Indah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi, dia mencoba berjalan dengan normal namun area sensitifnya masih merasa sakit.
Indah melihat Ersen sekilas yang duduk di sofa dekat ranjang,Ersen terlihat tidak menatap Indah namun sebenarnya Ersen melirik Indah saat pandangan mata wanita itu melihat ke arah lain.
"Aku mau bicara—"
"Kita perlu bicara—”
Ucap keduanya secara bersamaan, Indah melangkahkan kakinya menghampiri Ersen.Dirinya duduk di sofa dengan jarak yang lumayan jauh.
”Aku minta maaf untuk semalam, aku ingin bertanggung jawab namun aku tidak mencintaimu”Ujar Ersen membuat Indah sedikit mengerti, dia juga tidak mencintai Ersen.
Mereka hanya dipertemukan kedua kali dan bahkan dalam situasi yang darurat.
"Kau tidak perlu minta maaf, kita sama-sama salah"Kata Indah mengingat perbuatan yang semalam dilakukannya secara tidak sadar.
Andai saja dirinya tidak mabuk mungkin tidak akan terjadi hal yang seperti ini antara dirinya dan Ersen.Mungkin pagi ini dirinya akan fokus menjadi pemandu wisata sedangkan Ersen fokus dengan liburannya.
”Mulai saat ini anggaplah kita tidak pernah mengenal dan bertemu,aku akan memberikan apa yang kamu mau namun untuk bertanggung jawab aku tidak bisa"Jelas Ersen, dia tidak bisa untuk bertanggung jawab karena kini dihatinya hanya ada kekasihnya Erica.
Indah sedikit tersenyum, mungkin ini adalah hari apesnya harus kehilangan mahkota yang dia jaga untuk suaminya kelak.
"Lupakanlah, aku tidak menginginkan apapun darimu!aku hanya ingin fokus bekerja disini oh iya mengenai pernikahan kita sebaiknya kamu segera mengurus surat perceraiannya"Indah teringat dengan pernikahan dadakan yang dilaksanakannya tadi malam.
"Kamu tenang saja aku akan segera mengurus perceraian kita dan aku akan memberikan apapun yang kamu minta"Kata Ersen membuat Indah sedikit tertawa, apa kurang jelas tadi dia menolak tawaran Ersen.
"Aku tidak mau!aku mau pergi terlebih dahulu, sampai jumpa"Indah bersikeras menolaknya.Jika dia menerima bukankah dia seperti menjual tubuhnya sendiri, yang benar saja.
Ersen hanya menatap punggung Indah yang mulai tidak terlihat dari arah pintu kamarnya,dia merasa bersalah.Ersen memutuskan untuk segera berberes dan keluar dari kapal.
"Dimana jam tanganku"Gumam Ersen mencari jam tangan yang ia gunakan tadi malam, matanya melihat jam tangan itu berada di ranjang.
Diambilnya jam tangan, tidak sengaja matanya menatap seprei yang terdapat warna merah.Membuat Ersen sedikit terkejut.
"Mungkinkah kemarin adalah hal pertama untuknya"Gumam Ersen saat melihat noda merah di ranjang.
"Cari tahu identitas wanita bernama Indah, letak kamarnya dekat denganku"Ucapnya melalui sambungan telepon.
Ersen membanting hendphonenya ke ranjang, dia merasa frustasi.Di satu sisi dia ingin bertanggung jawab namun di sisi lain dia juga harus memikirkan perasaan Erinca, wanita yang telah menemani dirinya selama dua tahun.
Bunyi nada dering guitar candence membuat Ersen melirik hendphone nya, dengan malas dia mengangkat hendphonenya.
"Tidak ada orang"Ucapnya lalu ingin mematikan telepon, namun suara anak kecil yang cukup familiar mengagalkan niatnya.
"Paman Ersen"Teriak suara cempreng membuat Ersen otomatis menjauhkan hendphonenya dari telinga.
Ia mengelus telinganya"Ada apa Nora?"Jawab Ersen sehalus mungkin.
"Paman dimana?kenapa nggak datang ke mantion papa sih katanya mau ajak Nora main"Anak itu sedikit mengerutu membuat Ersen menggaruk tengkuknya.Dia lupa kalau pernah mengajak Nora pergi jalan-jalan.
"Aku lupa lagi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments