Masa lalu

Seorang wanita jatuh tersungkur di lantai, pipinya memerah dengan derai air mata yang seolah tak ingin berhenti mengalir. Baru saja dia didorong keras hingga jatuh tersungkur, wanita berusia 22 tahun kembali beringsut mendekati pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya.

"Maafkan lily Ayah," ucapnya dengan derai air mata.

Lily gadis berambut panjang itu bersujud di kaki sang ayah tak bergeming. Lily memekik keras saat rambut panjangnya ditarik kuat oleh sang ibu, tubuh Lily yang penuh lebam diseret hingga keluar rumah. Guntur kali ini hanya bisa diam, melihat putri pertamanya diperlakukan seperti itu, ia yang biasanya akan pasang padan saat Lily disakiti, kini terlihat tak perduli. Tak ada seorangpun yang berani menyentuh wanita itu. Namun, hari ini Guntur patah hati oleh anak kesayangannya itu.

"Ibu ... Ibu aku mohon, dengarkan Lily Bu." ujar Lily mengiba.

"Aku bukan ibumu, kamu hanya anak angkat!" hardik Ana.

Bagai disambar petir, Lily menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang diucapkan oleh wanita yang selama ini ia anggap sebagai ibu kandungnya. Meskipun Ana selalu membedakan ia dan adiknya. Namun, tak sedikitpun Lily mengira ia adalah anak angkat.

"Tidak! ini tidak benarkan Bu. Katakan, Ibu hanya sedang marah saja. Lily anak Ibu kan ... Lily anak ayah dan ibukan," cerca Lily dalam isaknya.

Ana hanya menatap sinis pada anak angkatnya itu.

Buk

Cindy melemparkan tas berisi baju dan barang-barang Sherly. Gadis muda itu menyeringai, menatap kakak angkatnya dengan tatapan jijik.

"Kasihan udah hamil nggak tau yang hamilin, sekarang tau kalau kamu hanya anak angkat di rumah ini. Makanya tahu diri dong, aku nggak nyangka lho anak kesayangan ayah ternyata murahan, sampai hamil gini," cibir Cindy dengan pongah.

Cindy memang selalu tidak suka pada kakaknya, ia merasa Guntur selalu pilih kasih pada mereka. Ayahnya itu selalu memanjakan Lily, sampai sang ibu memberi tahu padanya kalau Lily adalah anak yang di adopsi dari panti asuhan untuk pancingan agar Ana bisa hamil, dan memang Ana hamil setahun setelah mereka mengadopsi Lily.

Lily hanya bisa mencengkeram dadanya yang terasa sesak, sakit. Kenapa semua ini terjadi padanya. Ia menunduk dengan air mata yang mengalir semakin deras.

Guntur melangkah menyusul anak dan istri ke teras, ia ingin bertanya untuk terakhir kalinya pada gadis yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri. Lily mendongakkan kepalanya saat mendengar derap langkah berat mendekat ke arahnya.

"Ayah ... Lily anak Ayahkan? Lily putri Ayahkan?" tanya Lily dengan harapan semua yang ia dengar dari sang ibu adalah bohong.

"Lily, untuk terakhir kalinya ayah bertanya padamu. Siapa yang meghamilimu? Katakan, siapa ayah dari anak itu?!" tanya Guntur dengan nada tegas dan penuh amarah.

Lily menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak tahu siapa laki-laki yang malam itu merenggut mahkotanya. Guntur semakin geram, ia tidak menyangka gadis itu akan melindungi bajingan yang sudah mencoreng nama keluarga Wiguna.

"Lily nggak tau, Pa." Gadis itu tertunduk.

"Lily Valencia Wiguna, hari ini papa memutuskan hubungan keluarga denganmu. Kau bukan lagi bagian dari keluarga ini!" tegas Guntur Wiguna penuh penekanan.

Mata Lily melebar mendengar ucapan ayahnya. Cindy menatap kakaknya dengan tatapan mengejek. Guntur membalikkan badannya, ia melangkah cepat masuk kedalam.

"Pergi sana, kamu bukan lagi Kakakku." Cindy pun masuk.

"Pergilah, jangan membuat kami malu, dan jangan gunakan lagi nama Wiguna." Ana mengikuti langkah anak dan suaminya, ia menutup pintu dengan kasar.

Lily masih mematung, dunianya sudah hancur. Malam ini begitu dingin dan sepi, langit hitam pekat tanpa permata, bahkan angin pun tak berhembus. Seolah semua sepakat untuk meninggalkan wanita yang tengah berbadan dua itu.

Apa salah Lily, dia bahkan tidak tahu siapa yang telah menodai malam itu. Lily hanya seorang karyawan magang yang ditugaskan menemani atasannya untuk dinas keluar kota, tepatnya di Jakarta.

Malam yang naas menimpa gadis itu, setelah menyelesaikan perkerjaannya, Sherly memutuskan untuk menginap di hotel tempat ia menemani atasannya untuk meeting. ia menolak untuk menginap di rumah atasannya karena tidak ingin merepotkan. Apalagi atasannya itu adalah seorang duda, Lily tidak ingin ada gosip yang menyebar di kantor. Apa lagi kala itu Lily merasa tubuhnya tidak nyaman.

Ia masuk ke kamarnya, saat laki-laki itu sudah ada di dalam sana. Ia bahkan tidak ingat bagaimana wajah pria yang telah merenggut kehormatannya. Semuanya terjadi begitu cepat, ia seolah tidak sadar dengan apa yang terjadi.

Keesokan paginya, Lily terbangun sendirian di kamar hotel itu, hanya amplop berisi uang yang ada atas nakas. Ia sungguh tidak tahu siapa yang telah merenggut kehormatannya. Dengan hati dan tubuh yang telah hancur, Lily keluar dari kamar itu, setelah membersihkan dirinya. Ia terpaksa memakai jas yang di tinggalkan pria brengsek yang telah memperkosanya, karena bajunya telah koyak tak berbentuk.

Sebulan setelah kejadian itu, sebuah kehidupan tumbuh di rahimnya. Lily berusaha menutupi hal ini, ia ingin mengaborsi janin ini, beberapa kali ia sudah mendatangkan dukun dan tempat aborsi, tetapi ia hanya berdiri tanpa punya keberanian masuk ke tempat yang ia datangi.

Sampai akhirnya malam ini datang, Cindy adiknya menemukan tespeck yang ia gunakan. Saat Lily pulang kerja, sang ayah sudah bersiap untuk mengintrogasi Lily, apa lagi pertunangannya dengan anak dari sahabat sang ayah sudah di tentukan.

Perlahan Lily bangkit, ia mengambil tas yang dilemparkan Cindy padanya. Kemana ia akan pergi malam ini? Lily melangkah dengan tidak pasti.

Malam yang pekat, wanita itu berjalan kemana kakinya menuntunnya. Air matanya jatuh berderai membasahi pipi, tangan dinginnya mengusap lembut perutnya yang masih rata.

"Aku hanya punya kamu sekarang," ucap Lily pada janin yang masih berumur tiga minggu itu.

Air mata menetes dari sudut mata lentiknya, sekian lama berlalu. Namun, kejadian itu seolah baru saja ia alami.

"Bunda ... Bunda, susu Adam mana?" panggil seorang anak berusia hampir empat tahun.

Lily tersentak dari lamunannya, ia kembali mengaduk susu coklat yang ada dihadapannya.

"Iya sebentar Sayang," sahut Lily, wanita itu mengusap jejak air mata di pipinya.

Setelah selesai, ia membawa susu yang di buatnya ke ruang tamu.

"Ini Sayang susunya, di habiskan ya," ucap Lily sambil mengusap lembut rambut putranya.

Adam mengangguk, ia segera menenggak habis susu yang di berikan oleh bundanya.

"Bunda hari ini Adam boleh nggak ikut kak Rafa jualan?" tanya Adam setelah menghabiskan susunya.

"Boleh, tapi Adam harus hati-hati. Harus nurut sama Kak Rafa."

"Hole, Makasih Bunda." Adam memeluk erat tubuh sang bunda.

"Oke, kalau begitu kita kerumah Tante Ayu sekarang, bunda udah telat nih."

"Siap Bos."

Keduanya pun pergi ke rumah kontrakan yang hanya berjarak lima puluh meter, dari rumah yang di kontrak Lily.

Terpopuler

Comments

Novita

Novita

untung Lily gak menggugurkan kandungan nya..karna anak yg Lily kandung gak bersalah walaupun semua terasa tidak adil setidaknya Lily tidak menambah dosa dengan menggugurkan kandungannya dulu

2024-04-12

0

D'kurnia Sharma

D'kurnia Sharma

Lily sampai gak tahu sama sosok pria yg menghamilinya, jadi penasaran siapa ya pria itu. Mana anaknya sekarang udah gede umur 4th namanya Adam tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah

2024-04-04

0

D'kurnia Sharma

D'kurnia Sharma

Pantesan ayah dan ibu angkat Lily sangat marah bahkan sampe ngusir waktu tahu Lily hamil, karena mau dijodohkan sama teman kerjanya.
berarti kalo Lily gak jadi tunangan gantinya Cindy donk ya adiknya

2024-04-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!