Pertemuan

Suara denting sendok beradu dengan piring, suasana sangat canggung di meja makan saat ini. Lily hanya fokus pada telur orak-arik yang terjadi di piring, ia terlalu sangat malu dan gugup, bahkan untuk sekedar melihat Aric di tidak bisa.

Semalam mereka hampir saja melakukan hal itu, Lily hanyut dalam pesona dan kehangatan Aric. Suaminya itu memperlakukan Lily dengan lembut, menyesap belahan kenyal bibirnya, dan ia pun membalasnya. Tetapi untungnya Adam datang, ia terbangun dari tidurnya dan mencari sang bunda.

"Kenapa wajahmu memerah? Apa aku sakit?" tanya Aric sambil meletakkan telapak tangannya di kening sang istri.

Mata Lily melebar, wajah wanita itu semakin merona. Lily sedikit mendongak wajahnya, mata keduanya bertemu. Hening seperkian detik, sampai Lily memalingkan wajah kesamping, memutus tatapan Aric.

"Aku tidak apa-apa," jawab Lily.

"Tapi, kau berkeringat. Wajahmu juga sangat merah, aku akan menyuruh dokter untuk memeriksamu." Aric menarik dirinya menjauh dan kembali duduk di kursinya.

"Untuk apa dokter kemari, aku tidak sakit!" tegas Lily.

"Baiklah, Baik.. Terserah Anda Nyonya."

Adam hanya menikmati sarapannya sambil menonton pertunjukan orang tuanya.

Ayah sangat menyayangi Bunda, tapi sayang Ayah kurang peka. Huh .... sepertinya aku harus turun tangan lagi.

Adam menarik lengan baju Lily.

"Ada apa?" tanya Lily lembut.

"Bunda, Adam pengen jalan-jalan. Sama Ayah sama Bunda," pinta Adam.

Lily menatap wajah putranya yang terlihat sendu. Selama ini ia memang belum pernah mengajak Adam pergi liburan, selain perkejaan di pabrik yang memang sangat menyita waktu. Keadaan keuangan Lily saat itu juga tidak memungkinkan untuk berlibur.

"Adam mau kemana?" Pertanyaan dari Aric yang disambut dengan senyum lebar oleh Adam.

"Ke pantai!" seru Adam bersemangat.

"Pantai," beo Aric, ia dia sejenak sambil membersihkan mulutnya dengan tisu.

"Oke, kita berangkat malam ini."

"Hole ... Adam ke pantai! Boleh ajak kak Rafa nggak Yah?" tanya Adam, ia menatap Aric dengan penuh harap.

Meskipun rencana liburan ini Adam peruntukan untuk mendekatkan orang tuanya. Namun, tidak ada salahnya ia juga menikmati liburan bersama kawan baiknya bukan.

"Adam berangkat sekolah dulu, semua akan Ayah siapkan."

"Malam ini? Tapi, bukankah itu terlalu terburu-buru?"

Aric bangkit dari duduknya, ia sedikit membungkukkan badan. Dengan lembut Aric mengusap bibir sang istri, membersihkan sudut bibir yang sedikit kotor.

"Tenang saja, aku akan menyiapkan semuanya." Tubuh Lily menegang, ia sungguh belum terbiasa dengan sikap lembut dan semua perhatian Aric padanya.

Lily sampai tidak berkedip melihat wajah Aric yang begitu dekat dengannya. Laki-laki itu sungguh tampan, berwibawa dan sungguh mempesona. Jantung Lily berdegup kencang, Aric tersenyum melihat tingkah istrinya.

"Kenapa diam? Aku tahu aku memang tampan, kau pasti sudah terpesona oleh ketampananku. Iyakan Istriku?"

Seketika lamunan Lily dibuyarkan oleh pertanyaan konyol Aric. Sudah sangat jelas kalau Lily terkesima olehnya, kenapa Aric masih bertanya? Tetapi ketahuan seperti ini membuat Lily merasa malu.

"Ish ... PD, aku tuh lagi mikir kita mau ke pantai mana, makanya diem," kilah Lily.

"Benarkah? Aku kira kau mulai jatuh cinta padaku, ternyata aku salah."

Aric menarik dirinya menjauh, raut kecewa di wajah tampan itu sebenarnya membuat Lily merasa tidak tega. Tapi ia juga merasa belum siap untuk menerima perasaan Aric.

"Ok Boy, habiskan susumu. Ayah akan mengantarmu ke sekolah!" Aric mengacak-acak rambut putranya gemas, dengan senyum yang seperti dipaksakan.

Adam mengangguk cepat, ia sangat senang. Ini pertama kalinya ia diantar oleh sang Ayah. Di sekolah lama Adam, teman-temannya selalu bertanya siapa ayah Adam? Apa perkerjaannya? Di mana dia sekarang? Pertanyaan yang tidak bisa Adam jawab, ia selalu menghindar jika mereka mulai mengintrogasi Adam perihal Ayah.

"Ak-Aku ikut!" ujar Lily, Aric menoleh lalu tersenyum hangat.

Ah .... senyum itu. Selalu hangat bagai mentari yang terbit setelah hujan semalaman.

"Yea ... Adam dianterin Bunda sama Ayah!" teriaknya girang.

Anak itu segera melompat turun dari tempat duduknya, ia mengambil tas sekolahnya kemudian mengandeng tangan Ayah dan Bundanya.

"Ayo kita berangkat!" teriaknya penuh semangat.

Lily tersenyum melihat Adam yang begitu senang dan bersemangat, sepertinya keputusan Lily sudah benar. Adam terlihat begitu bahagia. Seulas senyum pun terukir di wajah Lily.

Mereka pun mengantarkan Adam ke sekolah, sepanjang jalan Adam terus berceloteh dengan riang. Cerita tentang pantai, dan segala aktifitas yang ingin ia lakukan di sana.

Hari masih pagi. Mall masih belum begitu ramai dengan pengunjung. Lily dan Aric pergi untuk membeli beberapa barang untuk liburan pertama mereka.

"Lepaskan," ucap Lily sambil mengentak tangan, agar Aric melepaskannya.

"Jangan harap."

Lily mendengus kesal, Aric selalu seperti itu. Mereka berjalan menuju sebuah toko perlengkapan renang, kali ini Aric melepaskan genggaman tangannya agar Lily lebih leluasa memilih barang yang ia sukai.

"Pilihan apa yang kau suka, aku akan mengangkat telpon sebentar," ujar Aric kemudian berjalan menjauh, ponsel di sakunya terus bergetar saat ia memasuki toko itu.

Lily mendekati baju renang untuk anak-anak yang terjajar rapih dengan berbagai model, dan karakter tokoh kartun sebagai motifnya. Sebuah baju bergambarkan salah satu tokoh robot di sebuah film yang terkenal mencuri perhatian Lily, ia pun mengulurkan tangan hendak mengambilnya. Namun, di saat yang sama seorang wanita berambut pendek mengambil baju renang itu.

Mata Lily seketika mengikuti kemana baju renang itu bergerak, matanya terbelalak melihat wajah wanita yang berdiri disampingnya.

"Cindy?"

Wanita itu menoleh, ia terkejut melihat sosok kakak angkat yang ia usir. Cindy memperhatikan Lily dengan seksama, segala yang melekat di tubuh wanita itu lebih mahal berkali-kali lipat dari apa yang ia kenakan. Tidak ini tidak benar, seharusnya Lily menderita jadi gembel di jalanan. Kenapa ia bisa menjadi sosialita seperti ini, bahkan dia juga belanja di toko branded yang sama dengannya. Cindy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras karena kesal.

"Oh ... ternyata Kakak, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu? Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini."ucap Cindy dengan nada menyindir.

Lily hanya diam, dengan tangan yang meremas kuat pinggiran dress yang di pakainya. Dadanya bergemuruh hebat, melihat wajah wanita ini membuat amarah Lily naik kepermukaan. Kilasan malam kejadian malam itu kembali menghantam ingatannya. Tubuh Lily gemetar menahan emosi, ia tidak ingin melontarkan kata-kata kotor dan menjadi pusat perhatian di sana.

"Kenapa diam Kak? Oh ... Biar aku tebak, kau malu karena statusmu sekarang." Cindy mundur selangkah, ia menatap Lily dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan.

"Wow ... aku nggak nyangka lho, Kak Lily sekaya ini. Pake barang-barang bagus, belanja di toko branded mahal. Apa kau sudah menemukan seorang laki-laki untuk memeliharamu, saudariku!" ujar Cindy cukup keras.. Hingga membuat beberapa orang yang belanja dan pelayanan di toko itu memperhatikan mereka.

"Cukup Cin! Jaga bicaramu!" Lily menetapkan Cindy dengan nyalang.

"Kenapa? takut? Aku tidak salah bicarakan, dulu saja kau di usir dari rumah karena hamil tidak jelas, sekarang bisa seperti ini. Apa lagi alasannya kalau kamu nggak merayu suami orang!"

Orang-orang di sana pun mulai berbisik dan berspekulasi tentang Lily.

"Aku bilang, diam!" Lily menegangkan telunjuknya pada Cindy, mata Lily merah menyala menatap geram pada wanita kuda yang terus saja menghinanya.

Seorang laki-laki melangkah cepat saat melihat, wanita yang di kenalnya menjadi pusat perhatian. Langkahnya terhenti di sebelah wanita itu.

"Ada apa ini?" tanya laki-laki itu dengan suara bariton miliknya.

Suara yang begitu familiar bagi Lily.

Terpopuler

Comments

Sahidah Sari

Sahidah Sari

duh knp juga mesti ketemu sama Cindy sih menyebalkan banget tau ,liat aja klu aric tau habis km Cindy,,

2024-04-24

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

heleh narsis banget km aric tp emng sih km tampan 🤭🤭

2024-04-24

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

nanti juga terbiasa ly 🤣🤣

2024-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!