Berkemas

Lily pun menceritakan semuanya, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan dia dan Aric. Ayu dan sang suami mendengarkan dengan seksama. Selain itu Adam juga menjelaskan kenapa ia meninggalkan Lily malam itu, sebuah penjelasan yang bahkan Lily baru tau hari ini. Setelah ia sah menyandang status sebagai istri Aric.

"Malam itu, aku sangat mabuk. Aku tidak menyangka akan merenggut kesucian seorang gadis, aku juga tidak tahu kenapa Lily bisa masuk ke sana. Seingatku aku memesan kamar untuk diriku sendiri, tentu saja dengan bantuan asistenku. Hatiku benar-benar kacau saat itu."

Aric menggenggam tangan istrinya, memindahkan tangan mungil itu dari pangkuan Lily ke dada Aric.

"Istriku, maafkan aku. Aku tidak tahu jika malam itu aku menyakitimu. Hari itu aku harus bergegas pergi, karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan, aku pergi dini hari saat kau masih terlelap. Aku harap kau mau memaafkan aku," ucap Aric dengan tulus, Lily dapat merasakan ketulusan kesungguhan dalam sorot matanya. Namun, untuk memanfaatkan kesalahan masa lalu itu.

Lily belum bisa melupakannya. Setelah kejadian malam itu, kehidupan Lily dalam sekejap berubah 180°. Lily hanya diam, ia menunduk dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Aku tahu, aku sudah menghancurkan hidupmu. Pasti sulit bagimu untuk memaafkan kesalahanku, tapi setidaknya percaya aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan membahagiakanmu juga Adam."

'Bisakah aku memaafkan mu, bisakah aku melupakan itu semua. Aku tidak berjanji banyak, tapi demi Adam aku akan mencobanya. Aku harap kau serius untuk ini,' gumam Lily lirih dalam hatinya.

"Kalau Istriku tidak mau, maka aku akan menempel seperti cicak." Aric melepaskan genggaman tangannya, memeluk erat lengan Lily sambil mengusap wajahnya di sana.

Ternyata kau hanya bisa serius dalam hitungan detik.

Lily menghela nafas panjang, ia mencoba menarik lengannya yang dipeluk oleh Aric.

"Lepaskan, jangan seperti anak kecil!" sentak Lily.

"Tidak mau, kalau aku melepaakamu sekarang. Aku akan menyesalinya seumur hidupku," ujar Aric dengan wajah yang dibuat imut dan memelas, ia menatap Lily dengan matanya yang dikedipan beberapa kali.

Ayu dan suaminya terkekeh melihat kemesraan mereka, ia bersyukur Aric menemukan Lily. Meskipun baru mengenalnya Ayu merasa ucapan Aric sangat tulus, ia yakin Aric bisa menjaga dan membahagiakan Lily dan Adam.

"Ayu, bantu aku lepasin Monyet ini dong!" seru Lily sambil berusaha mendorong keras tubuh Aric yang sudah menempel seperti dilem.

"Aish ... kalian pengantin baru, nggak usah pamer sama pengantin lama gitu dong. Yuk Mas, kita pulang." Ayu bangkit dari duduknya.

"Yuk Sayang, pulang."

"Eh ... tunggu. Jangan pulang, bantu aku berkemas," cegah Lily.

"Berkemas," beo Ayu sambil mengerutkan keningnya. Ia menatap heran pada wanita yang tengah bersusah payah lepas dari belitan ular jantan.

"Aku akan membawa Lily tinggal bersamaku," ujar Aric setelah melepaskan istrinya. Sebuah pergerakan yang membuat Lily merasa bisa bernafas lega.

"Pindah! cepet banget," ucap Ayu dengan nada kecewa, ia sedih jika harus berpisah dengan Lily.

Selama ini, ia sudah menganggap Lily sebagai saudara kandungnya sendiri. Meskipun tak sedarah, tetapi keadaan yang membuat mereka menjadi saudara. Joko memeluk tubuh istrinya dari samping, mengusap lembut lengan sang wanita. Ia tahu ini pasti berat bagi sang istri. Ayu menoleh menatap sang suami, dengan tatapan sendu.

"Ini sudah menjadi keputusan mereka," ujar Joko, berusaha menguatkan hati sang istri.

Lily juga sebenarnya tidak ingin pindah, ia sudah nyaman dengan kehidupannya sekarang. Apalagi jika harus meninggalkan Ayu, orang yang selama ini sudah ia anggap sebagai saudara sendiri. Saat ia rapuh, saat ia terpuruk. Ayu dan ibunya yang ada untuk Lily sampai saat ibu Ayu wafat saat Adam berusia satu tahun.

"Maafkan aku Yu, aku-,"

Lily tak mampu berkata, suaranya seperti tercekat di leher. Ia melakukan semua ini demi Adam, agar dia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan keluarga yang utuh.

"Udah, ngapain minta maaf. Kamu memang sudah seharusnya ikut suami," ucap Ayu.

Aric bisa merasakan kehangatan keluarga ini, keluarga yang tidak memiliki darah yang sama. Tetapi memiliki ikatan yang kuat.

"Ayu sama Jaka nggak usah khawatir, aku akan menjaga Istriku dengan baik," ucap Aric sambil memeluk erat tubuh Lily.

"Ish ... apa peluk-peluk, cepat lepasin!" sentak Lily.

"Istriku, jangan galak-galak. Suamimu ini hanya ingin bermanja sebentar saja," tutur Aric dengan nada memelas.

Lily berusaha memberontak, tetapi Aric semakin mempererat pelukannya sampai membuat Lily sesak nafas. Beruntung ponsel Aric berbunyi, ia segera melepaskan pelukan mautnya. Aric mengambil ponsel di dalam saku, wajahnya berubah serius setelah membaca sebuah pesan singkat yang masuk.

"Ok, aku harus pergi sekarang. Istriku jangan nakal, aku akan menjemputmu malam ini."

Cup.

Sebuah kecupan singkat mendarat di kening Lily, sebuah tindakan yang membuat wajah wanita itu merona. Aric segera bangkit dari duduknya, setelah berpamitan pada kedua saudara iparnya, Aric segera meninggalkan rumah itu.

"Cie ...cie ...yang terpesona sama suaminya," ledek Ayu, Lily yang tertegun dengan perlakuan hangat Aric segera tersadar.

"Apa sih, udah ah aku mau ganti baju gerah," kilahnya.

Lily segera beranjak pergi ke kamar, rasanya sungguh memalukan kepergok Ayu seperti itu.

Ayu dan Joko tertawa geli melihat tingkah Lily. Dia seperti anak ABG yang sedang malu-malu.

Cakrawala senja mulai menyapa. Sebentar lagi selimut hitam akan menemani para manusia, menyajikan hamparan bintang yang gemerlap. Mengantikan teriknya matahari.

Semua barang telah di siapkan, tinggal menunggu kedatangan Aric untuk menjemputnya. Ayu dan suaminya pamit pulang setelah membantu Lily berkemas, Ayu sudah punya janji akan mengajak Rafa ke rumah neneknya, ibu dari sang suami.

Tiga kardus yang disusun di ruang tamu, satu tas besar dan satu kantong plastik mainan Adam. Setelah selesai membersihkan rumah, Lily dan Adam duduk sambil menikmati sebuah acara televisi bersama.

Suara ketukan pintu membuat Lily harus beranjak dari tikar tempat ia duduk.

"Siapa Bunda?" tanya Adam sebelum sang Bunda melangkah menjauh.

"Mungkin Ayah kamu, Bunda bukain pintu sebentar ya," jawab Lily. Adam mengangguk mengiyakannya.

Lily berjalan mendekati pintu, dengan perlahan ia memutar handle pintu untuk membukanya.

"Selamat malam," ucap seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu.

"Malam, eh Pak Bagas," ucap Lily terkejut, ia tidak menyangka atasannya itu akan datang bertamu ke rumahnya.

"Aku di sini juga lho." Seorang wanita menyembulkan kepalanya di balik tubuh Bagas.

"Juminten!" Pekik Lily senang.

"Mari-mari silahkan masuk."

Bagas tersenyum kecil sambil mengangguk, ia melangkah masuk di ikuti dengan Juminten.

"Kamu apa kabar Li? lupa ya sama aku. Sampai nggak pernah ngabarin?"

"Maaf, belakang ini sibuk banget," jawab Lily apa adanya.

"Saya buatkan minum dulu ya, silakan duduk dulu."

"Nggak usah repot-repot, saya cuma mau melihat keadaan anak kamu. Apa dia sudah baikkan?" tanya Bagas.

Lily sebenarnya cukup terkejut dengan kedatangan Bagas ke rumahnya. Bagas di kenal sebagai orang yang cuek dan tegas pada karyawan. Lily belum pernah mendengar, Bagas menjenguk keluarga karyawan yang berkerja di pabrik selama ia menjabat. Namun, hari ini ia datang sambil membawa sekeranjang buah untuk menjenguk anaknya, sungguh hak yang tidak biasa.

Terpopuler

Comments

Sahidah Sari

Sahidah Sari

bisaa kan Krn dia tau km skr sdh jd istri nya aric kan ly,

2024-04-23

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

kan km masih bisa ketemu sama Lily kan ayu,, dia kan ga pergi jauh

2024-04-23

0

Sahidah Sari

Sahidah Sari

🤣🤣🤣aric di panggil monyet 🐒🐒

2024-04-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!