Hampir

Aric mengangkat sudut bibirnya, wanita ini. Apa dia benar- benar lupa siapa yang menanamkan benih pada rahimnya, lima tahun yang lalu. Namun, itu wajar. Aric sendiri pun lupa dengan wajah wanita malam itu.

"Kau wanita itukan, lima tahun yang lalu. Apa kau lupa malam itu," ujar Aric dengan tenang.

Mata Lily melebar mendengar ucapan Aric, lima tahun yang lalu siap yang bisa melupakan malam itu. Kehormatan yang direnggut dengan paksa, kehancuran hidup Lily dimulai di malam itu.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti Tuan," jawab Lily ia berusaha setenang mungkin, walaupun wajah terlihat pias.

"Menarik, kau melupakan malam itu tapi kau memakai cincin yang aku tinggalkan, sungguh menarik sekali Nyonya Lily," sindir Aric.

Lily meremas cincin yang ada di jari manisnya, sungguh ia melupakan hal itu, selain amplop coklat laki-laki itu juga meninggalkan sebuah kotak beludru merah yang berisi sebuah cincin. Sejak di usir dari keluarga Wiguna, Lily memakai cincin itu, agar orang mengira ia sudah menikah.

"Kenapa diam, apa kau bisa menjelaskan asal cincin itu?" Aric menyeringai, ia merasa menang karena berhasil membuat Lily bungkam.

"A-Aku membelinya, kenapa? Cincin seperti ini tidak hanya satu, aku yakin cincin milik Anda juga salah satu desain yang mereka keluarkan," kilah Lily.

"Kau salah, cincin itu aku pesan khusus, dan itu satu-satunya di dunia!" tegas Aric.

Sebenarnya cincin itu adalah cincin yang akan ia gunakan untuk melamar, Veronica lima tahun yang lalu. Ia memesannya khusus dari seorang desainer perhiasan ternama, dalam cincin itu ada makna yang mendalam. Cinta abadi, tapi apalah daya. Cinta Aric tak seindah harapan, semuanya pupus tak bersisa.

Wajah Lily terlihat semakin pucat, ia meruntuki cincin sialan yang sekarang menjeratnya.

"Kenapa diam? sudah tidak bisa melawan lagi," sindir Aric.

Lily menatap tajam pada Aric, membuat Aric semakin tertarik. Pria itu mengeluarkan secarik kertas, dari dalam saku jas yang ia pakai. Ia membukanya perlahan lalu memberikannya pada Lily.

"Ditambah dengan ini, kau tidak bisa menyangkal lagi. Adam adalah anakku, dan kau adalah wanita itu. Wanita yang naik keatas ranjangku lima tahun yang lalu."

Lily menerima kertas itu, matanya berkaca-kaca setelah melihat hasil tes DNA yang diberikan Aric. Ya, keduanya memang ayah dan anak. Lily sudah tidak bisa membantahnya lagi.

Lily tertawa, tawa yang terdengar sumbang dengan derai air mata yang mengalir deras. Takdir sungguh lucu, lima tahun yang lalu takdir menghempaskan dirinya ke lubang penderitaan. Sekarang saat ia bangkit dan mulai menata hidupnya, ia di pertemukan lagi dengan pria yang sama, orang yang membuatnya hancur.

Aric mengerutkan keningnya, melihat reaksi tak terduga dari wanita dihadapannya itu. Apa wanita itu sudah kehilangan akal? Kalau begitu ia harus segera membawa pergi putranya. Ia tidak yakin wanita itu bisa merawat Adam dengan baik, kejiwaannya pasti terguncang.

"Kenapa kau datang? Kenapa kau hadir lagi dalam hidupku? Pria Brengsek!" teriak Lily memilukan.

Lily melemparkan kertas itu pada Aric dengan kasar.

"Karena kamu aku hancur, apa kau puas. Pergi dari rumahku, aku membencimu. Aku tidak ingin melihat wajahmu!"

Lily menangis, meluapkan semua emosi yang selama ini ia pendam. Ia ingin kuat, tapi nyatanya ia rapuh. Kehadiran Aric membuat lukanya kembali mengangga, kenangan pahit itu kembali menghantam Lily. Wanita itu terduduk lemas, menutupi wajah dengan kedua tangannya.

Aric tertegun melihat Lily, beberapa tahun ini pasti tidak mudah baginya. Mungkin saja, mungkin wanita itu jiga mengalami hal yang sama dengannya. Aric harus menyelidiki semua itu, ia ingin tahu lebih banyak dari wanita yang melahirkan darah dagingnya.

"Aku akan memberikan kompensasi padamu, atas penderitaan yang kau alami selama ini," ucap Aric.

Perlahan Lily menurunkan tangan yang menutupi wajahnya, rasanya sungguh mengelikan mendengar kata kompensasi itu. Lily menatap tajam pada Aric, dengan matanya yang bersimbah air mata.

"Apa kau sanggup?"

"Kau meremehkanku, kita akan membahas itu nanti. Sekarang aku akan menjelaskan sesuatu, aku akan membawa Adam pergi bersamaku," Aric menuturkan dengan serius.

"Dia anakku, kau tidak berhak memisahkan kami!" teriak Lily, ia menatap nyalang pada Aric.

Tidak perduli Aric siapa, demi Adam Lily rela melakukan segalanya. Adam adalah satu-satunya yang ia miliki, ia tidak bisa jika harus berpisah dengan jantung hatinya.

"Dia lahir dari benih yang aku tanam di rahimmu, suka atau tidak. Adam juga anakku!" tegas Aric.

"Bukan! dia bukan anakmu, kau hanya laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Kemana saja kau lima tahun ini? Jika kau memang ayahnya, kenapa kau tidak mencari keberadaan darah dagingmu selama ini?!"

"Kau tidak punya hak, kau tidak berhak atas anakku!"

"Aku punya hak, Nyonya. Kita bisa bicara baik-baik di sini, atau aku akan mengajukan hak asuh ke pengadilan. Kau tau siapa yang akan menang? tentu saja aku, dan kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan Adam selamanya," ucap Aric, pria itu sungguh terlihat sangat tenang menghadapi Lily.

Berbeda dengan Aric, tubuh Lily lemas seketika. Aric bukanlah orang yang bisa ia lawan sekarang, meskipun Lily tidak tahu seberapa kaya dan berkuasanya laki-laki itu. Namun, Lily yakin dia bukan orang sembarangan. Lily tidak akan sanggup melawannya.

"Kenapa kau melakukan ini? Apa tidak cukup bagimu menghancurkan hidupku," ucap Lily lirih. Ia sudah kehilangan tenaganya.

Aric bangkit dari duduknya, ia berjalan mendekat kearah Lily. Aric meraih dagu Lily, sedikit mengangkatnya keatas. Kedua mata sembab Lily menatap sendu pada Aric.

Cantik.

Satu kata yang terucap di dalam hati Aric.

"Ada satu cara untukmu bisa bersama Adam."

"Apa?"

"Menikah denganku."

"Menikah?" beo Lily.

"Ya, jika kau masih ingin bersama Adam, menemaninya sampai ia dewasa."

"Aku-."

Ucapan Lily terhenti karena ketukan pintu. Sudah sangat larut untuk seseorang bertamu.

"Mbak, Mbak Lily bisa buka pintunya!" teriak seorang laki-laki dari luar.

"Iya sebentar," sahut Lily.

Adam melepaskan dagu Lily dengan tidak rela, membiarkan wanita itu bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Lily mengentikan langkah sejenak sebelum membuka pintu, ia mengusap air matanya, dan sedikit merapikan diri.

"Astaga, Pak Rt. Ada apa ini?" Lily terkejut saat membuka pintu, banyak orang berkumpul di teras rumahnya.

"Ibu Siwin mendengar keributan di rumah Mbak Lily, lalu melaporkannya pada saya. Katanya ada suara laki-laki berteriak."

"Iya Pak, ribut banget. Bukannya Mbak Lily ini janda ya, kok ada laki-laki sih Mbak malem-malem gini," timpal seorang wanita bertubuh tambun, yang tak lain adalah Bu Siwin.

"Itu anu Pak, sebenarnya," Lily bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Pak Rt.

Lily terhenyak saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Sontak ia menoleh. Aric tersenyum menatap Lily.

"Siapa Sayang?" tanya Aric.

Semua orang di yang ada di sana terkejut, tak terkecuali Lily.

"Bapak siapa ya? kenapa ada di sini?" tanya Pak Rt.

"Saya suami Lily, kenapa saya tidak boleh ada di sini?"

"Apa Suami!" pekik hadirin terkejut.

Terpopuler

Comments

Torabika Torabika

Torabika Torabika

hahaha di luar ekspektasi dan rencana, aric dgn santainya blng suami Lily ke org2 yg mau ngegerebek... kaget ya? suami Lily ganteng jg perlente

2024-04-24

0

Torabika Torabika

Torabika Torabika

katakan Yes i do aja Lily...demi Adam jg kan.

2024-04-24

0

Torabika Torabika

Torabika Torabika

ya ampun aric biarpun kwmu bs dgn mudah ambil Adam Krn kamu lbh bs menjamin kehidupan Adam tp kamu lupa satu hal, klo Adam gk akan bs jauh dr Lily ibunya.

2024-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!