Keesokan harinya, Kania dan dua sahabatnya itu datang hampir bersamaan ke sekolah, mereka bertiga tampak bingung dengan keadaan disekitarnya.
"Ada apa sih ini? " tanya Razia pada Kania yang sudah berdiri sejak tadi menunggu keduanya turun dari motor.
"Gak tau tuh, kok anak-anak pada berkerumun gitu ya, " ujar Kania.
Mereka bingung melihat teman-teman mereka yang berkerumun. Ada berita apa sebenarnya, yang nampak membuat raut wajah mereka semua tampak tak percaya, ada pula yang mengumpat.
"Samperin yuk,daripada menerka-nerka, " ajak Rania.
Ketiganya akhirnya berjalan mendekati siswa siswi yang mengerumuni mading sekolah.
"Permisi-permisi, " ujar Kania menerobos kerumunan itu.
Siswa-siswi yang berkerumun tadi langsung membuka jalan untuk Kania.
Ternyata disana banyak foto-foto Mikayla yang tengah bersama seorang pria dewasa, terlihat foto itu diambil di rumah sakit.
"Siapa yang ngelakuin ini sama Mikayla? bukankah tak ada orang yang tau jika ia tengah mengandung, mungkinkah ada yang tanpa sengaja melihat nya bersama pria itu? batin Kania bertanya-tanga.
"OMG Mikayla hamidun? " Razia kaget dengan mulut menganga, untungnya ia tutup dengan telapak tangannya.
"Benar dugaan gue, " ucap Rania, namun nampak sekali kesedihan diwajahnya.
Mereka bertiga masih bergelut dengan fikiran masing-masing sampai akhirnya bu Berta membubarkan mereka.
"Anak anak cepat kembali kekelas masing-masing, cepat, " perintah bu Berta tegas, hingga tak ada yang berani membantah.
Siswa-Siswi yang tadinya berkerumun itu, akhirnya membubarkan diri dengan berlari kocar kacir karena takut akan amukan bu Berta.
Namun tidak dengan Kania dan teman-temannya, mereka masih berdiri ditempat.
"Maaf bu, sekarang dimana Mikayla dan bagaimana keadaannya? " tanya Kania pada gurunya yang tak lain ialah bu Berta.
"Dia di UKS sekarang dan dia baik-baik saja setelah tadi sempat shok, bapak dan ibu menunggu ia siap bercerita alasan apa yang bisa membuat Mikayla berbuat hal tak senonoh hingga seperti ini, " ujar bu Berta.
"Syukurlah jika ia baik-baik saja, apakah saya boleh menemuinya bu? "
"Sebaiknya tidak sekarang Kania, sebaiknya kalian kembali kekelas saja dulu biar ibu dan bapak yang mengurus ini semua, "
"Baiklah bu kalau begitu kami permisi dulu, " pamit Kania.
"Permisi bu, " ucap Rania dan Razia berbarengan.
Sepanjang jalan menelusuri koridor sekolah yang menuju kelas XI IPA 1 Kania terus berfikir siapa pelaku yang sudah menyebarkan aib Mikayla.
"Benarkan dugaan gue kalau Mikayla itu hamidun, "
cerocos Rania.
"Iya juga ya, pantas saja dia seringbterlihat makan asinan atau rujak namun secara sembunyi-sembunyi, " timpal Razia.
"Iya benar, eh tapi gue baru liat dia kek gitu dua kali, " ujar Rania.
"Kalau gue mah sering, pokoknya sejak yang kita liat dia makan asinan di kantin sering dia makan sembunyi-sembunyi, seperti jumat kemarin ia nampak makan rujaknya di pagi hari ketika gue ke toilet dan dia berada disekitaran sana tepatnya di belakang gedung, karena sepi disana, " tutur Razia.
"Bukan hanya itu, tapi beberapa kali gue mergokin dia tengah muntah di toilet, biasanya kan orang hamil memang sering muntah-muntah jika pagi hari, " lanjutnya lagi.
" Gak nyangka gue, padahal kan penampilannya cupu gitu, bisa-bisanya dia hamil diluar nikah, gak sesuai sama penampilannya yang seperti gadis lugu, " timpal Rania, Razia pun mengangguk setuju.
"Husst gak boleh ngomong gitu, kalian kan gak tau alasannya kenapa dia sampai begitu, " ujar Kania.
" Iya sih, tapi emang berbuat itu harus ada alasannya ya? " Rania berfikir realistis, ya memang apa lagi alasannya melakukan hal seperti itu, kalau bukan karena mau sama mau.
"Siapa tau dia diperkosa preman misalnya, " Kania memberikan alasan yang cukup masuk akal.
"Bisa jadi, " saut Razia.
"Maafin gue, gue gak bisa ngasih tau alasannya sekarang, " batin Kania.
Kania tak ingin dulu memberitahukan alasan yang sebenarnya meskipun ia tau kenyataannya, namun ia ingin lebih dulu konfirmasi sama yang bersangkutan.
***
Disisi lain... (Ruang BK)
"Ibu sangat kecewa kepada kamu Mikayla, mengapa hal seperti ini dapat terjadi? " bu Berta sungguh merasa geram dengan kelakuan Mikayla yang telah mempermalukan nama sekolah, namun ia juga merasa kasihan akan nasib yang dialami Mikayla.
" Walau bagaimana pun juga, ibu dan guru-guru yang lain ingin tau apa alasan kamu melakukan ini Mikayla? " tanya bu Berta.
Yang ditanya sejak tadi hanya menunduk, karena ia merasa malu pada guru-guru atas kehamilannya, namun ia tak menyesali itu karena dia yang menginginkannya sendiri karena dipaksa keadaan yang mengharuskannya untuk melakukan hal itu.
"Mikayla, " tegur bu Berta karena tak kunjung mendapatkan jawaban Mikayla.
Mikayla pun mengangkat kepalanya yangbsejak tadi hanya menatap lantai keramik berwarna putih itu, "Maafkan saya, saya mengakui ini memang kesalahan saya, dan saya siap jika harus dikeluarkan dari sekolah ini, " tutur Mikayla, namun ia belum menjawab pertanyaan bu Berta perihal alasannya melakukan hal itu.
"Itu artinya kamu melakukan atas dasar keinginan sendiri? " kini bu Erika yang bertanya.
Mikayla hanya mengangguk.
"Bahkan wajahmu tak menunjukkan jika kamu gadis seperti itu Mikayla, " rasa tak percaya bu Erika masih lebih tinggi, karena selama ini sebagai muridnya Mikayla tak pernah terlihat jalan dengan teman lelakinya apalagi punya kekasih.
Ya, memang apa yang telah dilakukan Mikayla tak dibenarkan bahkan ini sebuah kesalahan fatal bagi seorang gadis hamil diluar nikah apalagi masih remaja, yang dimana masa depannya masih sangat panjang. Dan Mikayla pun menyadari hal itu.
"Semua benar adanya bu, tak ada alasan lain lagi, " Mikayla keukeh mengatakan jika hal ini ia lakukan atas dasar keinginannya sendiri. Bahkan saat menjawab ia menatap bola mata bu Erika seakan ingin menunjukkan jika perkataannya benar.
"Jika memang begitu adanya, terlepas dari apapun alasannya dan atas dasar peraturan sekolah, saya selaku kepala sekolah memutuskan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah kita ini, " putus pak Susilo tegas.
"Tunggu, " ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruang BK hingga mengalihkan atensi semua orang yang ada di dalam.
"Silahkan masuk Kania, " sambut pak Susilo melihat cucu pemilik sekolah.
" Apa ada yang ingin kamu sampaikan Kania? " tanya pak Susilo santai, setelah Kania duduk dan bergabung dengan guru-guru disana.
"Begini pak, saya ingin menunjukan sesuatu mengenai kasus ini, " lalu Kania menyodorkan ponselnya pada kepala sekolah berkumis tebal itu.
Ponsel itu jkemudian disambungkan ke laptop agar gambar terlihat lebih jelas dan suaranya pun juga nyaring.
Semua guru yang berada diruang tersebut mengamati dengan seksama sebuah vidio yang pemerannya adalah seorang yang kini ada di hadapan mereka, yang tak lain ialah Mikayla.
Saat vidio itu diputar ekspresi wajah para guru berbeda-beda menggambarkan perasaan mereka.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments