Accident

Seorang anak laki bersenandung riang, ia melompat kecil tanpa melepaskan pegangan tangannya dari seorang remaja, yang mengandeng tangan mungil Adam.

Tangan lain remaja laki-laki berusia dua belas tahun itu, menjinjing sebuah keranjang berisi gorengan yang masih hangat.

Keduanya berjalan menuju sebuah proyek pembangunan pabrik, Rafa biasanya memang menjajakan gorengan itu di sana. Gorengan yang dibuat oleh sang ibu.

"Adam jangan lompat-lompat terus, kakak capek," Keluh Rafa.

"Kan adam yang lompat, kenapa Kak Rafa yang capek," jawab Adam santai.

Rafa hanya bisa menghela nafasnya mendengar jawaban Adam. Setelah mereka sampai di proyek, pas saat para pekerja beristirahat untuk makan siang. Rafa pun menghampiri para pekerja yang sedang ngaso, untuk menawarkan gorengan yang ia bawa.

"Gorengannya Pak," ujar Rafa menawarkan pada segerombolan orang yang sedang duduk lesehan di tanah, ada yang mengunakan kayu yang di tumpuk sebagai tempat duduk.

"Ada apa aja?" tanya seorang pria paruh baya yang memakai baju kuning yang warnanya sudah pudar.

"Bakwan sayur, tempe, tahu isi sama pisang," jawab Rafa lugas.

"Boleh deh, 3000," jawab pria itu.

"Aku 2000, Fa. Tahu isi aja."

"Aku campur 5000, cabenya banyakin," sahut seorang lainnya.

Rafa tersenyum lebar sambil mengangguk penuh semangat.

"Adam duduk aja ya, Kak Rafa mau melayani pembeli," ujarnya pada Adam.

Adam mengangguk patuh, ia berjongkok di samping Rafa. Rafa membuka keranjang yang ia bawa. Dengan cekatan ia mulai mencapit satu persatu goreng ke dalam plastik sesuai pesanan pembeli, orang-orang mulai mendatangi Rafa dan membeli gorengannya. Adam yang merasa bosan, diam-diam meninggalkan Rafa yang sibuk dengan pembeli.

Anak kecil itu pergi tanpa sepengetahuan Rafa, di umurnya sekarang Adam memang sedang aktif mengeksplorasi apa yang ada di sekelilingnya. Meskipun ini bukan pertama kali ia ikut Rafa berjualan di proyek, tetapi Adam selalu senang menjelajah.

Seekor kucing berwarna oranye menarik perhatian Adam, kucing itu duduk diatas tumpukan sak semen sambil sibuk menjilati tubuhnya.

"Hey kucing, main sama aku yuk," ajak Adam dengan matanya yang berbinar. Adam sangat suka dengan hewan berbulu itu, sayangnya pemilik kontrakan tempat ia dan ibunya tinggal, tidak memperbolehkan memelihara hewan peliharaan.

Kucing itu berhenti menjilati, ia menatap pada Adam dengan malas. Dengan gesit, kucing itu melompat kemudian berlari menjauh. Mungkin dia terganggu dengan Adam, tak tinggal diam Adam pun turut berlari mengejarnya.

.

.

.

.

.

Sebuah mobil mewah warna hitam melesat cepat membawa orang penting di dalamnya, seorang pria yang memiliki kekuasaan untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Pria itu duduk dengan begitu tenang dan angkuh, ia memeriksa dengan teliti tiap lembar laporan yang ada di tangannya.

"Percepatan pembangunan pabrik itu, aku ingin tempat selesai dua bulan kedepan," ucapnya seraya menutup map yang ada di tangannya.

"Baik Tuan," jawab Hakim singkat.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di proyek, dengan sigap sang sopir membelokkan mobil memasuki gerbang yang terbuka. Seorang satpam mengangguk hormat menyambut kedatangan mereka.

Kucing yang dikejar oleh Adam berhenti tepat di tengah jalanan tanah,. melihat itu Adam menyeringai kecil. Tak perduli dengan teriknya panas yang menyengat, dan tubuhnya yang kotor akibat beberapa kali jatuh saat mengejar si kucing.

"Hehehe... mau kemana lagi kamu Pus." Adam berjalan mengendap-endap mendekati kucing itu, sayang. Saat Adam sudah dekat dan melompat untuk menangkap, kucing liar itu malah berlari. Alhasil Adam jatuh tertelungkup.

"Kucing nakal, di ajak main malah kabur lagi," umpatnya kesal. Adam perlahan berdiri tangan Adam terasa panas akibat bergesekan dengan tanah, lututnya berdarah, tetapi Adam tidak menangis.

Ia mencoba melangkah untuk mencari kucing liar itu lagi, meskipun dengan langkah yang tertatih. Saat itu sebuah mobil melaju kearahnya dengan kecepatan cukup tinggi, Adam tidak bisa berlari menghindar karena luka di kakinya.

Braak...

Tabrakan dihindarkan, mobil tidak berhenti tepat waktu.Tubuh mungil Adam terpental, berguling beberapa kali di tanah hingga akhirnya menabrak tumpukan kayu. Darah segar pun mengalir dari tubuhnya.

"Adam!" teriak Rafa, ia melempar keranjang yang dibawanya. laki-laki kecil itu berlari menghampiri tubuh mungil Adam yang terkapar di tanah.

"Apa yang terjadi?!" tanya Aric.

Wajah si sopir pucat pasi, dengan ragu ia menoleh kebelakang. Tatapan Aric tajam menusuk ke jantung, membuat sopir itu semakin ketakutan.

"Jawab! Kenapa kau diam?" tanya hakim kesal.

"A..Anu ...Tuan, saya tidak sengaja menabrak anak kecil," jawab sopir itu tergagap saking takutnya.

"Apa? Anak?!" Hakim memelototkan mata terkejut, di tempat seperti ini seharusnya tidak boleh ada anak kecil.

Sopir itu mengangguk mengiyakan. Tenggorokannya tercekat seperti tercekik, ia menunduk ketakutan.

"Kim, cepat bereskan," titah Aric.

"Baik Tuan."

"Kau! turun denganku," ucap Hakim sambil membuka pintu mobil, sopir itu mengangguk dan cepat mengikuti langkah Hakim.

Beberapa pekerjaan sudah mengerumuni korban, salah satu dari mereka mengangkat tubuh mungil yang bercucuran darah itu.

"Adam ...Adam ...!" Rafa terus memanggil nama anak kecil itu.

Hakim melangkah cepat membelah kerumunan, matanya terbelalak melihat kondisi anak kecil itu. Hakim mendelik tajam pada sopir yang berdiri disampingnya. Sopir itu hanya bisa menunduk dia, ketakutan.

"Siapa anak ini, kenapa dia ada di sini?" tanya Hakim.

"Dia ... Adik saya Pak, dia ikut saya jualan gorengan," jawab Rafa dengan sesegukan.

Hakim melemparkan tatapan pada para pegawai proyek. Mereka mengangguk mengiyakan ucapan Rafa.

"Hubungi ambulans, dan kau ikut denganku!" Hakim menarik tangan Rafa.

Seorang pekerja yang mengendong tubuh Adam, melihat pada teman-temannya. Ia merasa tidak tega jika harus membiarkan Adam menunggu kedatangan ambulans, dengan keadaannya yang sudah banyak kehilangan darah.

"Tuan, bisakah Tuan membawanya ke rumah sakit, saya khawatir dia tidak bisa bertahan," ucapnya takut-takut. Ia tahu, orang yang ada di hadapannya ini adalah orang penting.

Hakim terdiam sejenak, benar apa yang dikatakan pekerja itu benar.

"Kau, gendong dia. Antar kerumah sakit sekarang," ucap Hakim pada si sopir.

"Ba ...Baik Tuan." Sopir itu mengambil Adam yang terlihat pucat dari tangan perkerjaan yang mengendongnya.

Ia kemudian mengikuti langkah Hakim, yang sudah terlebih dahulu berjalan kearah mobil sambil menarik tangan Rafa.

Aric sudah menunggu di luar mobil, dengan

punggung yang ia sandarkan di mobil.

"Tuan, kita harus membawa anak ini ke rumah sakit. Lukanya cukup parah," lapor Hakim. Meskipun Hakim tahu Aric tidak suka dengan hal yang merepotkan seperti ini, akan tetapi ini keadaan yang sangat darurat.

Dengan enggan Aric melihat anak yang ada dalam gendongan sopir, ia cukup terkejut melihat wajah anak itu. Namun, dalam sekejap wajahnya kembali datar.

"Hem, Kenapa masih berdiri cepat masuk."

Hakim terkejut, ia kira sang tuan akan menolak untuk membawa Adam dengan mobil mereka.

"Kenapa masih diam? Cepat masuk," titah Aric. Hakim segera masuk ke mobil, ia duduk di kemudi mobil mengantikan si sopir.

Rafa duduk di depan bersama Hakim, sementara si sopir duduk di belakang dengan Aric. Rafa terus saja menangis, ia ketakutan melihat tubuh Adam yang bersimbah darah. Hakim mulai mengendarai mobilnya menjauh dari proyek, menuju rumah sakit terdekat.

"Hey, siapa namamu? dan siapa anak kecil ini?" tanya Aric tiba-tiba.

"Sa... Saya Rafa, dia Adam anak Tante Lily," jawab Rafa dengan suaranya yang serak, ia berusaha menyusutkan air matanya.

"Dia bukan Adikmu?"

Rafa menggelengkan kepalanya cepat. Hakim terkejut dalam hatinya, Aric yang biasanya tidak perduli dengan urusan orang lain, kenapa tiba-tiba tertarik dengan bocah yang tidak sengaja mereka tabrak itu. Bahkan tatapannya tak lepas dari anak itu.

"Tante Lily berkerja, jadi Adam di titipkan pada ibuku," jawab Rafa, Aric mengangguk mengerti.

Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di rumah sakit swasta yang ada di desa itu, Adam segera di bawa ke UGD untuk mendapatkan perawatan.

Sementara itu, Rafa di antara ke tempat kerja ibunda Adam untuk memberitahu apa yang terjadi pada anaknya.

Terpopuler

Comments

Novita

Novita

waduhh jangan2 luka Adam parah bgt nih sampe gak bisa nunggu ambulance..apa yg bikin Aric kaget liat Adam?? apa wajah mereka mirip??

2024-04-12

0

Torabika Torabika

Torabika Torabika

hmm mungkin ada dorongan kuat dln diri aric untuk bertanya sdkt lbh bnyk, entah insting apa yg dia pny, sbb berbeda seperti kt Hakim

2024-04-06

0

Torabika Torabika

Torabika Torabika

suka tidak suka harus dong baww Adam ke RS, kan dia tertabrak mobilnya aric. walaupun aric gk mau ttp aja hrs mau demi rasa kemanusiaan.

2024-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!