Permainan

Di sebuah ruangan VIP, di diskotik terbesar di kota A, seorang laki-laki berparas cantik menghisap cerutunya dengan santai. Ia duduk dengan menyilangkan kakinya, memakai kaos lengan panjang berwarna hitam dengan celana jeans santai, dan rambut panjang yang ia ikat ala kadarnya.

Tidak ada yang menyangka bahwa dia adalah seorang pemimpin salah satu organisasi berbahaya, di daerah selatan yang berbatasan langsung dengan daerah White Clown.

Marquis Kang, laki-laki bertubuh kurus itu sedang menunggu seseorang kawan lama. Dengan tidak sabar, ia terus melirik jam tangannya. Marquis tidak suka menunggu, ia paling membenci orang yang tidak tepat waktu.

Suara pintu berderit, membuat Marquis seketika menoleh. Seorang pria bertubuh besar berjalan masuk, seperti biasanya laki-laki itu memakai setelan jas berwarna putih lengkap dengan topengnya. Sejak pertama Marquis mengenal dia hingga hari ini, Marquis belum pernah melihat wajah asli pria itu.

"Kau terlambat A!" gerutu Marquis.

"10 detik, itu tidak termasuk terlambat cantik." A menjatuhkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan Marquis.

" 1 detik juga waktu, itu cukup untuk sebuah peluru menembus kepalamu!" sergah Marquis, ia menekan cerutu di asbak dengan kasar.

"Hem ... tapi aku di sini, tidak untuk bermain peluru. Aku ingin memberikan ini padamu." A merogoh sakunya, lalu melemparkan gelang yang ia dapatkan dari tubuh pria yang tertangkap menyusup ke markas white Clown.

"Apa ini?" Marquis mengambil gelang yang mendarat di pahanya, ia menatap gelar itu dengan pandangan jijik.

"Barang tiruan murah dari plastik. Iyuh ... apa kau sudah bangkrut A, kau memberikan sampah seperti ini padaku." Marquis melemparkan benda itu ke meja.

A hanya tersenyum tipis di balik topengnya, dugaannya benar. Marquis tidak akan melakukan hal seperti itu.

Brak

"Marquis!" Teriak seorang wanita. Ia melompat ke atas Marquis. Sebilah belati tajam ia arahkan tepat di leher Marquis.

Marquis pun jatuh terlentang di sofa. Ia menelan ludahnya, merasakan belati yang yang begitu dekat dengan nadinya, sedikit saja ia bergerak, benda tajam itu akan merobek kulit mulus Marquis.

"Kenapa anak buahmu menyerang kapalku?!" teriak wanita itu marah, ia menatap nyalang wajah cantik Marquis sambil menarik kerah bajunya.

"Anak buahku? kapan?" tanya Marquis bingung.

"Jangan pura-pura bodoh, kau bisa menipu siapa saja dengan wajah cantikmu. Tapi itu tidak berlaku untukku!"

"Helena, tenanglah, simpan teman kecilmu iyu. Itu bukan orang Marquis Kang, orang yang mengirimkan mereka ingin bermain dengan kita," ujar A, tenang.

"A, benar," sela Marquis.

Helena mengambil nafas dalam, ia menarik belati kesayangannya itu. Kemudian menyimpan benda itu. Namun, tiba-tiba.

Buk!

Sebuah pulau pukulan mendarat di wajah Marquis. Helena tersenyum lega, seperti sebuah beban berat baru saja terlepas dari dirinya.

"Maaf ya, tanganku terpeleset," ucap Helena dengan wajah tanpa dosa.

Marquis tersenyum kecil, ia meraih wine yang ada di meja dengan tangan panjangnya. Ia menyiramkan wine itu pada wajah Helena.

"Aduh maaf, tanganku juga terpeleset."

Helena menatap geram pada Marquis, dengan marah ia membalas dengan menghantamkan sikutnya pada pada perut Marquis.

"Ugh ...!" Pukulan sikut Helena membuat Marquis mengaduh.

"Aduh, sikut ku terpeleset!"

"Terpeleset terus, apa kau sudah pikun. Hah! Cepat turun dari perutku!" geram Marquis.

"No!" Helena malah dengan dengan sengaja, menghentak-hentakkan pantatnya di atas perut Marquis. Tak perduli Marquis yang memekik kesakitan.

A yang melihat tingkah keduanya pun hanya bisa menggelengkan kepala. Dua orang itu tidak pernah bisa akur, selalu bertingkah seperti anak kecil saat bertemu. Jika orang lain melihatnya, mereka tidak akan percaya kalau kedua orang itu adalah pemimpin organisasi paling di takuti.

"Hais ... Kalian hentikan. Seriuslah sedikit!" Sentak A.

"Ya ... Ya ... baiklah." Helena turun dari perut Marquis. Wanita yang memakai celana pendek berwarna hijau army dan tank top hitam itu pun duduk di sebelah A.

Ia mengeluarkan beberapa gelang yang sama seperti yang di bawa A, lalu meletakkannya di atas meja. Marquis yang melihat itupun merasa heran.

"Apa kalian ingin menjadi anggota Marquis Kang? Kenapa kalian membawa gelang imitasi murahan seperti ini? aku akan memberikannya gratis jika kalian mau," ujar Marquis, sambil membenarkan posisi duduk.

"Kau jangan gila! Aku mengambil ini dari orang-orang yang menyerang kapalku!" pekik Helena kesal. Tangannya mengepal erat.

Pengiriman barang milik Helena gagal karena serangan dari sebuah kapal hantu, meskipun tidak semua barang rusak. Namun, tetap saja Helena mengalami kerugian, dan itu membuat Daddy-nya marah.

"Hem ... menarik? Apa kau berhasil mendapatkan informasi dari mereka Helen?" tanya A.

"Tidak, mereka tidak sempat bicara. Aku sudah menebas leher mereka," ujar Helena dengan raut wajah yang penuh kepuasan.

A bisa menebak kalau Helena langsung melenyapkan musuh-musuhnya. Helena adalah tipe orang yang tidak suka banyak bicara dalam pertemuan, ia akan langsung menghabisi siapapun yang menghalangi langkahnya.

"Sudah kuduga." A menyesap wine dengan tenang, sebuah seringai licik tersungging di bibirnya.

Jika A tidak menangkap penyelinap itu, Helena mungkin akan melukai Marquis sekarang.

"Apa maksudnya?" tanya Helena.

"Tidak ada, aku hanya akan mengatakan kalau kita punya teman baru kali ini. Kau ingin menemaninya bermain atau tidak?"

"Tentu saja, aku suka permainan," jawab Helena dengan serius.

"Aku tidak mau ikut permainan kalian," sergah Marquis cepat. Laki-laki itu memang lebih suka berada dalam laboratorium miliknya, menciptakan hal-hal baru yang berbau kematian.

"Kau tidak bisa menghindar, kali ini kau adalah pemeran utamanya!" tegas A.

"Baiklah, terserah kalian saja. Aku harus pulang, kekasihku sudah menunggu belaianku." Marquis bangkit dari duduknya, merapikan rambut panjang yang tergerai karena ulah Helana.

"Aku juga harus pergi." Helena pun bangkit dari duduknya, setelah itu mengambil segelas wine dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Wpa kau tidak merasa risih terus memakai topeng badut seperti itu A?"

"Hem ... kau tau jawabnya," jawab A santai.

"Aku rasa pasti wajahmu sangat jelek, sampai kau malu untuk menunjukkannya padaku." Wanita berambut cokelat itu pun melangkah menjauh, langkahnya terhenti sesaat sebelum ia membuka pintu.

"Ingat untuk tepat waktu A, kapalku tidak adan menuggu lebih dari lima menit."

"Tenang saja, Rey akan sampai di sana sebelum kapalmu berangkat," jawab A.

Helena pun berlalu pergi. Ponsel A berdering, sebuah pesan masuk dari seseorang yang penting dalam hidupnya.

A, tersenyum lebar. Untuk pertama kalinya, sang istri berinisiatif untuk mengirimkan pesan setelah hampir satu bulan mereka menikah. Meskipun pesan itu hanya berisikan hal sepele. Namun, tetap membuat A guling-guling saking senangnya.

A memeluk erat ponselnya, kemudian menciumi layar pipih itu berkali-kali. Andai Helena dan Marquis masih ada di sana, A akan ditertawakan oleh mereka.

Terpopuler

Comments

Sahidah Sari

Sahidah Sari

nah kan bnr nih dugaan aq klu inisial A itu adalah aric

2024-04-24

0

Novita

Novita

Aric kesenengan dpt pesan dari istri tercinta udah kayak dpt hadiah besar aja 🤭 ak nyangka orang ditakutin diluar sana ternyata bisa klepek2 cuma karna pesan dari istri

2024-04-13

0

Lilis Ika Supriatna

Lilis Ika Supriatna

ntah bisnis apa yg sedng Klian jalani
ntah itu bisnis jual beli senjata atau apalah aku tak tahu

2024-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!