Dion

Wajah itu, Lily mengenalnya selama bertahun-tahun. Bukan hanya mengenal, mereka adalah satu di masa lalu. Pria itu selalu memperlakukan Lily dengan lembut, dan selalu memanjakannya.

Namun, sekarang tidak lagi. Semuanya hancur, semua janji semua cinta itu lenyap seketika. Tatapan lembut dan hangat itu kini berubah, menjadi tajam dan jijik. Ia menatap seolah Lily adalah sampah.

Mata Cindy menggembun, ia meringsek ke dalam pelukan laki-laki itu. Dion, mantan tunangan Lily itu menatap tajam dan jijik pada wanita yang berdiri di hadapannya.

"Mas, lihatlah. Sudah bertahun lamanya tidak bertemu. Aku hanya menanyakan kabar dia, tapi dia malah membentakku," adu Cindy dengan air mata yang berderai membasahi pipinya.

Lily hanya menggelengkan kepalanya, menatap jijik dua sejoli itu. Sangat memuakkan.

"Kenapa kau menyakiti adikku sendiri!" hardik Dion. Lily memutar matanya jengah.

"Adik? sejak kapan aku menjadi Kakaknya?" tanya Lily dengan penuh penekanan.

Cindy mendongakkan kepalanya, menampakkan wajah memelas dan sedih pada dion.

"Lihatlah Sayang, Kak Lily bahkan tidak mengakui sebagai adik," ucapnya dengan air mata yang semakin deras.

Lily mengepalkan tangannya, rahang wanita itu menegang. Kakak, adik? bukankah hubungan itu sudah lama putus. Apa Cindy lupa kejadian lima tahun yang lalu, Lily tersenyum sinis melihat akting Cindy yang sungguh layak untuk mendapatkan pujian dari sutradara sinetron.

"Kak." Cindy membalikkan tubuhnya, mia maju selangkah mendekat kearah Lily. Dengan wajah yang penuh rasa bersalah, Cindy meraih tangan Lily.

"Aku tahu, keluarga kita tidak seperti dulu. Aku tau Kakak marah, tapi apa hubungan persaudaraan kita akan hilang begitu saja? sejak kecil kita bersama, Ayah dan ibu tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang diantara kita. Meskipun Kakak hanya anak angkat! Tapi aku selalu menganggap Kakak sebagai saudara kandungku sendiri," ujar Cindy panjang lebar, ia menekankan kata anak angkat dalam ucapannya.

Beberapa orang yang memperhatikan mereka tampak saling berbisik, inilah tujuan Cindy. Ia menyeringai tipis, melihat semua orang yang memperhatikan mereka. Terlebih Dion, pria itu harus sepenuhnya percaya semua ucapan Cindy.

Lily benar-benar merasa tidak nyaman. Ia tahu tidak ada ketulusan sama sekali dalam tiap kata yang terlontar dari wanita ular itu. Lily yang dulu mungkin akan tertipu, tetapi tidak Lily yang sekarang. Ia sudah melihat wajah asli dibalik topeng polos dan lugu Cindy, dan juga keluarganya.

"Apa maksudmu?" Lily menggenggam tangan Cindy dengan erat, dia memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam pertunjukan dadakan ini.

"Ibu dan ayah sendiri yang memutuskan hubungan keluarga dariku, ya mungkin karena aku hanya anak angkat." Lily menundukkan kepalanya dengan wajah sendu.

"Apalah artinya, hanya seorang yang kalian pungut dari panti asuhan. Saat aku tidak bisa melakukan apa yang ayah dan ibu mau, aku dibuang begitu saja."

Lily menyeringai licik, saat bisik-bisik orang mulai balik mencibir Cindy dan keluarganya.

"Jaga ucapanmu! Kau tidak pantas berkata seperti itu!" sergah Cindy.

"Apa yang aku katakan salah? Katakan, di mana letak kesalahanku!" ujar Lily dengan lantang.

"Diam! Apa kau tidak malu, jadi tontonan orang seperti ini! Tunangan ku sudah sangat berbaik hati padamu, kau seharusnya tidak melakukan ini dan mempermalukan dirimu sendiri, dia bahkan tidak mengatakan kenapa kau diusir dari keluarga mereka!" bentak Dion.

Lily berdecih, benar-benar memuakkan. Mereka berdua memang saling melengkapi. Lily baru menyadari bagaimana dia begitu bodoh, bisa mencintai seseorang laki-laki seperti Dion.

"Sudahlah Mas, mungkin Kakak masih sakit hati pada kami, padahal semua itu terjadi karena kesalahannya sendiri," sela Cindy.

"Aku memang tidak salah memilihmu, Sayang." Tangan Dion terulur, menarik Cindy dalam pelukannya.

"Sudahlah, aku juga malas berdebat dengan kalian. Lagipula kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, kelak jangan saling menyapa jika bertemu." Lily membalikkan badannya hendak pergi menjauh. Namun, ia tangannya di tarik oleh Cindy.

"Kak, jangan seperti ini. Kita masih saudara," ucap Cindy dengan air mata yang kembali mengalir.

Lily berbalik ia menghempaskan tangan dengan sedikit tenaga, tetapi Cindy malah dengan sengaja menjatuhkan dirinya, seolah ia didorong oleh Lily hingga tersungkur di lantai.

"Cindy!" pekik Dion terkejut, ia segera berjongkok untuk membantu Cindy berdiri.

"Kamu tidak apa-apa Sayang?" tanya Dion dengan raut wajah cemas, Cindy menggelengkan kepalanya pelan.

Perlahan Dion membantu tunangannya itu untuk berdiri. Ia kemudian menatap nyalang pada Lily.

"Kau sungguh keterlaluan! Kenapa kau begitu kasar padanya, saat dia begitu tulus padamu!" Sentak Dion dengan penuh amarah. Cindy mengusap lembut lengan Dion.

"Sudahlah Mas, aku tidak apa-apa."

Dion menoleh, ia menatap lekat pada wajah sendu milik Cindy yang membuatnya merasa iba, bagaimana bisa Lily berbuat hal seperti itu pada adiknya. Cindy tersenyum penuh kemenangan.

"Lihatlah betapa baiknya Tunangan ku, tidak sepertimu kotor dan kasar." Dengan satu tangan Dion mendorong keras tubuh Lily.

Lily hampir terjatuh. Namun, dirinya tertahan oleh sesuatu yang hangat dan keras.

"Kau tidak apa-apa?" Aric membalikkan tubuh kecil Lily, Dengan lembut ia merapikan rambut Lily sekaligus memeriksa sang istri.

"Aku tidak apa-apa," jawab Lily dengan wajahnya yang memerah. Aric terlalu lekat memperhatikannya.

Lily segera memalingkan wajahnya, ia tak sanggup jika harus berlama-lama menatap mata hazel itu. Aric tersenyum, lalu mengecup kening istrinya dengan lembut. Wajah Lily semakin merona dibuatnya.

Aric merasa lega karena tak menemukan satupun lecet di wajah istrinya. Ari beralih menatap Dion, pria yang telah berani menyentuh wanita miliknya. Dion menelan salivanya kasar, sorot mata Aric begitu dingin dan mengintimidasi.

"Siapa kau? beraninya kau menyentuh Istriku," ucap Aric penuh penekanan.

"Kenapa? kau mau melindungi wanita kotor ini."

Ugh!

Satu tangan Aric mencengkeram kuat leher Dion, hingga membuat laki-laki itu kesulitan bernapas. Ia berusaha untuk melepaskan tangan Aric, akan tetapi tangan itu tak bergeming sedikitpun, malah semakin kuat mencengkeramnya.

"Aric hentikan!" Lily berusaha untuk melepaskan tangan suaminya.

Dion mengerutkan keningnya saat mendengar Lily mengucapkan nama Aric, nama itu sangat familiar baginya.

"Kau membelanya?" Aric menatap tajam pada Lily.

"Bukan seperti itu, tapi kau juga tidak boleh menyakiti orang lain."

"Kak cepat suruh laki-laki ini melepaskan Mas Dion," pinta Cindy dengan panik.

"Aric tolong lepaskan dia," ucap Lily memohon.

Melihat wajah Lily yang begitu mengiba Aric pun melepaskan tangannya. Dion memegangi lehernya yang terasa nyeri, ia menarik nafas dalam, meraup udara sebanyak yang yang ia bisa.

"Jangan muncul dihadapanku lagi, atau kau tidak bisa melihat matahari terbit!" Aric meraih tangan Lily menarik wanita itu dengan kasar, meninggalkan Dion dan Cindy yang menatap mereka dengan penuh tanya.

Lily hampir terjatuh karena tak bisa mengimbangi langkah lebar Aric, pria itu terlihat marah.

Terpopuler

Comments

Torabika Torabika

Torabika Torabika

nah lho mau tau siapa aric? searching ke Mbah google coba sana gih siapa tau muncul.

2024-05-26

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

maka nya jgn macam-macam km Dion sama Lily klu ga mau berurusan sama aric,blm tau aja km gmn kejamnya aric

2024-04-24

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

nah loh balik ke km Cindy cibiran orang2 😂😂

2024-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!