Diruang Perawatan Reza

Reza sudah ditempatkan di ruangan perawatan, hanya menunggu efek obat bius itu habis maka ia akan siuman.

Kania sungguh prihatin dengan keadaan kakaknya sekarang, karena kaki nya yang patah akan butuh waktu lama untuk sembuh.

"Dira akan cari tau siapa orang yang sudah buat abang seperti ini, " ucap Kania dalam hati.

Kania menunggu Reza sadar ia sangat ingin tau cerita dari mulut abangnya itu langsung mengenai kejadian ini. Meskipun saat ini penyelidikan sudah di tangan oleh pihak berwajib, namun Kania tak mau tinggal diam begitu saja.

Tak lama kemudian nampak jari-jari tangan Reza bergerak, matanya pun perlahan mengerjap menyesuaikan cahaya yang di tangkap oleh retina matanya.

"Abang, " ucap Kania dan bu Sasmita bersamaan.

"Auhh, " Reza meringis merasakan sakit, ngilu pada kaki kanannya.

Kania memencet tombol darurat agar dokter segera datang.

Tak lama kemudian dokter berserta beberapa perawat masuk dan segera memeriksa keadaan Reza.

"Mirza, " ucap Reza, menatap sepupunya penuh tanya.

Mirza yang mengerti pun menjelaskan tentang keadaannya yang datang kerumah sakit ini sudah dalam keadaan tidak sadar diantarkan oleh beberapa warga.

"Keadaan lo sudah membaik Za, hanya saja penyembuhan pada kaki lo akan memakan waktu lama, " tutur Mirza.

"Memangnya kaki gue kenapa? " tanya Reza yang sejak tadi merasa tidak beres pada kaki kannnya.

"Tulang kaki lo patah Za, "

"Apa..? " Reza terkejut dan mengusap wajahnya kasar, ia merasa frustasi dengan keadaan kakinya.

"Kamu yang sabar ya sayang, kamu pasti akan sembuh meskipun perlu waktu yang lama, " ujar Sasmita menenangkan putranya, mengusap kepalanya dengan sayang.

Sebagai seorang ibu Sasmita tentu sja merasa sangat terukul akan musibah yang terjadi pada putranya, namun ia masih sadar jika semua ini sudah menjadi ketentuan Allah SWT.

Effendi menepuk pundak Reza sebagai tanda agar Reza semangat untuk sembuh, jangan terpuruk oleh keadaan.

Sedangkan Kania, menatap nanar pada sang abang, ia mengerti perasaan abangnya itu.

"Maafkan Dira bang, " ucap Kania dengan air mata berurai seraya memeluk tubuh Reza.

Semua mata menatap pada Kania bingung dengan perkataannya yang meminta maaf pada Reza, memangnya apa salah Kania.

Narendra yang belum pulang pun ikut mengerutkan keningnya.

"Untuk apa kamu meminta maaf sama abang Dira? " ucap Reza, yang sudah mengurai pelukannya bersama Kania.

"Abang ingat tadi pagi ada sesuatu yang ingin Dira sampaikan? "

Reza mencoba memutar ingatannya tentang pagi tadi.

"Saat itu Dira ingin bilang jika sebenarnya perasaan Dira tidak enak, soalnya entah kenapa tadi malam Dira mimpi buruk, dan Dira menganggap jika itu hanyalah mimpi semata akhirnya Dira urungkan untuk bercerita, " ujar Kania.

"Nggak papa kok dek, jangan terlalu bergantung pada mimpi,dan jangan pernah merasa bersalah atas apa yang meni. paabang sekarang, ini hanyalah sebuah kebetulan semata, " ujar Reza yang memang ia tak terlalu percaya dengan firasat dalam mimpi.

"Tapi setidaknya abang bisa lebih berhati-hati jika aku cerita soal firasatku, " ujar Kania.

"Sudahlah tak usah terlalu difikirkan, " ujar Reza, mengusap pucuk kepala adiknya.

"Abang sudah baik-baik saja, tuh kasian yang di belakang kamu abang perhatiin ngobrol sama papa sejak tadi, kamu sih nggak ngajak ngobrol, " bisik Reza di telinga sang adik.

Sontak Kania pun menoleh kebelakang, dan benar saja Narendra sedang diajak ngobrol oleh papanya di sofa, ada rasa bersalah di hatinya karena sejak tadi mengabaikan Narendra.

"Sudah temuin sana jangan di pandangin mulu, " ujar Reza.

"Apaan sih kak dia itu sahabatnya aku,"

"Ya sudah aku kesana dulu deh, "

Kania menghampiri papa dan sahabatnya itu.

"Ren maaf banget gue lupa lo masih disini, dan makasih banget sudah anterin gue kesini tadi, " tiba -tiba Kania datang menghentikan obrolan Narendra dengan pak Efendi.

"Udahlah santai aj keles, kek sama siapa aja lo, gue itu sahabat lo kalau lo lupa, " ujar Narendra membuat Kania terkekeh.

"Iya kamu itu kasian tau nak Rendra, " ujar pak Efendi, " untung papa sadar dan papa ajak ngobrol deh beruntung kita nyambung ya nak Rendra, " lanjut pak Efendi.

"Nggak papa om, ya sudah ini sudah malam saya pamit pulang dulu kalau begitu, " ujar Narendra.

"Begitukah? yasudah hati-hati ya nak Rendra, " ujar pak Efendi di barengi senyuman hangat dan tepukan di bahunya. Hal itu membuat Narendra terpalu beberapa saat karena ia tiba-tiba merindukan sosok ayahnya yang sudah lama tidak bertemu setelah ia pergi meninggalkan rumah.

"Cie yang sahabatan rasa ayang, " ternyata meskipun sedang sakit kebiasaan Reza meledek adiknya itu tak hilang juga.

"Abang dalam keadaan sakit bisa-bisanya ya ledekin adeknya, " tegur Sasmita.

"Tau tu mah si abang tetap aja nyebelin, " adu Kania pada bu Sasmita.

"Maafin Reza ya nak Rendran ia memang hobi sekali bercanda dan menjaili adiknya, " ujar bu Sasmita merasa tidak enak.

Narendra hanya tersenyum simpul menanggapinya.

Setelah berpamitan pada semua orang Narendra pun pulang kerumahnya.

Sedangakan diruang rawat Reza kini hanya tinggal pak Efendi seorang karena Kania dan bu Sasmita harus pulang dan bergabti baju dulu, baru nanti balik lagi ke rumah sakit.

****

Malam harinya,

"Reza ibu rasa apa yang dirasakan adikmu itu benar, tentang firasatnya pada mimpi itu soalnya dulu aja kalian waktu masih kecil kalau yang satu sakit yang satunya ikut sakit, " ujar bu Sasmita mengenang masa kecil kedua anaknya.

"Tapi itukan masih anak-anak mah," ujar Reza

"Itu berarti ikatan batin diantara kalian sangat kuat, " ujar pak Efendi menimpali.

"Apa sih yang kalian obrolin? " tanya Kania yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ngomongin adek yang sudah punya pacar, aciee, " lagi-lagi Reza menggoda Kania.

"Lagi sakit lo bang, kalau kaga aku pukulin kamu, " ujar Kania.

"Gini ya, abang kan sering liat tu ya foto-foto yang aku post di status WA, nah itu semua mereka sahabat aku, nggak ada yang pacaran diantara kami, semua murni berteman saja, aku nggak mau pacaran selagi masih sekolah, aku mau fokus belajar biar nilaiku memuaskan, " ujar Kania menjelaskan, meskipun tanpa ia jelaskan keluarganya tidak menuntut apa-apa karena mereka tau pendirian yang begitu teguh dari seorang Kania, pendidikan adalah nomor satu baginya.

Bukan karena paksaan melainkan sejak dini ia dan Reza sudah di tanamkan jika mereka harus mementingkan pendidikan jika ingin menjadi orang yang sukses nantinya, selain itu kedisiplinan juga di tanamkan pada diri mereka jadi seiring berjalannya waktu mereka melakukan itu dengan keinginan mereka sendiri.

Efendi mengusap kepala putrinya dengan sayang.

"Abang sudah becandanya, sudah malam sebaiknya kalian istirahat, " pinta Efendi pada putra putrinya.

Keduanya mengangguk, Kania menuju bed yang di sediakan khusus untuk mereka tidur sembari menunggu Reza di ruangan sebelah, ruang yang terpisah oleh tembok namun pintunya masih menyatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!