Melihat seseorang itu Narendra langsung berdiri dari duduknya tak lupa memberikan senyuman terbaiknya.
"Doni, " ujar Narendra setelah orang tersebut berada di hadapannya, orang itupun tersenyum seraya langsung mendekap tubuh Narendra.
"Apa kabar? " tanya Narendra.
"Baik banget alhamdulillah, " saut lelaki bernama Doni itu tersenyum riang gembira.
Sedangkan di tribun Kania dan teman-teman yang lain nampak memperhatikan dua orang itu, karena mereka dilanda penasaran akan orang yang baru saja mendekap Narendra.
Narendra yang menyadari tatapan sahabat-sahabatnya pun mengerti.
"Kenalkan ini Doni teman gue sewaktu sekolah dasar, " ucap Narendra memperkenalkan teman lamanya itu. pada mereka semua.
Mereka yang diperkenalkan hanya tersenyum seraya mengangguk tanda mengerti.
"Dan Doni perkenalkan mereka teman-teman gue disini, " ucapnya balik memperkenalkan pada Doni.
Doni pun berjabat tangan dengan teman-teman Narendra secara bergantian.
Doni pada akhirnya ikut bergabung dengan lima sekawan itu beserta anak-anak tim basket yang masih setia mendengarkan cerita Doni dan Narendra.
"Jadi dulu lo pindah karena terpaksa demi pekerjaan orang tua lo? " tanya Narendra.
"Yes, bener banget lo, " jawab Doni
"Terus sekarang lo sekolah dimana? "
"Di SMA Garuda, " jawab Doni.
"Waw itu SMA yang patut diperhitungkan apalagi tim basketnya, tahun kemarin menjadi juara, " celetuk Tio.
"Wah yang benar, aku baru tau, " ujar Narendra.
"Aduh Ren Ren kemarin lo kemana aja sih, perasaan sudah gue ceritain tentang SMA Garuda yang menjadi juara tahun kemarin, " ujar Rudi.
"Emang iya ? " tanya Narendra lagi, merasa tak percaya.
"Wah gue merasa terhormat nih di datengin sama sang juara, " Narendra menyanjung Doni.
"Biasa aja kali ah, lo bahkan mungkin lebih hebat daripada gue, "
"Darimana lo tau gue hebat, orang kita pisah sejak SD,,"
"Tau dari tadi lah, wlee, " Doni memeletkan lidahnya.
"Kampret lo, "
Akhirnya mereka semua tertawa bersama.
Sungguh Doni sangat merindukan masa-masa kanak-kanaknya saat bermain bersama Narendra dulu. di Bandung.
Setelah pulang sekolah mereka semua memutuskan untuk beristirahat di rumah masing-masing, terutama untuk Narendra dan teman-teman satu tim nya karena lusa nanti mereka akan bertanding lagi, sedangkan Doni ia akan membawa nama sekolahnya besok untuk pertandingan pertama.
***
Keesokan harinya yang duduk di tribun sebagai penonton adalah Narendra, selain menonton ia juga memberikan support pada sahabat kecilmya itu.
Walau bagaimanapun juga Narendra dan Doni adalah sahabat kecil yang sudah saling menyayangi jadi meskipun mungkin nantinya mereka akan berhadapan sebagai lawan di lapangan, tidak akan merubah rasa kasih sayang mereka sebagai sahabat seperti saat mereka kecil dulu.
Dan pertandingan kali ini di menangkan oleh sekolah Rajawali, sekolahnya Doni.
"Selamat ya bro, " Narendra memberikan ucapan selamat kepada sahabat kecilnya itu, sama seperti apa yang di lakukan Doni terhadapnya kemarin.
"Terimakasih, " sambut Doni disertai tepukan di bahu Narendra.
"Udah drama peluk-pelukannya, yuk kita makan gue laper, " ajak Kania menggannggu suasana indah antara dua sahabat lama itu.
"Ah ide yang briliant sekali nona Kania, " saut Rudi.
"Iya nih kita juga laper, " timpal Razia seraya di angguki olen Rania.
"Baiklah, yuk, " ujar Doni.
"Oke lets go, " Rudi langsung jalan duluan sambil menyeret tangan seseorang tanpa sadar.
Melihat keadaan itu, Kania dan Narendra saling pandang, dan ternyata mereka saling memahami hanya dari tatapan mata.
Kania mencegah yang lainnya untuk jalan dan hanya membiarkan dua orang berbeda jenis itu berjalan duluan tanpa mereka yang masih stay ditempat.
Beda hal nya dengan orang yang di tarik tangannya oleh Rudi, ia hanya menurut saja kemanapun kaki Rudi melangkah.
Entahlah dia tak sadar, terkesima sama Rudi atau memang sudah lama menyukai Rudi sehingga ia pasrah di seret Rudi begitu saja sampai keparkiran.
"Kunci gue mana ya, " Rudi melepaskan tautan tangannya dari orang yang sejak tadi diseretnya.
Beberapa detik kemudian, Rudi baru sadar akan keberadaan sahabat-sahabatnya yang tidak ada di belakangnya dan yang ada hanyalah Razia.
"Lo doang ngikutin gue Zia, yang lain mana? " tanya Rudi pada orang yang diseretnya sejak tadi yanhmg ternyata ialah Razia.
"Lah mana gue tau mereka masih dilapangan kali, " ujar Razia.
"Terus gue nggak ngikutin lo ya, lo nya sendiri yang nyeret gue sampai parkiran sini, " Rania berkata apa adanya.
"Ah masa sih? " tanya Rudi seolah tak percaya.
"Tentu saja itu benar, cieee yang sudah mulai berani gandengan, " celetuk Kania.
Keduanya tampak merah padam mukanya mungkin mereka malu.
"Ah apaan sih gue kan nggak sengaja, " ujar membela diri Rudi.
" Nggak sengaja apanya sih erat gitu gandengannya, " Rania mengompori.
"Ah ngapain sih bahas yang nggak penting, udah ya nggak usah dibahas lagi, Rudikan juga sudah bilang nggak sengaja, " ucap Razia seolah-olah membela Rudi.
"Masa sih nggak sengaja, ok Rudi nggak sengaja, lah elo napa di seret diem aja? " Rania bertanya pada Razia dengan tatapan menyelidik.
"Cie pipinya kek tomat merah, " Narendra ikut-ikutan menimpali.
Mereka terus aja meledek kedua orang yang nampaknya saling tertarik namun saling menutupi perasaan masing-masing.
Sampai mereka tiba di restoran tempat biasa mereka makan, tak ada berhentinya meledek Razia dan Rudi.
Namun kali ini keduanya nampak anteng, entah karena malas meladeni atau lagi laper aja.
"Seru ya kalian, jadi pengen tiap hari gini terus, " celetuk Doni, yang iri melihat kehangatan persahabatan mereka semua.
"Bisa kok lo tiap hari, merasakan hal seperti ini asal lo pindah kesekolah kita sekarang juga, " ujar Narendra dengan nada menantang.
"Yah, kalau itu mab gue nggak bisa penuhin bisa di gorok gue sama pak Mamat kalau pindah sekolah disaat lagi ada pertandingan antar sekolah begini, " Doni bergidik ngeri hanya membayangkan saja amukan dari pak Mamat kepala sekolah Rajawali.
"Hahaha takut juga lo sama guru? " ledek Rudi.
Bukan cuman Rudi yang tertawa tapi mereka semua tertawa melihat ekspresi Doni yang yang membayangkan wajah gurunya yang bertahi lalat di ujung mata itu.
"Sue kalian ini, oke kita liat aja nanti, " ujar Doni, membuat semuanya mengerutkan kening bingung dengan maksud dari perkataannya.
"Sudah-sudah makanan sudah tersaji nih, jangan dianggurin gitu aja ntar galau, karena dianggurin itu tak seenak diapelin, " ucap Rania yang nampaknya tertarik akan sosok Doni.
"Suit suit, " goda Narendra.
"Nemu dimana tu kata-kata, sampe yakin banget kalau dianggurin itu nggak enak, cie kode tu ada yang minta diapelin, " Rania lagi-lagi meledek Razia.
Saat asyik berbincang sambil menikmati santap siang mereka datang seseorang menghampiri hingga atensi mereka teralihkan pada orang tersebut.
Siapakah dia?
.
.
.
Mohon maaf banget baru bisa up, karena healing kemaren🤭 🙏
BTW hari ini hari lahir Otor minta doanya ya agar panjang umur, sehat badan, bahagia, selalu, lancar rezeki lancar juga ide-ide membuat cerita 🙏Amiin.. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments