Kebaikan Hati Kania

Hari ini Kania kembali kesekolah menaiki motor maticnya karena mobil yang biasa dipakai antar jemput Kania sedang dibawa ke bandara menjemput kakaknya yang baru pulang dari Jerman.

Meski dari keluarga konglomerat Kania tak malu naik motor atau makna dipinggir jalan dan meluarganya pun tak ada yang melarang paling mewanti-wanti agar berhati-hati dalam berkendara.

Karena dari didikan orang tuanya pulalah Kania jadi seperti ini berhati lembut, suka menolong dan tentunya tidak arogan dan sombong seperti kebanyakan anak konglomerat.

Kania asyik berkendara bahkan senyum terpampang di wajahnya menikmati udara pagi di sepanjang jalan menuju sekolah.

Diliriknya arloji yang ada di tangannya, ia berangkat tadi pukul 6 sekarang baru pukul 6 lebih 15 menit masih ada waktu, Kaniamemutuskan mampir dulu di warung mang Ucup untu membeli lontong sayur.

Sesampainya di warung mang Ucup, Kania langsung memesan.

"Lontong sayurnya di bungkus ya mang 15 porsi, " ucap Kania.

"Eh neng Kania, lama nih gak kesini, " kata mang Ucup

"Iya bang ini pas lagi keinget jadi mampir deh, "

" ini semuanya kasih bawang goreng apa enggak neng? "

"Kasih aja mang kecuali punya saya, "

"Ok siap, "

Sekitar 30 menit menunggu pesanna yang dipesan Kania pun jadi.

Kania lalu membayarnya dan mengucapkan terimakasih sebelum berlalu meninggalkan warung mang Ucup.

Tepat pukul 7 Kania sampai disekolah, ia membawa serta lontong sayur kekelas untuk dibagikan pada sahabat-sahabatnya.

Setelah yang lainnya tadi sudah ia bagikan pada anak-anak jalanan.

"Assalamualaikum, " salam Kania ketika memasuki kelas.

"Walaikumsalam, " saut dua sahabat Kania serta Rendra.

Kebetulan tak banyak anak yang masuk kelas, mereka masih jajan mungkin.

"Eh Kania, lo bawa apaan tuh kok roman-romannya sesuatu yang membuat perut gue kenyang, " ujar Razia.

"Huhh tau aja lo, " saut Kania seraya menoyor kepala sahabatnya itu.

"Wah berarti bener dong, kebetulan nih kita belum sarapan ya gak ? " ujar Razia lagi menyenggol Rania, yang disenggolpun mengangguk setuju.

"Dasar hobinya makan gratisan kalian ini, berhubung hari ini gue baik, nih buat kalian, " Kania menyodorkan bungkus lontong sayur yanbg ia bawa.

"Hore lontong sayur, " ujar dua sahabat itu bersorak.

"Eh tapi gimana makannya? " Razia bingung dibuatnya.

"Iya ya, " timpal Rania.

Karena lontong sayur kan berkuah jadi mereka harus punya mangkuk atau setidaknya piring dan sendok.

"Emm Ren sini, " Kania meminta Rendra ke mejanya.

"Iya kenapa? " tanya Rendra.

"Laper gak? " tanya Kania.

"Emm lumayan,"jawab Rendra.

" Nih gue punya lontong sayur, tapi gue minta tolong ya pinjemin piring atau mangkuk sama bude kantin, jangan lupa sama sendoknya sekalian, "

"Oh ok beres, berapa buah nih? " tanya Rendra lagi sebelum ia berlalu.

" Sesuai porsi ini lontong 6 buah Ren, " ucap Kania.

Rendrapun berlalu ke kantin bude untuk meminjam alat makan agar mereka bisa makan.

"Banyak banget lo bawanya, " kata Rania.

"Oh ini gue sengaja bawa buat kalian, berdua sama Rendra dan si Rudi, " mendengar namanya disebut Rudi langsung nyaut.

"Wah gue dapat juga nih," Kania mengangguk, " ohh tuhan terimakasih rezeki anak sholeh, " timpalnya kegirangan.

Hahhaha

Hingga membuat tiga orang yang tak lain Kania, Rania dan Razia itu sontak menertawakan tingkah Rudi.

Tak lama kemudian Rendra datang, merekapun asyik makan menikmati lontong sayur buatan mang Ucup.

Namun mata Kania menangkap sosok Mikayla di pojokan yang tampak memandang kearah mereka, mungkin ia sedang ingin makan lontong sayur juga fikir Kania.

"Bebtar ya, " pamit Kania pada teman-temannya.

Kania membawa satu mangkuk lontong sayur, berjalan mengahmpiri Mikayla.

"Mik ini ada lontong sayur lebihan satu, buat lo aja, " ucap Kania.

Mikayla pun memandang Kania, Kania pun mengangguk.

"Terimakasih, " ucap Mikayla.

"Iya, dimakanya, " ujar Kania.

Kania berlalu kembali ketempat duduknya. Sedangkan Mikayla langsung membuka bungkus lontong sayur itu dan memakannya dengan lahap.

Teng Teng Teng

Bel tanda masuk berbunyi, beruntung mereka sudah menyelesaikan sarapannya 5 menit yang lalu.

Proses belajar mengajar berlangsung dengan khidmat, tak ada yang berani bicara saat jam pelajaran bu Berta karena jika berani bicara sedikit saja beliau tak segan-segan langsung mengeluarkan murid itu dari kelasnya.

Jam demi jam berlalu hingga tiba saatnya pulang sekolah, Kania rasanya tak sabar ingin cepat sampai kerumah karena ia sangat amat merindukan kakaknya yag sudah lama tidak pulang.

Setelah berpisah dengan teman-temannya Kania langsung tancap gas.

Di sepanjang jalan Kania terus saja tersenyum sama seperti tadi pagi, ia sangat menikmati harinya.

Namun tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang nenek yang tarik-tarikan tangan anak kecil dengan seorang preman. Mungkin anak kecil itu adalah cucu nenek tersebut.

Kania lantas menghampiri.

"Woy beraninya sama orang tua, sini lawan gue, " tantang Kania.

"Heh, anak kecil ikut campur, "

Bak

Buk

Bak

Buk

Kania berkelahi dengan dua orang tersebut dan mengalahkan mereka dengan jurus taekwondonya.

Hal seperti ini saja kecil bagi seorang Kania. Preman itu kembali mengancam nenek dan cucunya jika mereka tidak juga bayar hutang maka cucunya akan dibawa preman itu untuk dijual.

Akhirnya Kania tau bahwa ternyata masalah nenek itu adalah hutang.

"Memangnya berapa bang hutang nenek ini? " tanyanya.

"5000.000, plus bunganya jadi dua kali lipat dari ini, " preman itu meremehkan Kania.

Kania langsung pamit kesebrang jalan yang ada minimarketnya, dan ia meminta preman itu menunggunya.

Tak lama Kania kembali dengan membawa kantong kresek.

"Ini sepuluh juta, pergi sana jangan datang lagi, " Kania menyerahkan segepok uang yang diambilnya dari dalam tasnya.

Setelah preman itu pergi nenek dan cucu itu mengurai pelukan merreka yang sejak tadi berpelukan karena takut dan bersyukur cucunya tak dibawa preman itu.

"Terimakasih neng, tapi nanti nenek bayarnya gimana neng? " tanya nek Imah.

"Tak perlu difikirkan nek saya ikhlas membantu, " senyum Kania mengembang.

"Ini ada makanan dan minuman nek, " Kania menyodorkan bungkus kresek itu pada nek Imah dan cucunya.

"Terimakasih banyak neng, " nek Imah sampai menangis atas perbuatan baik Kania.

Tak lupa nek Imah mendoakan Kania yang baik-baik karena hanya itu yang mampu ia berikan pada orang baik ini fikirnya.

Setelah cukup lama berbincang dan diketahui nek Imah dan cucunya tak punya tempat tinggal Kania membawa nek Imah dan cucunya tinggal dipanti asuhan Kasih Bunda.

Sekali lagi nenek itu menangis atas kebaikan Kania, ia tak menyangka ternyata masih ada orang baik yang di zaman sekarang.

Kania kembali menjalankan motornya setelah menitipkan nek Imah di panti asuhan, Kania memilih panti asuhan agar nenek dan cucunya tak terpisah.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!