Menjadi tersangka

Kini aku dibawa ke kantor polisi dengan laporan kasus penganiayaan seorang pria yang bernama Rian. laporan itu dibuat oleh ibu Ratna. karena dia tidak terima atas apa yang telah aku lakukan kepada putranya. walaupun aku telah menjelaskan kronologi yang sebenarnya sehingga aku nekad berbuat sedemikian kepada Rian putranya. namun Bu Ratna lebih percaya putranya daripada aku. karena dia tidak terima bahwa apa yang aku lakukan mengakibatkan Rian mengalami kebutaan matanya sebelah kiri.sehingga kini aku telah menjadi tersangka dan berada di ruangan interogasi.

Diruangan ini aku sendiri menunggu seorang polisi yang bertugas sebagai penyidik untuk mengintrogasi diriku atas kasus yang telah aku lakukan. Rasa takut yang begitu dalam aku rasakan. kenapa hidupku serumit ini? andai saja dirahimku saat ini tidak ada janin maka aku akan putuskan untuk pergi ikut bersama ibu dan ayah saja. rasanya aku sudah tidak sanggup menjalani hidup ini. dunia ini benar-benar kejam untuk wanita seperti aku.

Aku tidak bisa menahan tangisku. walaupun aku telah mencoba agar tetap tegar dan kuat seperti tekatku namun di saat seperti ini rasanya jiwaku benar2 terguncang. Tak ada saudara ataupun teman yang ikut mendampingi aku dalam menjalani proses hukum yang kini sedang aku jalani.aku benar2 merasa sendiri di dunia ini.

"Selamat pagi!" terdengar suara bariton seorang polisi masuk menyapa diriku. seketika itu juga jantungku tak karuan rasa takut menjalar di seluruh tubuhku aku menatap wajah polisi itu sekilas. terlihat jelas wajah tampan dan tegas sesuai dengan profesinya sebagai seorang penyidik.

Polisi itu kini telah duduk di hadapanku dia menatapku dengan tatapan yang rasanya mematikan bagiku.

"Siapa nama Kamu?" terdengar suara dingin itu mulai membuka percakapan.

"Na-nama saya Lyra Ayudia pak. aku menjawab dengan gugup rasanya lidahku begitu kelu. dan tubuhku terasa sangat kaku.pandangan dingin dan suara tak bersahabat itu yang menjadi pemicunya.bagaimana aku menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya nanti? ya Allah aku mohon beri aku kekuatan dan hilangkan semua rasa takut dan gelisah ku.

Kulihat dia mulai mengambil sehelai kertas dan sebuah pulpen untuk mencatat semua keterangan dariku. "Siapa nama kedua orangtuamu, dimana alamat rumahmu, apa pekerjaanmu?" pertanyaan beruntun itu membuat aku bingung untuk menjawab yang mana terlebih dahulu. tetapi aku kuatkan mentalku kembali ku bayangkan anak yang ada dalam kandunganku. aku harus kuat. ya ini semua demi bayiku. lagipula aku memang tidak bersalah untuk apa aku Takut.

Aku mulai mencurahkan semua kronologis kejadian itu. dan dia sepertinya kaget saat mendengar aku hamil tanpa suami.

"Apakah kamu seorang wanita penghibur?" sontak pertanyaan penyidik itu membuat aku terperanjat.

"Pak, saya sudah menceritakan semuanya kepada bapak. saya bukan wanita penghibur!"

"Kalau begitu coba jelaskan bagaimana kamu hamil tanpa suami?" dia semakin mengorek informasi ke bagian pribadiku.

"Haruskah aku menceritakan juga tentang hal pribadi saya kepada bapak?" rasa takut yang tadi aku rasakan kini telah hilang karena aku telah terpancing emosi oleh penyidik itu.

"Ya tentu saja!" suara dingin itu menjawab singkat. membuat nyali ku akan ciut kembali.

"Pak, saya ini seorang yatim piatu.kedua orangtua saya sudah meninggal dan saya merantau ke kota Medan. dan disana saya bekerja sebagai cleaning servis di sebuah RS swasta. lalu saya mencintai seseorang Dokter, sehingga hubungan terlarang itu terjadi. dan akhirnya saya hamil." kata2ku terhenti.kembali ingatan ku kepada Dr dingin itu. tanpa terasa sudah satu bulan aku pergi darinya. bagaimana kabarnya sekarang? apakah dia sudah menikah dan tidak adakah dia mengingatku walau sedikit saja.

"Kenapa kamu tidak minta pertanggungjawaban dari Dokter itu?" kembali pertanyaan itu membuat ingatanku kembali kepada Dr dingin itu. aku disini sendiri menjalani hidupku yang penuh dengan derita dan juga perjuangan. apakah dia tak pernah memikirkan aku? ah aku tidak boleh berharap apapun kepadanya lagi. tentu saja dia saat ini sedang berbahagia dengan orang yang dia cintai.aku wanita bodoh tak akan pernah dia kenang.

"Hei, apakah kamu mendengar pertanyaanku?" suara penyidik itu membuyarkan lamunanku.

"Di-dia telah menikah pak." aku menjawab dengan singkat.

"Jadi kamu seorang pelakor? apakah kamu sengaja melarikan diri dari serangan istrinya." ucapan polisi itu membuat emosiku memuncak.

"Maaf pak, saya rasa pertanyaan bapak sudah keluar dari jalur kasus yang sedang saya jalani."

"Kenapa kamu sangat emosional? apakah dugaanku benar adanya?"

"Cukup pak! kenapa bapak lebih tertarik untuk menanyakan hal pribadi saya? apakah bapak bisa merasakan sesulit apa penderitaan saya saat ini? jika saya hamil tanpa seorang suami apakah itu akan menyakiti bapak? apakah saya salah bila mencintai seseorang? andai saya bisa memutar waktu. ini semua tidak akan pernah terjadi pak! jika saya bisa memilih maka saya akan memilih mati saja. saya tidak sanggup menjalani hidup ini. dan perlu bapak tahu lagi jika saya bukanlah seorang pelakor."

Air mataku tumpah bagaikan anak sungai. Aku tidak sanggup menatap penyidik itu. aku masih menangis tertunduk. batinku begitu sakit.

"Saya tahu pak jika saya bukanlah wanita yang baik. tetapi saya tidak seburuk yang bapak pikirkan. saya bukan pelakor ataupun wanita penghibur. jika takdir saya seperti ini. itu bukan berarti bapak bisa menyimpulkan saya seperti yang ada dalam pikiran bapak. tolong jangan katakan itu lagi. saya akan menerima hukuman sesuai dengan kasus yang saya jalani."

Aku beranikan diriku untuk menatap penyidik dingin itu. karena begitu banyak pembicaraan ku tetapi tidak ada balasan darinya. tanpa sengaja indra pengelihatan kami bertemu. dia menatapku dengan tatapan yang lembut. apakah dia merasa kasihan dengan ku? ah tapi itu tidak mungkin. dunia ini begitu kejam tidak akan ada yang kasihan toh aku sudah merasakan sendiri. Bu Ratna yang aku kira orang baik tetapi dia lebih membela putranya yang sudah jelas berprilaku buruk. tetapi aku tidak juga menyalahkan nya karena dia adalah seorang ibu. bagaimanapun dia pasti tidak rela melihat anaknya tersakiti.

"Oke. aku minta maaf telah membuatmu menangis. sekarang ayo kita kembali ke kasus semula. sekarang ceritakan padaku apakah kamu mempunyai bukti tanda jika si korban pernah melakukan pelecehan seksual kepadamu?"

"Aku, tidak punya bukti apa2 pak. karena malam itu aku berusaha memberontak dan lepas darinya."

"Maksud saya apakah ada luka di tubuhmu atau memar begitu."

"Luka tidak ada pak. tapi memar di pergelangan tangan saya ada." aku menunjukkan bekas memar ditanganku kepada penyidik itu. dan dia segera memegang tanganku dan menekan sedikit bekas memar itu. sehingga aku meringis menahan sakit.

"Ah maaf. baiklah nanti siang ada dokter yang akan memvisum dirimu untuk dijadikan bukti saat di pengadilan nanti. penyidikan untuk hari ini saya sudahi.dan kamu bisa kembali ke tahanan. aku hanya mengangguk aku tidak tahu harus bicara apa kepada polisi itu.

Aku masih duduk di kursi panas itu sambil menunggu pihak tahanan datang menjemputku dan aku melihat penyidik itu sudah bersiap untuk pergi. tetapi dia kembali menatapku dengan tatapan yang tak bisa aku artikan.

"Apakah tahananmu di satukan oleh yang lainnya?" aku mengangguk tanda mengiyakan karena semalam aku tidur di atas lantai tanpa alas. mereka tidak mau berbagi alas tidur denganku. sebenarnya aku sangat takut dan khawatir dengan kandunganku. aku takut mereka akan menyakiti aku dan calon anakku.

"Baiklah. nanti aku akan mengusulkan untuk memindahkan mu. agar kamu diberikan satu ruangan sendiri agar kandunganmu baik2 saja." dia segera keluar tanpa melihatku lagi. aku segera memanggil penyidik itu yang kini sudah bersikap baik denganku.

"Pak!" langkah pak polisi itu terhenti saat mendengar panggilanku.dia membalikkan tubuhnya dan menghadapku. "Ada apa?"

"Terimakasih atas kebaikan Bapak." dia kembali memperhatikan aku dan menarik sedikit sudut bibirnya. senyum itu menambah ketampanannya. "Ya. tenanglah kamu tidak perlu takut jika kamu memang tidak bersalah. aku akan membantumu saat pengadilan nanti." dia segera keluar dari ruangan itu

****

POV Dokter Yandra putra.

Entah sudah berapa lama aku duduk di balkon RS ini. Ya, aku sengaja duduk disini karena ini adalah tempat favorit wanita yang kini sangat aku rindukan. aku menatap lurus kedepan dan kembali ingatanku kepada wanita cantik nan lembut itu. semua masih jelas di ingatanku disaat malam percintaan ku dengannya. masih terbayang semua tatapan penuh cintanya kepada ku sehingga dia merelakan kesuciannya untuk ku.

Aku tersenyum mengejek kebodohanku sendiri.kenapa aku meninggikan ego ku.padahal rasa cintaku sudah tumbuh tetapi aku juga tidak bisa mengabaikan ikatan yang telah aku buat dan di saksikan oleh kedua belah pihak keluarga. aku telah salah mencintai wanita ular itu. sehingga aku kehilangan bidadari tak bersayap ku.

"Lyra, kamu dimana sekarang? kenapa kamu pergi tanpa memberiku kabar sedikitpun. kemana aku harus mencarimu lagi. jika kamu tidak ada di kampung. dimanakah kamu sekarang? apakah kamu baik2 saja bersama calon anak kita? ah Lyra. aku sangat merindukan kalian.

Bersambung

Mohon dukungannya sahabat reader. tinggalkan like, komen, vavorit dan vote. agar author semangat up terimakasih 🙏🥰

Terpopuler

Comments

adning iza

adning iza

wahh sperty dr dingin sudh akn sadar nihh dg klakuan tunangany

2023-09-23

1

Yati Yati

Yati Yati

pretttt Dr edan

2023-04-11

0

kertaskusut

kertaskusut

hahaha, pertanyaannya itu loh

2022-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Tak Disengaja
2 Kuserahkan semua untukmu
3 Datangnya penyesalan
4 Mendengar cerita Nadia
5 Garis dua
6 Menemui Si Dokter dingin
7 Hari-hari yang berat bagiku
8 Kebaikan Dr Evan
9 Rasa takut dan bahagia
10 Ternyata dia tak seburuk yang aku kira
11 Mengeluarkan Uneg-uneg ku
12 Ke gigihan Dr dingin
13 Tawaran Dr dingin
14 Bercerita kepada Nadia
15 Ku tinggalkan dirimu demi kebaikanku
16 Syarat yang tak bisa aku penuhi
17 Apapun yang terjadi aku akan melindungi nyawa anakku
18 Menjadi tersangka
19 Gudang penyesalan
20 Hari persidangan
21 Bebas
22 Panggilan tidak nyaman
23 Lamaran mas Arman
24 Pertama kali naik pesawat
25 Hinaan dan cacian
26 Di Rumah Sakit
27 Penolakan ku
28 Kembali ke kota Padang
29 Menerima lamaran mas Arman
30 Mas Arman sakit kepala
31 Di pabrik
32 Mas Arman kecewa
33 Sah menjadi pasangan suami istri
34 Acara resepsi pernikahan
35 Pesan dari dokter dingin
36 Rencana Dr Dingin
37 Pengakuan Yandra pada sang Mama
38 Mencari tahu
39 Salah paham
40 Memperbaiki kesalahpahaman
41 Sakit kepala yang kedua kalinya
42 Di Rumah Sakit
43 Arman vs Yandra
44 Perpisahan demi kebaikan
45 Ternyata cemburu itu sakit
46 Luapan penyesalan
47 Pacaran ala anak remaja
48 Bertemu Teman
49 Sepasang cincin kawin
50 Bertemu Rival
51 Pulang cepat
52 Mengetahui penyakit Arman
53 Rasa takut yang begitu besar
54 Hanya dia yang bisa menenangkan aku
55 Lyra kritis
56 Welcome Baby Boy
57 Tak ada hal yang aku inginkan selain melihatmu bahagia
58 YANJU SANJAYA
59 Kebahagiaan Lyra
60 Bercerita kepada Orangtua
61 Mengunjungi Bayi Yanju
62 Kembali ke aktivitasnya semula
63 Memberi Nadia kabar
64 Memberi tahu Lyra
65 Masih bercerita
66 Mama Anggi ingin ketemu Yanju
67 Canda jadi Luka
68 Rasa cemas
69 Kunjungan Nadia dan Dokter Evan
70 Bercerita kepada dokter Evan
71 Rencana kedatangan Oma
72 Menjemput Mama Anggi
73 Yanju bertemu Oma Anggi
74 Mengetahui yang sebenarnya
75 Rasa takut Lyra
76 Kedatangan Papa Malik dan Yandra
77 Kembali suasana Haru
78 Berusaha ikhlas dan merelakan
79 Pertemuan tak sengaja
80 Makan siang bersama
81 Cemburu tiba-tiba
82 Prihal Sekardus mi instan
83 Kultum dalam mobil
84 Kejahilan Sikutub
85 Makan bakso
86 Cruise liner
87 Gaji Randa dipotong dua kardus mie instan
88 Menemui Dokter Obgyn
89 Keadaan Arman memburuk
90 Memberi tahu Papa dan Mama
91 Papa dan mama datang menjemput
92 Ke Rumah Sakit
93 Abnesia ringan
94 Berusaha tetap tegar
95 Kedapatan mama dan papa
96 Mengantar bekal ke RS
97 Panggil Abang
98 Menjalani operasi
99 Koma
100 Baby Twins
101 Pengen makan disuapin kamu
102 Berhenti Berdetak
103 Hal tak terduga
104 Kedatangan Widi
105 Dokter Yoga
106 Diantar pulang
107 Morning sickness
108 Alergi
109 Menerima permintaan
110 Kekecewaan Papa dan Mama
111 Di sekolah
112 Jalan-jalan
113 Pernikahan Nadia dan Dr Evan
114 Di pesta
115 Di Jogja
116 Bertemu orangtua di Jogja
117 Perang dingin
118 Berubah seketika
119 Kejutan
120 Ngobrol bersama
121 Ungkapan Arman
122 ENDING
123 Bonus 1. Perkara gudeg
124 Part bonus
125 Bonus chapter 2. Lyra koma
126 Pengumuman
127 Pengumuman
128 Novel baru
129 Pengumuman
130 Novel Baru
131 Karya baru
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Pertemuan Tak Disengaja
2
Kuserahkan semua untukmu
3
Datangnya penyesalan
4
Mendengar cerita Nadia
5
Garis dua
6
Menemui Si Dokter dingin
7
Hari-hari yang berat bagiku
8
Kebaikan Dr Evan
9
Rasa takut dan bahagia
10
Ternyata dia tak seburuk yang aku kira
11
Mengeluarkan Uneg-uneg ku
12
Ke gigihan Dr dingin
13
Tawaran Dr dingin
14
Bercerita kepada Nadia
15
Ku tinggalkan dirimu demi kebaikanku
16
Syarat yang tak bisa aku penuhi
17
Apapun yang terjadi aku akan melindungi nyawa anakku
18
Menjadi tersangka
19
Gudang penyesalan
20
Hari persidangan
21
Bebas
22
Panggilan tidak nyaman
23
Lamaran mas Arman
24
Pertama kali naik pesawat
25
Hinaan dan cacian
26
Di Rumah Sakit
27
Penolakan ku
28
Kembali ke kota Padang
29
Menerima lamaran mas Arman
30
Mas Arman sakit kepala
31
Di pabrik
32
Mas Arman kecewa
33
Sah menjadi pasangan suami istri
34
Acara resepsi pernikahan
35
Pesan dari dokter dingin
36
Rencana Dr Dingin
37
Pengakuan Yandra pada sang Mama
38
Mencari tahu
39
Salah paham
40
Memperbaiki kesalahpahaman
41
Sakit kepala yang kedua kalinya
42
Di Rumah Sakit
43
Arman vs Yandra
44
Perpisahan demi kebaikan
45
Ternyata cemburu itu sakit
46
Luapan penyesalan
47
Pacaran ala anak remaja
48
Bertemu Teman
49
Sepasang cincin kawin
50
Bertemu Rival
51
Pulang cepat
52
Mengetahui penyakit Arman
53
Rasa takut yang begitu besar
54
Hanya dia yang bisa menenangkan aku
55
Lyra kritis
56
Welcome Baby Boy
57
Tak ada hal yang aku inginkan selain melihatmu bahagia
58
YANJU SANJAYA
59
Kebahagiaan Lyra
60
Bercerita kepada Orangtua
61
Mengunjungi Bayi Yanju
62
Kembali ke aktivitasnya semula
63
Memberi Nadia kabar
64
Memberi tahu Lyra
65
Masih bercerita
66
Mama Anggi ingin ketemu Yanju
67
Canda jadi Luka
68
Rasa cemas
69
Kunjungan Nadia dan Dokter Evan
70
Bercerita kepada dokter Evan
71
Rencana kedatangan Oma
72
Menjemput Mama Anggi
73
Yanju bertemu Oma Anggi
74
Mengetahui yang sebenarnya
75
Rasa takut Lyra
76
Kedatangan Papa Malik dan Yandra
77
Kembali suasana Haru
78
Berusaha ikhlas dan merelakan
79
Pertemuan tak sengaja
80
Makan siang bersama
81
Cemburu tiba-tiba
82
Prihal Sekardus mi instan
83
Kultum dalam mobil
84
Kejahilan Sikutub
85
Makan bakso
86
Cruise liner
87
Gaji Randa dipotong dua kardus mie instan
88
Menemui Dokter Obgyn
89
Keadaan Arman memburuk
90
Memberi tahu Papa dan Mama
91
Papa dan mama datang menjemput
92
Ke Rumah Sakit
93
Abnesia ringan
94
Berusaha tetap tegar
95
Kedapatan mama dan papa
96
Mengantar bekal ke RS
97
Panggil Abang
98
Menjalani operasi
99
Koma
100
Baby Twins
101
Pengen makan disuapin kamu
102
Berhenti Berdetak
103
Hal tak terduga
104
Kedatangan Widi
105
Dokter Yoga
106
Diantar pulang
107
Morning sickness
108
Alergi
109
Menerima permintaan
110
Kekecewaan Papa dan Mama
111
Di sekolah
112
Jalan-jalan
113
Pernikahan Nadia dan Dr Evan
114
Di pesta
115
Di Jogja
116
Bertemu orangtua di Jogja
117
Perang dingin
118
Berubah seketika
119
Kejutan
120
Ngobrol bersama
121
Ungkapan Arman
122
ENDING
123
Bonus 1. Perkara gudeg
124
Part bonus
125
Bonus chapter 2. Lyra koma
126
Pengumuman
127
Pengumuman
128
Novel baru
129
Pengumuman
130
Novel Baru
131
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!