NovelToon NovelToon

Sepenggal Asa (Hanya Istri Bayaran)

Eps 1

POV ( Alvia Alianza)

Namaku Alvia Alianza. Umur ku sudah menginjak 20 tahun. Bila teman-teman ku sedang berbahagia dengan masa-masa kuliahnya, Aku bukanlah tergolong dari mereka semua. Karena Aku hanyalah lulusan SMA dan bukan dari keluarga yang mampu seperti mereka.

Aku tinggal berdua saja bersama ibuku. Sementara ayahku, dia tinggal bersama istri mudanya.

Ya, Ayahku menikah lagi dengan sahabat ibuku. Dan itu menjadi hal yang paling menyakitkan untuk ibuku. Di khianati oleh dua orang yang begitu berharga baginya.

Dulu Aku belum mengerti dengan itu semua. Karena waktu itu usiaku masihlah sangat kecil. Namun seiring berjalannya waktu, Aku mulai mengetahui situasi yang ibu ku rasakan. Hingga rasa benci ini pun tumbuh untuk Ayahku.

Walaupun ibu hanya diam dan mencoba untuk tegar, tapi Aku sering mendapati ibuku yang sering menangis di malam hari.

Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa Aku akan membalas semua rasa sakit hati yang ibuku rasakan selama ini. Ayah, Aku sungguh sangat membenci mu!

Namun, semakin hari kesehatan ibu semakin menurun derastis.

Hingga mengharuskan ku untuk membawanya ke rumah sakit karena tiba-tiba saja ibu tak sadarkan diri.

Aku menunggu ibu di depan ruang UGD. Berharap semua akan baik-baik saja. Ibu adalah satu-satunya yang ku miliki.

Hingga ruangan UGD itupun terbuka dan menampilkan sang dokter yang nampak begitu lesu.

Ku langkahkan kakiku menghampiri sang dokter dengan perasaan yang begitu campur aduk.

"Bagaimana kondisi ibu ku dok?" tanyaku dengan air mata hampir menetes.

"Kondisi ibu Anda saat ini sedang kritis. Dan saat ini harus segera mendapatkan penanganan khusus Nona. Silahkan Anda menyelesaikan administrasi dulu," ucap dokter yang menangani ibu.

Aku membeku mendengarnya. Selama ini ku rasa ibu baik-baik saja. Atau mungkin ibu menyembunyikan sakitnya dariku.

Dokter segera pergi dari hadapan ku. Sementara Aku masih terdiam, air mata mulai mengucur deras di pipiku.

"Ibu harus sembuh, ya ibu harus sembuh. Hanya ibu yang ku punya." Aku memantapkan hati untuk kuat dan tegar.

Ku langkahkan kakiku pergi dari rumah sakit itu. Aku harus mencari uang untuk biaya penanganan ibu. Satu yang ada di otakku saat ini. Yaitu, pergi menemui ayah.

Aku akan meminjam uang padanya untuk pengobatan ibu. Aku harus menekan rasa benci ku demi keselamatan ibu ku.

Aku segera menaiki ojek yang sudah ku pesan.

"Bang, yang cepat ya. Ini darurat!" kataku kepada tukang ojek itu.

"Baiklah neng, pegangan neng," ucap tukang ojek itu.

Dengan segera tukang ojek itu melesatkan motornya seperti yang ku mau. Motor itu melaju dengan cepat.

Aku terus saja berdoa agar ibuku baik-baik saja. Aku yakin ibu orang yang kuat.

Hingga motor yang ku tumpangi pun sampai ke alamat yang sudah ku aba kan tadi. Aku menyuruh tukang ojek itu untuk menunggu ku. Karena Aku tidak ingin berlama-lama di rumah pria yang ku benci.

Aku menatap rumah mewah yang ada di depan ku dengan begitu nanar. Pria yang ku benci hidup mewah bergelimang harta bersama istri keduanya dan putrinya yang lain.

Sungguh begitu miris Aku mengingat semua pengkhianatannya terhadap ibuku. Dan kini ia hidup seolah tak memperdulikan kami lagi.

Tapi tidak apa-apa. Karena Aku tidak butuh belas kasih dari pria tua itu. Namun saat ini aku harus menekan segala kebencian ku demi keselamatan ibu.

Aku memasuki pintu gerbang rumah mewah di depan ku. Kebetulan satpam juga sudah mengenaliku. Jadi dia mengizinkan ku masuk kedalam.

Dengan menghembuskan nafas panjang, Aku mulai menekan bel pintu rumah tersebut. Aku mendengar suara kenop pintu yang akan segera terbuka.

Dan benar saja, disana pelayan rumah tersebut yang telah membukanya. Dia menatapku dengan tatapan yang begitu sinis entah apa yang ia pikirkan tentang ku. Tapi Aku tidak perduli, satu tujuan ku yaitu bertemu dengan Tuan Johan.

"Ada apa Kau kemari?! Kau tidak di terima di rumah ini. Nyonya sudah berpesan pada ku!" ucapnya dengan begitu ketus kepada ku.

Sudah kuduga, istri kedua ayah memang tidak menyukai ku. Bahkan dia memberikan perintah kepada pelayannya agar tidak menerima ku di rumah itu.

"Aku ingin bertemu dengan Tuan Johan," ucap ku dengan begitu mantap.

"Tuan Johan tidak ada! silahkan pergi!" ucapnya kembali ketus. Pelayan itu berusaha mengusirku.

Tapi Aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku masih bersikeras untuk bertemu dengan Tuan Johan.

"Bibi, ku mohon. Aku harus bertemu dengan Tuan Johan. Ibuku sedang sakit, dan kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Ku mohon bi, Tuan Johan juga masih punya tanggung jawab terhadap ibuku," ucap ku menghiba. Aku harus melakukan semua ini demi ibu.

"Suamiku sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi sekeras apapun Kau menghiba, itu akan percuma," sinis Rosita. Istri kedua ayah yang tiba-tiba datang.

Aku mencengkeram erat ujung baju yang ku pakai. Sungguh rasanya Aku ingin mencakar wajah wanita itu. Namun semua itu tidak ku lakukan karena Aku sadar saat ini berada di mana.

"Karena Tuan Johan tidak ada. Baiklah, kalau begitu saya akan menyampaikan maksud saya datang ke mari," ucap ku menahan kebencian ku.

"Saya ingin meminjam uang kepada Anda Nyonya Rosita," ucap ku.

"Ck, jadi Kau datang kemari hanya untuk mengemis?"

Rosita tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan ku. Entah apa yang lucu. Tapi Aku sudah bisa memastikan bahwa dia sedang mengolokku saat ini.

"Terserah Anda menganggapnya apa. Tapi yang jelas saya ingin meminjam sejumlah uang kepada Anda. Saya berjanji akan segera mengembalikannya kepada Anda," ucap ku.

Rasanya saat ini Aku memang seperti seorang pengemis saja. Terkadang Aku membenci diriku sendiri yang begitu lemah. Aku terus saja meyakinkan diriku agar tidak terbawa emosi menghadapi wanita di depan ku.

Wanita yang dulu begitu ku hormati seperti ibuku sendiri. Tapi ternyata dia adalah duri dalam pernikahan kedua orang tua ku.

"Pergilah! Aku tidak ingin membantu kalian. Kau pikir keluarga ku ini adalah sebuah Bank apa?! Pergilah Aku tidak ingin melihatmu, apalagi ibumu yang lemah itu," ucap Rosita dengan sombongnya.

Dia pun langsung masuk kedalam rumah dan segera menutup pintu rumahnya.

Semua itu membuat ku begitu ingin memberi pelajaran kepada wanita pengkhianat itu. Tapi apalah dayaku hanya seorang yang begitu kecil ini.

Derajat mengalahkan semuanya.

Aku bukan apa-apa di bandingkan dengannya yang begitu bergelimang harta.

Aku meneteskan air mataku memikirkan bagaimana nasib ibuku. Rasanya Aku begitu putus asa saat ini. Namun tiba-tiba saja seseorang menarikku dari sana dan membawaku sedikit menjauh dari teras depan rumah tersebut.

Aku menajamkan pandanganku. Aku melihat seorang gadis cantik di depan ku yang menatap ku dari atas kepala hingga ke bawah. Mungkin dia merasa aneh dengan penampilan ku saat ini.

"Apa Kau Yang bernama Via?" ucap gadis itu yang juga menatap ku dengan tatapan sinisnya.

Lagi-lagi tatapan itu yang ku dapat. Adakah seseorang di dunia ini yang menatap ku biasa saja. Atau setidaknya menganggap ku ada.

Aku pun juga menatap gadis cantik di depan ku.

"Siapa Kau?" Hanya itu kata yang ku lontarkan Kepadanya.

Dia hanya tersenyum sinis seraya menatap ku lekat-lekat.

***

Hai reader ku tercinta 😀selamat datang di karya baruku 🤗. Ini adalah lanjutan dari kisah Bintang ya 😉. Jangan lupa like comen dan vote nya buat othor yang masih remahan ini. Happy reading....

Eps 2

Aku masih memperhatikan gadis di depan ku. Menunggu apa yang akan dia katakan kepadaku. Hingga kata itupun keluar dari bibirnya.

"Kau membutuhkan uang kan? Aku akan membantumu mendapatkan uang yang banyak, asalkan Kau menuruti apa keinginan ku," ucapnya membuat ku mengerutkan kening.

"Maaf, Kau siapa? Kenapa Kau mau membantuku, sementara kita tidak saling mengenal?" tanyaku penasaran.

"Baiklah, Aku akan memperkenalkan diriku. Kau harus ingat-ingat siapa Aku. Aku adalah Alesha, Putri Mama Rosita dan Papa Johan." Gadis itu berkata berkata dengan begitu lantang.

Aku terdiam mencerna semuanya. Ternyata gadis di depan ku adalah adik tiri ku.

Aku melihat penampilan keseluruhan Alesha. Dia nampak begitu cantik, dan elegan. Tentu saja, pasti selama ini ayah selalu memberikan apapun yang ia mau. Sementara Aku, tak pernah mendapatkan apapun, bahkan kasih sayangnya.

"Jadi Kau Putri Tuan Johan?"

"Ya, dan Aku juga tahu siapa Kau. Kau pasti kak Via kan. Putri ayah yang tidak pernah ayah anggap."

Rasanya sungguh sakit mendengar ucapan Alesha. Tapi memang itulah kenyataannya. Aku pun tak menyanggah ucapannya. Aku harus berpura-pura tidak memperdulikan ucapan Alesha.

"Lalu apa maksudmu menarikku kemari? Kalau Kau hanya ingin mengejekku, lebih baik Aku pergi saja," ucap ku yang hendak melangkah pergi.

Namun panggilnya membuatku menghentikan langkah ku.

"Hei, Aku belum selesai berbicara dengan mu!"

Aku menoleh ke arahnya. Alesha kembali berjalan mendekati ku.

"Bukankah tadi Aku sudah mengatakan bahwa Aku akan memberikan uang yang Kau butuhkan?! Aku akan memberikannya kepada mu asalkan Kau mau melakukan yang ku perintahkan!" Alesha berusaha menghentikan ku.

Aku memikirkan ucapan Alesha. Ingin rasanya Aku menolaknya. Tapi keadaan membuat ku akhirnya menyetujui perintahnya. Demi ibu, ya demi ibu.

"Baiklah, Lalu apa yang harus ku lakukan untuk mu?" tanyaku.

Alesha langsung mengajakku memasuki mobilnya. Dia tidak mengatakan apapun sehingga Aku masih menerka-nerka apa yang dia ingin Aku lakukan nanti.

Alesha nampak sedang mengirimkan pesan kepada seseorang dari ponselnya. Lalu dengan segera Alesha melajukan mobilnya.

Aku hanya diam dan menunggu kemana mobil ini akan berhenti.

Hingga beberapa saat kemudian, mobil ini pun berhenti di sebuah cafe yang begitu mewah. Aku tak tahu ini di mana. Yang jelas Aku tidak pernah menginjakkan kakiku ke dalam cafe seperti ini.

Alesha menyuruhku untuk mengikutinya. Lalu kami pun duduk di meja paling ujung. Ku lihat Alesha kembali menghubungi seseorang melalui ponselnya.

Dan tidak berapa lama kemudian, seseorang datang ke meja kami. Dia adalah seorang pria. Pria paling tampan yang pernah ku jumpai. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, pandangan matanya membuat ku seolah terhipnotis oleh ketampanannya. Mungkinkah suatu hari Aku menikah dengan pria seperti dia? Itu hanyalah sebuah mimpi.

Alesha memanggil nama ku sehingga Aku pun tersadar dari lamunanku. Ya, memang seharusnya Aku terbangun dari sebuah mimpi dalam khayalan ku.

Alesha memperkenalkan ku kepada pria tampan yang duduk di sebelahnya.

"Via, kenalkan ini adalah kekasih ku. Namanya Bintang."

Aku hanya menganggukkan kepalaku. Ternyata pria tampan itu adalah kekasih Alesha. Tapi yang membuatku bingung, kenapa Alesha memperkenalkan kekasihnya kepadaku? Aku masih belum mengerti dengan situasi ini.

"Aku tidak ingin bertele-tele lagi. Kekasih ku akan membayar mu berapapun yang Kau mau asalkan Kau mau mengikuti perintah kami!"

Aku hanya mengangguk. Otakku kembali memikirkan kondisi ibu. Aku mau melakukan apapun asalkan ibu bisa sembuh.

"Apa yang harus Aku lakukan?" tanyaku.

Aku melihat Kekasih Alesha menaruh sesuatu di atas meja. Seperti sebuah map, namun Aku belum tahu pasti.

Alesha menyodorkan map tersebut kepada ku membuat ku bingung.

"Apa ini?" tanyaku begitu penasaran.

"Bacalah, maka Kau akan tahu!" pinta Alesha.

Aku memperhatikan keduanya sejenak, lalu aku pun mengambil map tersebut dan mulai membacanya.

Aku begitu terkejut membaca isi map tersebut. Di sana tertulis bahwa Aku akan menikah dengan kekasih Alesha dalam waktu satu setengah tahun. Tidak boleh ada cinta di dalam pernikahan tersebut. Bahkan kontak fisik pun tak boleh kecuali bila di depan seluruh keluarga Bintang.

Aku sangat tersentak membaca isi map tersebut. Dalam hidup ku Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Dan itu dengan pria yang kucintai nantinya.

Haruskah Aku menyetujuinya? Lalu kalau Aku menolaknya, kemana lagi Aku harus mencari uang untuk penanganan ibu di rumah sakit. Dan untuk biaya lanjutan masih belum ku pikirkan.

Aku terdiam sejenak, menimbang tentang apa yang akan ku putuskan. Ku lihat mereka saling berpegangan tangan. Aku melihat Bintang nampak begitu mencintai Alesha. Haruskah Aku menyetujuinya?

Tapi kenapa Alesha menyuruhku untuk menikah dengan kekasihnya? Kenapa bukan dirinya saja? Entahlah. Yang jelas sekarang yang terpenting ada keselamatan ibu ku.

"Baiklah, Aku setuju," ucap ku.

Aku melihat Alesha terlihat nampak begitu senang. Sementara pandangan Bintang padaku menyiratkan sebuah pandangan yang begitu jijik pada ku.

Mungkin dia tidak suka dengan penampilan ku. Atau mungkin juga karena berpikir Aku melakukan semua ini hanya demi uang. Tapi Aku tidak munafik. Aku memang melakukan semua ini demi uang. Uang untuk pengobatan ibuku. Aku tidak peduli dengan tatapan matanya.

Aku pun mulai menandatangani isi map tersebut dan memberikannya kembali kepada mereka.

"Baiklah, Aku tidak akan menjelaskan lagi. Aku rasa semua sudah di jelaskan dalam surat kontrak ini," ucap Bintang.

Aku hanya mengangguk. Aku melihat jam yang melingkar di tangan ku sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku harus segera ke rumah sakit melihat bagaimana kondisi ibu saat ini.

Tapi Aku harus membawa sejumlah uang untuk pembayaran rumah sakit. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Tapi Aku ingin kalian membayar ku saat ini juga. Dan itu harus secara kes. Aku membutuhkannya saat ini," ucap ku sedikit memaksa. Aku tidak perduli dengan yang mereka pikirkan. Tapi Aku harus segera ke rumah sakit saat ini.

Bintang nampak tersenyum jijik padaku. Lalu ia menaruh amplop coklat di depan ku. "Ambillah! ternyata gadis seperti mu begitu gila uang," ucap Bintang membuat hatiku begitu sakit. Namun Aku tidak ingin menanggapinya. Yang ku pikirkan hanyalah segera sampai ke rumah sakit untuk membayar penanganan ibu.

"Terimakasih Tuan, Nona Alesha. Aku harus segera pergi, permisi," ucap ku membungkukkan sedikit tubuhku. Lalu Aku pun mulai melangkahkan kakiku meninggalkan meja tersebut.

"Tunggu! Jangan lupa lusa Kau datang kembali ke restoran ini. Kau harus sudah melakukan tugasmu!" teriak suara bariton yang tak lain adalah Bintang.

Aku berbalik dan menganggukkan kepalaku setuju. Aku memang harus melakukan semua perintah darinya dan menjadi istri bayarannya.

***

Eps 3

Pov Author

Via bergegas membawa uang yang ia dapat dari Bintang dan membawanya ke rumah sakit. Untuk saat ini ia merasa lega karena mendapatkan sejumlah uang untuk penanganan ibunya.

Sampai di rumah sakit, Via segera menuju administrasi. Dan membayarkan uang tersebut agar ibunya cepat di tangani.

Via pun menjadi lega karena kini ibunya cepat di tangani oleh dokter. Ia hanya harus menunggu bagaimana kondisi ibunya selanjutnya.

Dengan menyenderkan kepalanya di tembok rumah sakit. Via kembali memikirkan tentang surat kontrak yang ia tanda tangani beberapa saat lalu.

Andaikan Ayahnya tidak mengkhianati ibunya, semuanya pasti tidak akan seperti sekarang ini. Via terus saja berandai-andai.

Via memijat pelipisnya pelan. Rasanya ia sangat lelah menghadapi hidup ini. Tapi ia harus kuat dan bertahan demi sang ibu.

***

Keesokan harinya

Via mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Bintang. Ia bergegas berangkat menggunakan ojek yang sudah ia pesan.

Via merasa sedikit lega karena dokter mengatakan kondisi ibunya yang sudah mulai stabil.

Sampai di cafe semalam. Via pun melangkah masuk kedalam cafe tersebut. Dan ternyata Bintang sudah berada di sana.

Mungkin pria itu sudah menunggu cukup lama. Dapat di lihat dari wajahnya yang terlihat tidak ramah. Ataukah mungkin memang pria itu selalu menampilkan wajahnya yang seperti itu. Menurut Via dalam pengamatannya.

Perlahan Via mulai mendekat ke arah meja Bintang duduk.

"Se-selamat pagi," ucap Via terbata. Via merasa begitu canggung saat ini. Sebenarnya Via begitu mengagumi Bintang. Mungkin juga Via telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Bintang.

Rasanya jantung Via seakan mau lepas dari tempatnya ketika bertemu dengan Bintang. Detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat berhadapan dengan Bintang.

Mendengar suara Via, Bintang mendongak menatap gadis yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya. Namun dari raut wajahnya terlihat begitu masam. Hingga akhirnya Via pun menundukkan kepalanya karenanya.

"Pagi Kau bilang?! Apa Kau tidak bisa membedakan mana pagi mana siang?" ucap bintang terlihat begitu kesal.

Via pun menyadari kesalahannya yang terlambat datang. "Maafkan saya Tuan," ucap Via masih menundukkan kepalanya.

Sementara Bintang merasa begitu kesal. "Jangan memanggilku Tuan! Kau harus membiasakan diri untuk memanggil ku dengan nama saja. Karena nanti di depan keluarga ku Aku tidak mau mereka curiga dengan hubungan kita!"

"Ba-baiklah," ucap Via kembali terbata. Sungguh Via tidak dapat mengontrol dirinya saat berada di dekat Bintang.

"Apa Kau sudah siap untuk bertemu dengan keluarga ku?" Bintang menatap Via dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Sungguh penampilan yang tidak menarik menurut Bintang. Ia pun tertawa sinis menatap Via.

"A-apa, jadi Kau mau mengajakku untuk bertemu dengan ke-keluargamu?" ucap Via terkejut. Ia masih belum menyangka bahwa hari ini Bintang akan memperkenalkan dirinya kepada keluarganya.

"Tentu saja! Aku tidak ingin kita cepat menikah. Dengan begitu mereka tidak akan curiga bahwa Aku masih berhubungan dengan kekasih ku. Karena mereka berpikir Aku sudah memiliki seorang istri."

Via terkejut mendengar ucapan Bintang. Ia mulai dapat menyimpulkan tentang situasi yang terjadi sehingga Bintang membayar dirinya untuk menikah dengannya.

"Jadi keluarga mu tidak setuju dengan hubungan mu dan Nona Alesha?" Via mencoba untuk bertanya.

"Bukan urusan mu!" ucap Bintang dengan tatapan tajamnya. Membuat Via menundukkan kepalanya. Apakah salah dengan pertanyaannya?

Bintang segera beranjak. Lalu ia pun menghampiri Via dan berdiri di depannya.

Bintang begitu muak melihat Via yang berpenampilan seperti saat ini. Menurut Bintang, Via seperti gadis yang sok polos saja. Karena yang Bintang tahu Via adalah gadis yang gila uang. Alesha pun juga sempat mengatakan hal itu.

"Aku akan mengajak mu bertemu dengan keluarga ku. Dan Kau harus bersikap sebagaimana mestinya menjadi seorang kekasih ku di hadapan mereka! Aku ingin mereka yakin bahwa Kau benar-benar kekasih ku," jelas Bintang.

Via pun menganggukkan kepalanya. Sesekali ia melirik menatap Bintang di depannya.

Bintang pun membawa Via untuk bertemu dengan seluruh anggota keluarganya. Karena kebetulan saat ini seluruh keluarga besarnya tengah makan siang bersama di rumah orangtuanya.

Di dalam mobil, Via hanya diam tanpa kata. Sesekali ia akan melirik kesamping ke arah Bintang yang sedang fokus menyetir mobilnya.

Jantungnya kembali berdetak kencang hanya dengan menatap Bintang saja. Apa lagi kini mereka duduk bersebelahan di kursi depan mobil.

"Benarkah nantinya kita akan menikah? kehidupan apa yang akan kita jalani nanti. Ah, seandainya kita menikah sungguhan. Pasti Aku akan sangat bahagia sekali menikah dengan pangeran tampan seperti Bintang. Tidak! Kau harus sadar Via. Kau hanya istri bayaran Bintang. Kau tidak boleh bermimpi hal yang akan menjadi mustahil nantinya. Bangunlah Via, bangun!" ucap Via dalam hatinya.

Hingga tanpa ia sadari kini ia telah sampai di sebuah rumah yang sangat mewah. Bahkan melebihi kemewahan rumah ayahnya bersama istri keduanya.

"Ingat! Kau harus melakukan tugas mu dengan sempurna. Aku tidak ingin mereka curiga!" Bintang kembali memperingatkan Via sebelum turun dari mobilnya.

Via kembali menganggukkan kepalanya. Ia tidak dapat menolak apapun ucapan yang keluar dari mulut Bintang. Ia selalu terhipnotis oleh perkataan Bintang.

Mereka pun segera keluar dari mobil.

Via menatap kagum rumah di depannya. Gadis seperti dirinya akan menginjakkan kakinya menuju rumah bagaikan istana. Sungguh ini adalah mimpi baginya.

Hingga ia merasa terkejut ketika merasakan sebuah tangan hangat menggenggam tangannya.

Seketika Via menatap tangan yang menggenggamnya. Ia terkejut saat mengetahui tangan siapa yang sudah menggenggam tangannya.

Hatinya menghangat melihat pria di sampingnya. Via pun tersenyum menatap pria yang sudah menggenggam tangannya.

"Jangan berpikir macam-macam tentang hal ini! Kita harus berperan dengan baik agar mereka percaya dengan hubungan kita!" tegas Bintang.

Seketika Via memudarkan senyumnya. Sungguh bodoh ia berpikir hal yang tidak akan pernah mungkin terjadi. Ia kembali menempatkan posisinya saat ini yang hanya melakukan semua ini dengan kepura-puraan saja.

Via kembali mengembangkan senyumnya. Namun kali ini sebuah senyum palsu. Ia tidak ingin membuat pria di sampingnya kecewa.

Mereka memasuki rumah tersebut dengan saling bergandengan tangan. Hingga mereka pun sampai di meja makan yang begitu besar di sana.

Banyak sekali anggota keluarga yang berada di sana.

Dan semua itu membuat Via begitu canggung saat ini. Ia merasa tidak pantas berada di sana. Berada di tengah-tengah keluarga kaya yang derajatnya begitu tinggi. Bukan seperti dirinya yang dari keluarga kalangan bawah. Akankah mereka akan menyetujuinya untuk menjadi istri Bintang?

Via sudah menciut duluan ketika memikirkan semua itu. Mana mungkin keluarga kalangan atas mau menikahkan putranya dengan gadis kalangan rendahan seperti dirinya?

Dengan Alesha saja mereka tidak menyetujuinya. Apalagi dengan dirinya yang kalah jauh. Pasti dengan cepat ia akan di hempaskan.

Via sudah mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan yang akan terjadi.

Hingga Bintang pun menyapa seluruh keluarganya.

"Hai semuanya," sapa Bintang dan membuat semuanya pun menoleh ke arah mereka.

Via merasa begitu grogi, canggung dan masih banyak lagi. Ia kini berada di tengah-tengah keluarga besar.

Via semakin canggung kala melihat sosok wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik sedang menghampiri mereka.

Siapa gadis yang Kau bawa sayang?" tanya Aya kepada Bintang.

"Namanya Alvia Alianza Mam, dia adalah calon istri Ku," ucap Bintang.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!