Keinginan Kania

Sesuai taruhan mereka siapa yang meraih juara satu maka akan menjadi pesuruh dan yang akan menjadi juara dua maupun tiga akan menjadi suruhan.

Kania tak ingin menjadi suruhan ia pantang untuk menjadi suruhan, ia wajib jadi pesuruh saja, maka dari itu sejak taruhan itu dibuat Kania menambah jam belajarnya dirumah agar nanti mendapatkan hasil yang maksiman dan mampu mengalahkan Narendra.

Tok tok tok

"Dira makan malam yuk, " ucap seseorang di balik pintu.

"Iya, duluan aja bang Kania nanti nyusul, " ujar Kania tanpa mau beranjak dari meja belajarnya.

Ceklek

Reza masuk ke kamar sang ading yang ternyata tidak di kunci.

"Sudah nanti dulu belajarnya sebaiknya kita makan bersama dulu, " seru Reza seraya mengusap kepala adik kesayangannya itu.

"Dira itu mau seperti kakak tau, yang tak pernah terkalahkan selalu berprestasi di sekolah, sebentar lagi Dira ujian kenaikan kelas, Dira harus lebih giat lagi belajarnya, tak terasa loh bang dua bulan lagi Dira ujian, " tutur Kania.

"Iya abang faham belajar itu memang yang utama apalagi menjelang ujian, dan abang tau kau pintar kok toh selama ini kamu berprestasi juga kan tak pernah terkalahkan juga sama seperti abang, " ujar Reza.

"Ya bedalah bang, abang sudah sarjana sebentar lagi, bahkan sebenarnya abang sudah lulus dengan predikat impian semua orang yaitu cumlaude, tinggal nungguin abang pakai toga aja lagi tu lulusnya abang jadi syah, " ujar Kania panjang lebar.

"Iya dong abang gitu loh, abang doa'in Dira juga bisa kek abang nanti, pasti bisa bahkan lebih baik dari abang, oke sekarang kita makan tak ada bantahan lagi, " Reza langsung menyeret tangan adiknya keluar dari kamar dan membawanya kedapur.

Kali ini Kania tak menolak karena sejujurnya cacing diperutnya pun sudah berdemo sejak tadi. Hanya saja Kania terlalu egois mementingkan belajarnya daripada perutnya, bukankah memang seharusnya makan dulu biar konsen belajarnya.

"Lama banget sih kalian, ngapain aja dri tadi kami bahkan sampai lumutan nungguinnya, " kelih Efendi.

"Papa lebay banget sih, orang kami cuman telat lima belas menit doang kok, " saut Kania.

"Itu juga lama, seandainya Papa Mama duluan makan pas kalian sampai didapur kami sudah selesai makan, " kata Efendi berkilah.

"Ah elah alasan yang klise, bukankah biasanya Papa sama Mama juga makan duluan jika kita terlambat, terus kenapa sekarang sok-sok an nungguin kita?" cibir Kania.

" Karena ada yang ingin papa bicarakan sama kalian, " ucap Efe di dengan mode serius.

"Sudah berapa kali mama bilang berantem dihadapan makanan itu tidak baik, sebaiknya pah bicarakan ini nanti saja selesai makan, " lerai Sasmita.

"Lah bukannya tadi mama setuju kalau kita bicarainnya saat makan , ck gimana sih mama ini , " protes Efendi pada istrinya.

"Hehehe maaf pah, mama berubah fikiran, " ujar Sasmita nyengir kuda.

"Hmmm, "

Efendi hanya bisa menghela nafas panjang, karena dia tak akan pernah bisa marah kepada istri tercintanya itu.

"Haaaa..... Alhamdulillah, " seloroh Reza, bersendawa setelah ia merasa kenyang.

Semua mata menatap Reza, merekasemua tak habis fikir dengan Reza yang diam-diam sudah menghabiskan makanannya tanpa menunggu kedua orang tuanya.

"Dasar anak kurang ajar, tidak sopan kamu ya, masa kamu makan duluan kami yang nunggui n kalian turun dari tadi menunda makan kami loh, ini anak malah makan duluan setelah membuat kami menunggu lama, keterlaluan, " gerutu Efendi.

"Hehehe maaf pah, soalnya Reza laper banget gak sanggup nungguin papa, lagian papa sih nyerocos mulu sama mama, " cibir Reza.

Kemudian hening kedua orang tuanya memulai makan mereka yang sangat terlambat sedangkan dua anak mereka sudah bersantai di meja makan sambil memainkan ponselnya.

Selesai makan Efendi mengajak keluarganya ke ruang tengah.

"Za kamu mau lanjut kuliah lagi setelah ini? " tanya Efendi pada putra sulungnya.

"Iya pah, Reza ingin lanjut S2, "

"Terus kapan kamu mau lanjutin bisnis keluarga kita? " tanyanya.

" Nanti aja lulus S2 pah, "

"Kelamaan, papa sudah mau istirahat dari bisnis, "

"Heh bilang aja kalau papa mau berduaan sama mama, papa tu sudah tua pah jadi sudah gak cocok tu romantis-romantisan kek anak ABG, apalagi kalau mengumbar kemesraan dihadapan anak sendiri, " ucap Reza sewot, jangan lupakan lirikannya pada kedua orang tuanya yang sejak tadi tangan mereka saling bertautan.

Yang dilirik hanya menyengir saja.

Sedangkan Kania hanya geleng-geleng kepala melihat mereka.

"Terlepas dari benarnya dugaanmu itu, kamu harus tetap memegang perusahaan kita, " tegas Efendi tanpa mau dibantah.

"Loh kan kan Daniel ada pah, "

"Daniel sudah memegang perusahaan yang ada di Swiss, "

" Ck, yasudah aku fikirkan nanti, " Reza berhenti menolak. Ia memilih mengalah daripada harus mendebat ayahnya yang keras kepala itu, bahkan mungkin semalaman tidak akan selesai.

"Bagus, " kata Efendi tersenyum penuh harap pada anak pertamanya itu.

"Kalau Kania, akan melanjutkan kuliah dimana? " tanya Sasmita, ia juga penasaran dengan keinginan putrinya.

"Kania mau kuliah di bidang kedokteran tapi Kania juga mau jadi Chef," ujar Kania.

"Lalu? " tanya Sasmita.

"Kania jadi bingung mau pilih yang mana, " Kania yang merasa bingung menopang dagunya dengan tangan yang jarinya dikepal.

"Hmmm sejatinya bagi seorang perempuan, sejauh mana pun ia menuntut ilmu atau setinggi apapun pendidikannya ia tetaplah akan turun kedapur, tetaplah harus pandai mengurus rumah meskipun sudah dibantu oleh pelayan, karenaitu memanglah kodratnya wanita... , " ujar Sasmita, sedangkan Kania masih setia mendengarkan, begitu pula dengan dua laki-laki berbeda usia itu.

"Jadi mamah dukung kamu untuk menjadi Chef tapi mama juga mendukung kalau kamu mau jadi dokter, kalau kamu bisa jalani keduanya kenapa enggak? " lanjut Sasmita, memberi dukungan penuh pada putrinya.

"Mama kamu benar, tapi kamu masih punya waktu sekitar ya kurang dari setahun lah untuk kamu memantapkan pilihanmu nantinya, " timpal Efendi.

"Hmmm ok baiklah-baiklah, sebaiknya aku sekarang balik ke kamar untuk melanjutkan belajarku, " pamit Kania, akhirnya ia pun meninggalkan ruang keluarga.

Kania kembali berkutat dengan buku-buku pelajarannya, yang sudah ia jadwalkan untuk dipelajari ulang selama dua bulan ini sebelum ujian dimulai.

Ting

Pinsel Kania berbunyi menandakan ada pesan masuk, ia mengambil ponsel yang ia letakkan di pojok meja belajarnya, lalu ia membukanya yang ternyata pesan itu berasal dari teman sekaligus rivalnya dalam berprestasi.

📲 Narendra : "Jangan lupa belajar, kalau lo lupa ntar pasti gue yang bakal jadi juaranya, "

📲 Kania: "Lo tenang aja, gue nggak bakal lupa sama belajar gue dan gue pastiin lo yang akan mengakui kekalahan lo nanti, "

Di dua tempat yang berbeda dua orang yang sedang bertukar pesan itu tersenyum kala membaca pesan balasannya.

Entahlah apa yang tengah dirasakan kedua remaja itu, mungkin saja mereka mulai menyukai satu sama lain namun tak ada yang peka akan perasaan hatinya sendiri atau mungkin memang mereka hanya saling menyemangati tanpa ada embel-embel perasaan lebih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!