Setelah vidio yang diberikan Kania selesai di putar, bu Erika mendekati Mikayla.
"Apa semuanya kamu pendam sendiri Mika? " tanya bu Erika yang merasa iba akan nasib Mikayla.
Mikayla hanya mengangguk.
Bagaimana tidak, nasibnya yang hidup di keluarga yang pas-pasan membuat Mikayla tidak berani berkeluh kesah kepada siapapun, ia merasa dirinya tidak layak jika terlalu bergaul dengan teman-temannya yang anak orang berada.
Mikayla bersekolah di sekolah elit ini karena beasiswa. Ya, beasiswa sebagai murid berprestasi, sekolah memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu namun masih masuk di dalam rangking lima besar, dan salah satunya ialah Mikayla.
Beruntung ia tak harus memikirkan biaya sekolah, hanya perlu biaya untuk makan dan uang saku.
Ibunya seorang buruh cuci sedangkan ayahnya sudah tiada, untuk membantu ibunya Mikayla bekerja paruh waktu, ikut di rumah makan yang tak jauh dari rumahnya.
Namun suatu hari ibunya bu Ratih, jatuh saat bekerja dan di bawa oleh yang punya rumah ke puskesmas.
Flashback
Diruang dokter.
"Maaf dok kenapa dengan ibu saya? " tanya Mikayla pada wanita yang memakai kacamata berjas putih di hadapannya.
"Mmm begini dek, dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan jika ibu Ratih mengidap kanker lambung dan untuk lebih jelasnya kamu bisa memeriksakan ibu kamu ke dokter di rumah sakit, karena disana alat-alat yang di gunakan sudah canggih, sedang jika dipuskesmas hanya seadanya, " tutur dokter Risma.
Setelah dilakukan pemeriksaan di puskes, pihak puskes mendiagnosa jika bu Ratih mengidap kanker lambung, sehingga pihak puskes menyarankan bu Ratih agar melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit.
Mendengar hal itu tentu saja Mikayla shok, bukan cuman keterangan dari dokter puskes, namun juga bingung dari mana dia dapatkan uang untuk pergi ke dokter sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan.
Cukup lama Mikayla terdiam karena memikirkan biaya berobat ibunya.
"Mm kalau saya boleh tau lebih jelasnya, apa penyebab ibu saya terkena kanker lambung? " tanya Mikayla ingin memastikan tentang sakit ibunya.
" Sebenarnya pola makan ibumu sepertinya tidak teratur dan juga kurangnya makan buah dan sayuran, sering telat makan bahkan bisa dikatakan jarang makan itu bisa menyebabkan asam lambung naik, dan karena terlalu parah asam lambungnya hingga memicu kanker pada lambung, " jelas dekter Risma.
"Apakah ibu adek suka telat makan atau bahkan jarang makan? " tanya dokter Risma.
"Iya dok ibu sering telat makan, dia mementingkan pekerjaannya selesai dulu baru makan,biasanya begitu jika cucian lagi banyak, " ujar Mikayla.
"Apalagi kalau pas ibu pergi kerja buat nyuci di rumah-rumah besar saya gak tau beliau makannya gimana teratur apa tidak, kalau untuk masalah sayuran dan buah kami memang tidak mampu untuk makan buah setiap hari bu dokter, " lanjutnya lagi.
Mendengar penuturan Mikayla dokter Risma pun merasa iba terhadapnya, dokter Risma tersentuh hatinya melihat keluarga Mikayla.
" Tak apa jika tak bisa makan buah dan sayur setiap hari, tapi mulai sekarang kamu harus benar-benar jaga pola makan ibu kamu yang sering telat bahkan tidak makan sama sekali, karena hal itu menyebabkan asam lambung ibumu naik dan terus dibiarkan maka akhirnya memicu kanker, " ujar dokter Risma.
"Baik dok akan saya usahakan untuk menjaga pola makan ibu dengan baik, sekali laginterimakasih dok kalau begitu saya permisi, " ujar Mikayla seraya berlalu meninggalkan ruang dokter Risma.
Namun baru dua langkah ia berjalan Mikayla terpaksa menghentikan langkahnya karena dokter Risma kembali memanggilnya.
"Iya dok, ada apa ya? " tanya Mikayla setelah ia balik badan menghadap dokter Risma.
Dokter yang khasnya berkacamata ini pun tersenyum dan berkata, " kamu melupakan resep obat untuk ibumu, "
"Oh iya dok maaf, " balas Mikayla seraya tersenyum.
"Dan ini untuk biaya periksa kerumah sakit ya dek, " tutur dokter Risma.
Seketika Mikayla terlonjak kaget tak percaya ketika dokter Risma menyodorkan amplop berwarna coklat itu padanya.
"Beneran ini dok, tapi biaya ke rumah sakit pasti mahal, " kata Mikayla.
"Benar, saya ikhlas ingin membantu adek, ambillah!" seru dokter Risma, karena rasa iba dan smpati pada gadis SMA dihadapannya ini maka dokter Risma berniat ingin meringankan bebannya walau pun tak seberapa.
"Terimakasih banyak dok, terimakasih banyak, " ucap Mikayla antusias sekaligus terharu kala menerima pemberian dokter Risma.
"Sama-sama, sudalah hapus air matamu itu jangan cengeng, " ujar dokter Risma.
Mikayla hanya tersenyum, kemudian berlalu keluar meninggalkan ruangan dokter Risma.
Mikayla kembali keruang dimana ibunya tengah dirawat, untuk mengajak ibunya pergi ke rumah sakit besok.
Namun nyatanya tidak semudah yang Mikayla kira sang ibu tidak mau diajak ke rumah sakit karena takut akan biaya pengobatan.
"Tak apa bu, kita hanya melakukan pemeriksaan tanpa harus perlu biaya yang banyak seperti pengobatannya, kalau ibu punya penyakit yang serius agar nanti bisa ditolong dokter jika penyakit ibu sudah diketahui, ibu mau ya rumah sakit, " bujuk Mikayla pada ibunya.
" Bukannya ibu tidak mau atau mengabaikan penyakit ibu jika ibu punya penyakit serius, tapi uang dari mana buat kita periksa ke rumah sakit, " keluh bu Ratih.
"Ibu tenang aja, ini adalah kebaikan dokter Risma, " Mikayla mengeluarkan amplop coklat itu dari tas kecilnya lalu menyerahkan pada ibu Ratih.
Bu Ratih menyambut amplop yang berisi uang pemberian dokter Risma tersebut.
"Masyaallah,,Alhamdulillah terimakasih ya Allah, " ucap rasa syukur bu Ratih pada Allah Subhanahuwata'ala sang maha memberi rezeki.
"Ibu harus mengucapkan terimakasih langsung pada dokter risma, " ucap bu Ratih, senang sekaligus terharu akan kebaikan dokter Risma terhadap dirinya.
"Nanti saja bu ketika dokter Risma melakukan pemeriksaan untuk ibu, sekarang sebaiknya ibu istirahat ya, besok kita pulang dan harus kerumah sakit memanfaatkan pemberian bu dokter, " ujar Mikayla, beruntungibu Ratih menurut kali ini, ia yang tadinya duduk kini kembali membaringkan tubuhnya.
***
Keesokan harinya,
Mikayla dan bu Ratih kini sudah diperjalanan pulang setelah tadi berpamitan dan mengucapkan terimakasih pada dokter Risma.
Dari puskesmas Mikayla dan bu Ratih langsungn menuju rumah sakit menggunakan angkot. Cukup sekitar 30 menit perjalanan mereka tiba di rumah sakit Nasutions Medika.
Sesampainya disana Mikayla langsung memberikan surat rujukan yang dibuat dokter Risma tadi.
Setelah itu bu Ratih dan Mikayla harus menunggu dulu bebrapa saat baru nanti di lakukan pemeriksaat tes darah.
Tak lama nama ibu Ratih pun dipanggil. Bu Ratih memasukin ruangan dan Mikayla menunggu di luar.
Setelah di lakukan serentetan tes maka mereka harus menunggu lagi beberapa jam, karena takut terlalu lama menunggu Mikayla memutuskan untuk pulang agar ibunya beristirahat, dan untuk hasil lab nanti ia ambil besok sepulang sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments