"Hai Kania apa kabar? " orang itu mengulurkan tangannya pada Kania dengan tatapan mendamba.
Kania tersentak kaget melihat orang tersebut.
Sahabat-sahabatnya melihat akan hal itu membuat mereka bertanya tanya dalam benaknya.
"Siapa orang ini, apa Kania benar mengenalnya? " batin Rania bertanya tanya.
"Maaf siapa ya? " tanya Kania yang ternyata juga tidak mengenal orang ini.
"Oh iya, mungkin kamu sudah lupa sama teman kecilmu, " ucap lelaki itu.
"Teman kecil? "
"Ya, aku Putra teman kecilmu, " lelaki itu memperkenalkan diri.
Kania hanya diam mencoba mengingat kembali apakah benar jika waktu kecil dia memiliki teman bernama Putra.
Namun sepertinya Kania tak mengingatnya.
Meliht gelagat Kania yang sepertinya tidak mengenali orang ini membuat Narendra berfikir, mungkin orang ini memang bukan teman kecilnya Kania, mungkinorang ini ingin berbuat jahat, dan Narendra
"Maaf, kamu sebenarnya memang mengenal Kania atau hanya bualan semata agar bisa berkenalan dengannya? " tanya Narendra yang sejak tadi penasaran dengan lelaki di hadapannya ini.
"Aku memang mengenalnya, namun sayang dia sudah melupakanku, kita teman kecil di Taman Kanak-kanak dulu, " tutur Putra.
"Kalau begitu lantas kenapa Kania tak mengenalimu? " tanya Narendra lagi.
"Entahlah, mungkin karena kami masih kecil dulu, " ujar Putra.
"Maaf jika aku tak mengenalimu, dulu ketika pulang Sekolah Dasar aku pernah tersrempet dan kepala ku membentur trotoar, kata orang tuaku aku sempat lupa ingatan beberapa waktu, " kini Kania menjelaskan perihal dirinya dulu.
Semua sahabatnya tak ada yang mengetahui hal itu, dan mereka semua terkejut saat mendengarnya.
"Baiklah, jika kamu memang teman kecilku maka buktikan padaku, tetapi nanti saat ini kami mau ada acara dulu, maaf permisi, " ujar Kania sekaligus pamit meninggalkan Putra.
"Biklah silahkan, " ujar Putra pasrah.
Sahabat-sahabat Kania pun segera mengikuti Kania yang sudah lebih dulu berjalan ke parkiran motor Narendra.
Narendra meninggalkan area sekolah membelah jalanan dengan Kania di boncengannya.
"Kania, apa benar dia itu teman lo? " tanya Narendr yang sudah membawa motornya sedikit pelan.
"Sungguh gue nggak tau, entah gue lupa atau memang gue nggak pernah punya teman kecil bernama Putra, " tutur Kania dengan jujur.
"Hmmm apa jangan-jangan itu orang salah mengenali kali, atau dia itu ingin berbuat jahat sama lo, ya dengan cara mengaku jadi teman kecil lo, " Narendra mengutarakan kecurigaannya.
"Ih nggak boleh suudzon loh, ya positif thinking aja, tapi gue tetap hati-hati kok, " ujar Kania.
Tak ada obrolan lagi setelah itu hingga mereka tiba di restoran.
"Yuk masuk! " ajak Rudi yang nampak antusias.
"Yey, dasar perut gentong, " ujar Narendra mengundang gelak tawa dari semuanya.
Tak lama menunggu makanan yang mereka pesan sudah tersaji di meja makan persegi panjang ini, mereka sengaja memilih tempat yang mejanya persegi panjang dan juga lesehan karena mereka lumayan banyak dan terletak di lantai tiga.
Mereka makan sambil bersenda gurau namun mereka tak lagi membahas perihal lelaki yang mengaku temannya Kania tadi, karena mereka tak ingin merusak momen kebersamaan ini.
Sempat Rania ingin bertanya namun ia urungkan karena melihat tatapan mata Narendra yang mengisyaratkan Rania agar tidak membahas itu lagi.
Disaat mereka makan bersama tiba-tiba HP Kania berdering dan menyita perhatian semuanya.
📱"Hallo, "
📱..............
📱"Apa..? aku pulang sekarang,"
Tuuttt
"Kenapa? " tanya Razia yang duduk tepat disamping Kania.
"Gue harus ke rumah sakit, kakak gue kecelakaan, " tutur Kania, segera merapikan sisa makanannya.
"Maaf gue nggak bisa ikut acara makan-makan kita sampai selesai, gue pergi duluan, " pamit Kania dan langsung berlari meninggalkan teman-temannya.
Rania, Razia dan yang lainnya memanggil Kania namun ia urung menoleh.
Narendra dengan sigap menyusul Kania, ingin mengantarkan Kania ke rumah sakit. Narendra ikut berlari langsung menuju parkiran, sedang Kania menunggu taksi di depan.
Teeettt teeetttt teeett
"Ayo naik, " ujar Narendra.
Kania yang tadinya ingin menunggu taksi pun diurungkannya karena ia sangat ingin cepat sampai di rumah sakit. Kania langsung naik ke boncengan Narendra.
Tak ada air mata namun raut wajahnya menampilkan kesedihan yang mendalam.
Kania sangat menyayangi Reza meskipun mereka sering berantem. Sepanjang jalan Kania berdoa dalam hati untuk keselamatan sang kakak, tak pernah terbayangkan rasanya saat Kania tengah asyik dengan teman-temannya musibah malah datang menimpa kakaknya.
Sekitar lima belas menit perjalanan mereka tiba di rumah sakit.
"Makasih Ren, " ujar Kania setelah turun x
dari motor Naendra.
"Sama-sama Kania, ya sudah ayok, " malah Narendra yang mengajak.
Kania mengerutkan keningnya pertanya ia bingung.
"Sudah ayo, gue ikut, " ujar Narendra akhirnya.
Narendra bertanya pada suster bagian administrasi, dimana kamar Reza koban kecelakaan dan suster mengatakan di ruang operasi, mendengar hal itu Kania menutup mulutnya karena terkejut.
Tak peduli pada Narendra lagi Kania lari lebih dulu menuju ruang operasi dan kini air matanya luruh kala melihat kedua orang tuanya di depan ruang operasi, tampak kesedihan di wajah mereka.
"Mama, Papa, bagaimana ini bisa terjadi? " tanya Kania, yang kini sudah berada di pelukan Sasmita.
"Mama juga nggak tau bagaimana kejadiannya, mama tau dari pihak rumah sakit dan papa juga lagi bekerja saat itu, " ujar Sasmita menuturkan pada putrinya.
"Doakan saja semoga abang mu baik-baik saja, " ujar Effendi.
Mereka semua hanya bisa berdoa sambil harap-harap cemas menanti di luar ruang operasi.
Bahkan Narendra ada di sana namun mereka tidak sadar, apalagi Kania yang sejak tadi hanya berada disamping ibunya.
Setelah hampir tiga jam lamanya mereka menunggu, akhirnya lampu ruang operasi itu padam menandakan jika operasi sudah selesai.
Ketiga orang itu lantas menyerbu dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi itu dengan pertanyaan yang sama "Bagaimana keadaan Reza? ".
" Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar, hanya menunggu pemulihan saja, " ujar dokter Mirza yang tidak lain adalah keponakan Sasmita sendiri yaitu sepupu dari Kania dan Reza.
"Alhamdulillah, " semuanya mengucp syukur.
"Tapi om, tante, kondisi Reza kaki kanannya patah akibat benturan keras yang dialaminya, " ujar Mirza lagi memberi tau hal buruk.
"Astaghfirullah, " Sasmita beristigfar.
Kania hanya terdiam mendengar penuturan kakak sepupunya mengenai keadaan kakak kandungnnya.
Sungguh kaget mendengar kenyataan jika kaki Reza patah sebelah namun mereka masih bersyukur Reza masih bisa selamat meski kakinya patah, dan itu masih bisa diobati, coba jika nyawa Reza yang melayang pasti takkan ada gantinya.
"Pah kaki Reza patah, kasihn dia," ujar Sasmita menatap nanar suaminya.
"Iya mah, papa mengerti tapi yakinlah Reza lelaki yang kuat ia akan menerima kedaannya sekarang saat nanti ia sudah sadar, nanti ia akan tetap bisa berjalan kok meskipun tidak sama seperti saat normal dulu," Effendi berusaha menenangkan istrinya, meyakinkan istrinya jika putra mereka itu kuat.
.
.
.
.
Maafkan jika masih banyak typo🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments