Mohon maaf bila ada typo di episode sebelumnya ya. Cerita Flashback di episode kemarin belum selesai mari kita lanjutkan di episode ini.
"Aaahhhh...tolong - tolong sakiiittt gatal" Melisa memulai sandiwaranya dengan teriak sekencang - kencang agar semua orang yang ada dirumah itu mendengar.
Sebelumnya Melisa telah melapisi seluruh badanya dengan make up dan memberi blush on sebanyak mungkin, tak lupa pula bintik - bintik hitam yang di buatnya dengan menciprat - cipratkan kuas make up ke wajahnya, supaya akting nya meyakinkan.
Dan benar saja tak berselang lama setelah ia berteriak semua orang pergi melihat Melisa di kamarnya. Kini semua orang berkumpul di kamarnya, namun tidak ada raut wajah khawatir sama sekali dari keluarganya kecuali Bu Inah yang langsung dengan sigap menanyakan ke adaan nya.
Ketika semua berkumpul, Melisa semakin mendramatisi keadaan dengan berpura - pura sesak nafas.
"Hmmmm...hah... hmmmm...hah... hmmmm..hah... Sakit Bu, panas, gatal" katanya sambil memegangi dadanya dan menangis di pelukan Bu Inah, tak lupa pula sambil menggaruk - garuk wajahnya.
"Ya Allah, Gusti non Lili kenapa, Tuan, Nyonya tolong hubungi dokter?" Bu Inah panik melihat keadaan Melisa.
Keluarganya masi tak bergeming, mereka seakan menikmati ke sengsaraan Melisa kala itu, tak ada yang panik atau bahkan berinisiatif menghubungi dokter.
"padahal ga tau aja kalian kalau sedang di bodohi Melisa" (suara hati author) hehehe.
"Non sebenarnya apa yang terjadi kenapa bisa seperti ini?" Kata Bu Inah menambahkan karena himbauan nya tadi tak di gubris oleh keluarga Melisa.
"Aku ga tau bi, semua ini terjadi saat aku selesai makan makanan yang ada di piring itu, Ini sakit banget bi, aku ga kuat panas, rasanya seperti terbakar" Sambil menunjuk piring putih diatas nakas Melisa tetap mendrama dengan terus ber pura - pura sakit.
Melisa melirik ke arah Anisa sekilas, sangat terlihat bahwa Anisa yang saat itu masi remaja menampakkan wajah pucat, dan terus menggenggam kedua tangan nya.
"Kamu ketakutan Anisa, tapi kamu tenang aja Sebenarnya kakak tidak kenapa - kenapa". Batin Melisa di dalam hati.
Sementara Anisa merasa sangat ketakutan akan keadaan kakak nya. Sebenarnya dia khawatir. Tapi dia diam karena takut salah mengambil langkah.
"Astaga apa yang sudah aku lakukan, Kak Meli mohon maafkan nisa" Batin Anisa.
"Ibu akan telpon dokter" Bu Inah hendak mengambil Hp nya dari saku.
"Tidak usah bu, ibu cukup beli saja obat alergi di apotek. Mungkin aku alergi makanan yang ada di piring itu." Melisa mencegah Bu Inah, karena takut sandiwaranya ketahuan.
"Baiklah kalau begitu ibu beli obat dulu, Non lili yang sabar ya. Ibu akan segera kembali."Bu inah berlalu membeli obat.
Belum lama bu Inah inah pergi, Tante Cindy datang tanpa ketuk pintu dan langsung menuju kamar Melisa.
Ia shok melihat keadaan Melisa yang sangat buruk, dengan badan merah dan bintik - bintik hitam.
"Astaga Lisa, kamu kenapa?" teriak tante Cindy.
Semua orang melihat kearah tante Cindy di pintu. Dengan lekas mendekati Melisa Tante Cindy pun berkata. "Dasar benalu ga tau diri, melihat Melisa sakit begini bukanya menelpon dokter. Malah nyuruh bi Inah beli obat alergi".
"Jangan sembarangan kamu kalau ngomong" Kata Tina yang geram dengan mulut pedas tante Cindy.
" Memang benar kalian benalu yang numpang hidup dengan harta peninggalan Dewi untuk anak - anak nya, sudahlah numpang ga tau diri pula." Tante cindy menimpali.
"Dasar perawan tua sialan".Tina mengangkat tangan nya untuk menampar tante cindy namun di hentikan oleh Wijaya.
"Tina cukup, ayo lebih baik kita keluar" Ajak wijaya pada tina. Mereka ber dua pun keluar dengan tak sengaja Tina melihat tumpukan makanan di tong sampah dekat pintu.
Ketika wijaya dan tina keluar, anisa pun ikut dan di susul ibu tirinya juga untuk keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments