri Anggin dengan membawa secangkir air ditangannya dan memercikan sedikit air pada wajah Anggin.
Kesal Anggin berteriak ngomel-ngomel, "Ihh.. lo bisa nggak sih sehari aja nggak gangguin gue, pergi nggak lo!."
"Nggak bisa. Lagian lo ngpain ketawa-tawa sendiri gitu, bikin orang parno aja."
"Kepo banget sih hidup lo, pergi nggak!. Kalo nggak gue lempar pakek bantal, pergi!.." teriak Anggin bak membuat seisi rumah gempar.
Marsel menutup telinga dan segera pergi sambil melempar ejekkan, "Iya ya, dasar nenek lampir."
"Lo buaya empang."
"Kenapa lagi tu anak berdua, kerjaannya berantem terus" omelan lirih mami Sindi yang pusing mendengar ulah Anggin dan Marsel.
Marsel turun ke ruang tamu dan melihat mamanya bersantai, mami Sindi lalu bertanya dengan enerjik pada Marsel apakah dia mengganggu adeknya lagi.
Sahut Marsel menyakal, "Ihh mi kok aku sih, orang Anggin aja yang heboh. Diamah kalo belum bikin rumah ini ambruk sama suaranya, kayaknya belum diem."
Tak lama Anggin pun turun menyambung pembicaraan dan mengadu pada maminya dengan wajahnya yang memelas kalau Marsel meninggalkannya saat pulang sekolah.
"Kamu ya, jail banget sama adeknya (menjewer Marsel). Bukannya dijagain malah di tinggal, nanti kalo adek kamu kenapa-napa dimana coba!" bawel mami Sindi.
Kesakitan Marsel memegang telinga mencari alasan, "Aduh aduh mi sakit. Bukan salah aku mi, dianya aja lama banget tadi keluar. Yaudah aku tinggal aja, lagian dia juga baik-baik aja kan mi. Udah mi lepasin sakit, emang mami mau punya anak cowok yang ganteng kayak aku tapi kupingnya kayak kuping gajah."
Anggin mengeluarkan lidah merasa jijik, mami Sindi memberi peringatan pada Marsel dengan candaan kalau dia berulah lagi maka uang jajannya tidak akan dipotong.
"Kok gitu sih mi, jangan dong. Gara-gara lo sih, dasar nenek lampir."
"Apa!, kamu manggil mami nenek lampir"
Gugup Marsel sedikit takut, "Bu-bukan mi (menunjuk kearah Anggin)."
Lirih Anggin tertawa senang melihat Marsel yang diomelin maminya, "Makannya, jangan macem-macem (memainkan jari kearah matanya seperti mata-mata)."
"Tukang ngadu!," bisik Marsel melirik kesal Anggin.
"Bodo amat," ejek Anggin memasang wajah humor.
Ada yang nasibnya sama, punya adik yang nyebelin kayak Anggin, dan kakak yang ngeselin kayak Marsel😁.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments