Sepulang sekolah hari ini Kania tak langsung kerumah melainkan pergi membuntuti Mikayla.
Kania ingin membuktikan apakah dugaannya benar, jika benar siapa yang telah melakukan itu pada gadis polos seperti Mikayka, fikirnya.
Sepanjang jalan Kania meminta kang ojek yang mengantarkannya agar tetap fokus dengan motor yang ada di depan mereka namun jangan sampai ketahuan.
Setelah mengikuti jalan yang berbelok-belok mengikuti motor matic Mikayla akhirnya ia tiba.
Sebuah rumah sederhana yang letaknya lumayan jauh dari sekolah yang memang berada di perkotaan. Kalau ini bisa di katakan pinggiran kota yang penghuninya pun tak terlalu banyak.
"Neng ngapain sebenarnya kita kesini? " si kang ojek mulai kepo.
"Gak papa pak saya cuman penasaran sama teman saya, " jawab Kania sekenanya.
Kania terus memperhatikan rumah tersebut namun nihil ia tak menemukan apapun.
Kania memutuskan untuk pulang kembali kesekolah karena ia meminta sopir menjemputnya disekolah.
Keesokan harinya saat dikantin Kania terus memperhatikan Mikayla dari jarak jauh, apakah dia akan memakan buah asam itu lagi.
Ternyata Mikayla tak lagi memakan buah asam itu, entah karena dikantin atau karena memang dugaannya salah.
"Kania lo kenapa sih? dari tadi perasaan gak fokus sama makanan lo, " kata Razia.
"Ah gak papa kok, gue fokus kok yuk kita makan, " Kania tak ingin dulu memberi tau kedua sahabatnya jika ia pun punya kecurigaan yang sama terhadap Mikayla.
Saat mereka asyik menyeruput kuah bakso, mereka kedatangan dua orang yang tampak mulai akrab.
"Hey, kita boleh gabung gak nih? " tanya Rendra.
" Tentu, cie akrab, " goda Rania pada Rendra dan Rudi.
"Jadi kalian sudah berteman nih, " Razia ikut menggoda.
Sedangkan Kania hanya senyum menanggapi obrolan teman-temannya.
"Iya nih dia sudah mau nerima gue jadi temennya, " Rendra menunjuk Rudi yang hanya nyengir.
"Syukur deh kalau kalian berteman, " timpal Kania.
Kelima orang yang sekaramg semakin dekat itu kembali menikmati makanan mereka.
Seperti hari kemarin Kania masih berusaha membuktikan kecurigaannya tentang Mikayla.
Kania kembali mengikuti Mikayla sepulang sekolah, sepanjang jalan Kania berfikir kemana Mikayla ini soalnya ini bukan jalan yang kemarin.
Ternyata Mikayla ke cafe yang berbeda simpangan dengan arah rumahnya.
Kania berpura-pura menjadi pembeli di cafe tersebut, ia memilih duduk tepat di belakang Mikayla.
Namun karena cukup lama menunggu Kania akhirnya memutuskan untuk memesan Capucino.
Setelah lima belas menit berlalu, tampak seorang laki-laki dan perempuan datang menghampiri Mikayla.
Yang laki-laki berwajah cukup tampan, terlihatlebih ramah dan yang wanita pun cantik, namun tak ada senyum diwajahnya malah tampak cemberut.
" Apa sudah berhasil? " tanya si wanita.
" Jika belum kamu harus sabar sayang, " ujar si lelaki menenangkan.
Kania masih mengamati dengan mencuri dengar, Kania pun belum mengerti arti omongan mereka.
Tiba-tiba tanpa berkata apapun Mikayla menyodorkan sesuatu berbentuk persegi panjang, kemudian langsung di terima oleh si wanita meskipun dengan raut wajah masamnya.
Setelah bungkus itu dibuka, seketika wajah wanita itu berubah sumeringah hal itu lantas membuat Kania mengerutkan kening, apa gerangan isi bungkus yang sepersekian detik mampu merubah ekspresi seseorang fikir Kania.
"Terimakasih atas bantuan kamu, saya senang sekali mengetahui kabar bahagia ini, " ucap si lelaki, setelah ia melihat benda itu.
" Iya, saya juga senang, dan terimakasih, " ucap si wanita tersenyum manis pada Mikayla, " tapi ingat kamu harus extra hati-hati menjaga Dia, saya tidak ingin Dia kenapa napa, " lanjutnya lagi kembali dengan ekspresi dinginnya.
" Ya, saya janji akan menjaga Dia dengan baik, " tutur Mikayla.
"Bagus, kalau kamu ingin memakan apapun akan saya kirimkan kerumahmu atau kita bertemu di sini, saya harap anak kami tumbuh dengan baik dirahimmu, "
Jdeerrr
Kania ternganga kala mendengar kalimat terakhir.
Jadi benar dugaan Rania dan Razia juga aku sendiri. Batin Kania.
***
Di depan meja belajarnya Kania mengulang kembali pelajaran yang ia dapat dari guru-guru disekolah tadi.
Namun seketika ia teringat sesuatu yang sejak beberapa hari ini telah mengganggu fikirannya, dan hari ini ia tau kenyataannya.
Sungguh miris Kania melihat nasib teman sekelasbya itu, meskipunmereka tidak akrab, hanya saling mengenal dan bertegur sapa kala bertemu, namun tetap saja hati Kania merasa sakit, ia menyayangkan perbuatan yang dilakukan Mikayla.
"Ya Allah lindungi hamba dari berbuat hal yang engkau larang, meski apapun alasannya,"
"Lindungilah Mikayla dan bayi yang dikandungnya, entah apa sebabnya hingga ia melakukan hal itu, ampunilah dia ya Allah," doa Kania tulus dalam hatinya.
Kania berjalan kaarah balkon kamarnya, menatap gemerlapnya bintang-bintang mengelilingi sang rembulan.
Tok tok tok
"Iya seventar, " mendengar pintu diketuk Kania berbalik badan hendak membukakan pintu, tak lupa ia tutup dulu pintu yang mengarah ke balkon.
Ceklek
"Makan malam sudah siap non, non ditunggu ibu dan bapa di meja makan, " ucap mbok Iyem, nama aslinya Tukiyem berbadan tambun, namun mulut dan hatinya selembut sutra.
"Baik mbok, Kania turun sebentar lagi mau beresin buku dulu, mbok duluan aja, " ucap Kania seraya tersenyum.
"Siap non, " tak lupa bi Iyem mengacungkan satu jempolnya ke atas tanda setuju.
Beberapa saat kemudian.
"Hai sayang, sudah selesai belajarnya? " tanya bu Sasmita.
"Selesai mah beres, " saut Kania yang baru saja duduk.
"Alhamdulillah, kamu harus rajin belajar terus ya tapi jangan diforsir tenaganya, nanti sakit, harus tetap jaga kesehatan oke, " nasehat bu Sasmita, sedang Kania hanya mengangguk.
"Iya nak benar kata mamahmu, harus rajin belajar tapi harus juga jaga kesehatan, " timpal pak Effendi.
"Terimakasih mah, pah nasehatnya dan dukungannya untuk Kania, insyaallah Kania akan lakukan yang terbaik biar bisa banggain mama sama papa seperti abang, " ucapnya, seraya tersenyum.
"Ya sudah, ayo kita makan, " ajak bu Sasmita.
Ketiganya pun menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja makan bahkan sepertinya sudah meronta ingin dimasukan ke kerongkongan karena sudah cukup lama dianggurin akibat keasyikan mengobrol.
Keluarga kecil Effendi Nasution memang tergolong konglomerat namun mereka tidaklah sombong, k
karena mereka masih menjunjung tinggi petuah orang tua mereka, agar tetap seperti padi yng semakin berisi semakin merunduk. Dan jangan pernah meninggalkan sholat, karena sholat adalah tiang agama.
Dan hal itu juga melekat pada diri Kania, meskipun ia tak berhijab eh bukan tidak hanya saja belum menutup auratnya, namun ia selalu mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Sang mama Sasmita padahal sering memintanya untuk berhijab, namunalasan Kania adalah ia belum siap untuk itu.
Kania juga ingin kok menutup auratnya namun belum siap jika saat ini, takut masih buka tutup, ia yakin suatu hari nanti jika waktunya sudah tepat maka pasti akan terjadi.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments