Setelah melalui jalanan berbatu yang sedikit becek karena memasuki musim hujan. Akhirnya, Ziah dan kedua adiknya memasuki area bibir pantai.
Seketika itu juga, mata Ziah langsung dimanjakan dengan pemandangan indah. Yaitu, air laut yang tampak biru berkilau. Bibir pantainya yang dipenuhi dengan pepohonan rindang. Yang memang sengaja dibiarkan tumbuh subur demi menambah kesan sejuk dan asri.
Di sana juga terdapat warung-warung kecil yang menjajakan jagung bakar, pisang goreng, kopi, es blender dan masih banyak lagi. Dan Pengelolah tempat wisata tersebut sangat menjaga kebersihan area tersebut. Serta menyediakan berbagai macam wahana-wahana pantai. Seperti benen-benen sewaan(ban dalam truk) untuk para pengunjung yang ingin berenang ria. Perahu-perahu kecil untuk mengunjungi tempat penakaran tanaman rumput laut. Ayunan-ayunan gantung untuk anak-anak. Dan tersedia gazebo-gazebo kecil untuk bersantai menikmati suasana pantai.
Masih di atas motor yang berjalan dengan perlahan. Ziah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pantai. Dia mencari-cari keberadaan kedua sahabatnya. Yang sudah lebih dulu tiba di sana.
Setelah melewati beberapa warung kecil, akhirnya Ziah melihat sosok kedua sahabatnya itu. Sedang asik bermain ayunan di depan salah satu warung.
Ziah memarkirkan motornya tepat di samping motor yang ia ketahui milik Ulfi. Dan Elvira pun ikut memarkirkan motornya.
"Assalamualaikum Ul'...!" ucap Ziah, Elvira dan Lastri hampir bersamaan. "Kok sendiri, Titanya mana?" lanjut Ziah bertanya sambil celengak-celenguk. Karena tak melihat salah satu sahabatnya itu.
"Eh, Wa'alaikum salam. Tuh...di warung, lagi pesan pisang goreng sama minumnya!" jawab Ulfi sedikit terkejut. Lalu menunjuk kearah Tita berada.
"Oh... ya udah, aku mau ikut pesan juga. Dede sama Ade temani Kak Ulfi aja ya...!" ucap Ziah pada kedua adiknya. Sambil berlalu pergi memasuki warung dimana Tita berada.
Sementara Ulfi, Elvira dan Lastri menunggu sambil bermain ayunan dan berselfi ria. Sedang Ziah ikut mengantri pesanan bersama Tita.
"Hai Ta'! Tambah pesanan pisang gorengnya dong..." sapa Ziah
"Hai Zi'! Mau tambah berapa pisang gorengnya?" balas tanya Tita.
"Emm.... tambah 15 ribu aja. Sama es blendernya 3 gelas. Rasa mocca, taro sama vanilla ya..." jawab Ziah lagi.
"Oke bebs..... " ujar Tita. " Tambah pesanan pisang gorengnya Mba --" lanjut Tita memesan pesanan Ziah pada pemilik warung.
Sambil menunggu pesanan mereka, Ziah dan Tita saling mengobrol ringan. Dan tak menunggu waktu lama, pesanan merekapun siap.
Ziah dan Tita membawa makanan dan minumannya. Ke salah satu gazebo yang dekat dengan bibir pantai. Tempat Ulfi, Elvira dan Lastri bermain ayunan.
"Langsung nyubur yuk?!!" ajak Tita setelah meletakan semua makanan dan minuman yang ia bawah.
"Ayo!" jawab Ziah santai. Sedang Ulfi dan kedua adiknya sudah lebih dulu nyebur ke laut.
Usai melepas switer dan meletakan ponselnya ke dalam bagasi motornya. Ziah pun ikut nyebur dan berendam di air laut yang masih terasa hangat itu.
Ziah dan kedua sahabatnya serta kedua adiknya itu. Berenang ke sana kemari sambil bercanda. Puas berendam dan bermain air, mereka memutuskan untuk berhenti. Kemudian duduk-duduk santai dengan pakaian basah kuyup mereka. Sambil menyantap pisang goreng dan es blender pesanan mereka tadi.
Tak terasa hari mulai gelap, mereka memutuskan untuk pulang. Tanpa mengganti pakaian mereka yang digunakan saat mandi laut tadi. Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan pakaian basah kuyupnya.
Diperjalanan pulang, Tita dan Ulfi berpamitan pada Ziah. Karena mereka sudah sampai di rumah mereka dan saling berdampingan. Sedang rumah Ziah masih berjarak kurang lebih 200 meter lagi dari rumah mereka.
Sesampainya di rumah, Ziah dan Elvira langsung membawa motor mereka ke dekat sumur di belakang rumah. Untuk dicuci segera, agar tak berkarat. Akibat terkena air laut yang menetes dari pakaian mereka.
Selesai mencuci motor dan mandi, karena waktu magrib sudah tiba. Ziah melaksanakan sholat berjamaah bersama keluarga kecilnya. Yaitu, ibu dan kedua adik kesayangannya.
Mereka melaksanakan sholat magrib berjamaah di kamar Ibunya. Sebab, dari tiga kamar yang ada di rumah itu. Hanya kamar ibulah yang sedikit lebih luas.
Malam hari, setelah usai makan malam. Ziah bersama Ibu dan kedua adiknya. Kembali berkumpul diruang keluarga untuk menonton TV sambil berbincang-bincang santai.
"Besok, udah mau balik ke kota lagi Kak?" tanya Ibu Adel.
"Iya. Insya Allah, kalau nggak ada halangan mau berangkat usai shalat Dzuhur. Emang kenapa Ma'?" ucap Ziah balik tanya. Sambil terus memakan kacang kentaki buatan ibunya.
"Kok cepat amat sih pulangnya Kak?!" timpal Elvira
"Bukan apa-apa Dek, sekarang inikan lagi musim hujan. Takutnya, kalau berangkat malam hari cuacanya suka diperdiksi. Dan terkadang, jalan di pegunungan suka terjadi longsor. Jadi, ngeri aja kalau jalan malam hari." tutur Ziah.
"Iya ya...?! Makanya itu, Mama suka merasa was-was kalau dengar kamu harus pulang pergi dari desa ke kota. Dan Mama suka kebayang macam-macam, kalau belum dapat kabar dari kamu. Jika tahu kamu dalam perjalanan ke sini atau ke sana." tutur Ibu Adel mengungkapkan isi hati dan pikirannya.
"Berdoa aja Ma'! Semoga Ziah selalu diberi keselamatan dan dilindungi dimana pun Ziah berada." ucap Ziah. "Karena itulah, Ziah selalu memberi kabar ke Mama. Jika hendak melakukan perjalanan jauh. Biar Mama nggak khawatir." sambungnya.
"Iya, selalu jaga diri baik-baik ya Nak! Berhati-hatilah, jika melakukan perjalanan pada malam hari. Lihatlah itu, Sekarang lagi ramai perampokan dan pemerkosaan di jalanan. Ibu suka ke ingat kamu Nak, kalau lihat berita-berita seperti itu!" ucap Ibu Adel dengan mengarahkan pandangannya kearah siaran televisi yang menampilkan aksi perampokan yang tertangkap oleh polisi.
"Dan juga, berhati-hatilah dalam bergaul. Saat ini, lagi tren dengan pacaran sama om-om hidung belang. Kayak gitu tuh....!" sambung Ibu Adel lagi.
Ziah hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum geli mendengar ucapan ibunya seperti itu.
Ya, mereka sedang menonton siaran televisi yang berlogo ikan terbang. Dan menampilkan cerita seorang pria yang sudah beristri. Namun suka menggoda gadis-gadis remaja dengan segala kekayaan yang dimilikinya.
"O iya dikontrakanmu, nggak ada laki-laki yang bebas keluar masukkan Kak?" tanya Ibu Adel lagi merasa kepo.
"Nggak ada Ma', kecuali si Anto sendiri. Diakan memang tinggal bareng Ziah, Ulfi dan Tita. Lagi pula, selama ini dari kami berempat. Belum pernah ada yang melanggar peraturan yang sudah kami buat sejak pertama kali kami menghuni rumah kontrak itu."
"Dan peraturan itu sudah kami sepakati bersama. Jadi, ya... semua harus menaatinya. Demi kenyamanan dan keamanan kita bersama." jelas Ziah panjang kali lebar.
"Oh.... syukurlah! Mama jadi tenang mendengarnya." ucap Ibu Adel sambil manggut-manggut. "Tapi... ngomong-ngomong, emang peraturan seperti apa yang kalian buat Kak?" lanjutnya bertanya.
"Em...cuma peraturan kecil aja sih Ma'. Seperti ;
- Pertama: Tidak boleh membawa tamu kedalam rumah. Cukup sebatas di teras saja, boleh. Kecuali dalam keadaan darurat, jika tamunya ingin ke toilet. Salah satu dari kami atau yang ada hubungannya dengan tamu itu. Harus mendampinginya kearah toilet belakang.
-Kedua: Uang listrik dan air, serta pembayaran kontrakan tanggung bersama.
-Ketiga: Setiap hari Sabtu sore, kami akan bergotong royong membersihkan kontrakan. Baik didalam maupun diluar.
-Terakhir: Jika keluar rumah, harus saling berpamitan dan memberi kabar satu sama lain.
Itu saja sih... peraturannya." jelas Ziah pada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
syafridawati
Ziah benar-benar pemberani
2022-06-27
1