"Oh.. ternyata yang ditungguin adek gue si Riko codet (intip Marsel dibalik dinding). Wah nggak bisa dibayarin ini, eh dibayarin (latah Marsel). Nggak bisa dibiarin ini, gue harus turun tangan" Bergaya sok gagah menghampiri Riko.
Tiba-tiba Anggin menarik baju Marsel dari belakang, tercekik Marsel menoleh melihat adiknya.
"Mau ngapain ha?" lirih Anggin menaikan kedua alis.
"Mau nyamperin Riko codet, lagian ngapain dia pakek acara kesini segala."
"Karena, kita mau ngerjain tugas bareng. Jadi Abang, jangan bikin rusuh. Kalo Abang bikin rusuh, nanti tinggal aku bilang ke mami. Terus, ntar pasti Abang dihukum. Disuruh tidur diluar rumah, digigit nyamuk. Atau, bahkan serigala" Berjalan pergi meninggalkan Marsel.
Bayangan Marsel menelan ludah merinding, lalu pergi kembali kekamar dan tidak jadi mengganggu.
"Pergi aja deh, daripada gue disuruh sama mami tidur diluar."
Anggin datang dengan secangkir minuman ditangannya, menaruh jus itu dimeja sambil menyuruh Riko untuk meminumnya. Angguk perlahan Riko dengan mengatakan kalau nanti ia akan meminumnya, ajak Riko untuk segera mengerjakan tugas mereka.
Niat ingin mengerjakan tugas, Anggin malah fokus pada Riko. Menatap lembut wajah Riko dengan senyum melingkari wajahnya, batin Anggin memuji Riko yang begitu tampan apalagi ketika ia sedang serius.
Toleh heran Riko melihat Anggin yang malah melamun, menyenggol lirih pundak Anggin dan bertanya ada apa dengannya.
"Hmm, nggak papa" hela nafas Anggin.
"Yaudah kita mulai kerjain tugas?" lanjutnya.
"Kan, emang udah dimulai daritadi" kata Riko.
Anggin meringis kaku, "Hhe, iya lupa. Duh gin, kebiasaan deh kalo dideket Riko (batinnya)."
Sambil mengerjakan tugas, Anggi pun juga melancarkan aksinya. Mencari kesempat untuk terus berada didekat Riko dengan berpura-pura lehernya terasa pegal lalu menyandarkan kepala kebahu Riko.
"Numpang ya, nggak papa kan. Leher gue pegel banget soalnya" memberi senyum termanis.
Lirik Riko hanya terdiam mengangguk.
Dengan senyum garing sedikit canggung, Anggin bertanya pada Riko kenapa suhu badannya terasa dingin dan ia juga tak merasa detak jantungnya. Mendengar ucapan Anggin, Riko terkejut mendorong badan Anggin sedikit keras dan membuat kaki Anggin terbentur meja.
"Duhh," lirih Anggin kesakitan.
Spontan Riko meminta maaf karena tak sengaja mendorongnya sambil memegang kaki Anggin.
"Nggak kok, nggak papa. Justru gue yang harusnya minta maaf, pertanyaan gue aneh ya?"
"Nggak aneh, gue cuman lagi sakit aja. Makannya badan gue dingin."
Heboh Anggin memegang kening Riko dengan khawatir dan wajah lucunya mengajak Riko untuk pergi kerumah sakit, tolak Riko mengatakan kalau dia sudah pergi.
"Terus dokter bilang apa, katanya kamu sakit apa?. Oh aku tau, pasti kamu nggak biasa deket-deket sama cewek se-imut aku ya. Makannya kamu nervous terus badan kamu jadi dingin kayak gini" PD Anggin menyipitkan mata.
Gugup Riko menjawab lalu mengalihkan pembicaraan, "Mending kita buruan kerjain tugas aja."
Lirik garil mencoba melihat apakah Anggin mempunyai tanda belati, lirihnya menyingkirkan perlahan rambut Anggin.
Klukk..
Pintu dibuka, dimana Mami Sindi baru pulang dari kantor karena lembur. Kaget Riko mengurungkan niatnya, senang Mami Sindi melihat Anggin bersama laki-laki berondong yang tampan, Mami Sindi langsung menyapa ikut heboh.
"Eh, ada tamu. Ini temen kamu sayang, ganteng banget. Kenalin (menjabat tangan), Mami Sindi. Maminya Anggin."
Tatapan datar Anggin, memegang tangan Mami-nya lalu berdiri menarik lirih dan berbisik.
"Ihh Mi, inget umur deh."
"Lah kenapa emang?. Lagian dia ganteng kok" lirik Mami Sindi pada Riko.
"Ihh, Mami. Dia itu calon mantu mami dan calon suami aku" canda Anggin dengan santai.
Receh Mami Sindi, "Ihh kamu, sekolah aja belum lulus. Yaudah, Mami mau masuk dulu. Mau istirahat capek, disuruh makan tu makanannya. Tante tinggal dulu ya ganteng (senyum ramah)."
"Iya tan," sahut Riko tersenyum tipis.
Anggin kembali bergegas duduk dan mengerjakan tugas mereka, tak lama perut Anggin terasa sakit.
"Duh, gue ke kamar mandi bentar ya (memegang perut). Tunggu bentar" ucap Anggin bergegas pergi.
Malam bulan purnama, diiringi suara auman serigala tiba-tiba tubuh Anggin terasa sakit seperti ada sesuatu yang mengalir ditubuhnya.
Dimana itu adalah gen serigala yang mulai aktif, lemas Anggin terduduk menahan sakit.
Suara serigala itu seolah memanggil kaum vampir, bergegas Riko melesat pergi meninggalkan rumah Anggin.
...Apakah bulan purnama kali ini akan memunculkan kekuatan Anggin?🤔....
...Tetep tungguin episode-episode selanjutnya yang pasti makin seru👌....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments