Sambil menatap dan mengusap batu nisan sang Mama Melisa bermonolog dalam hati.
"Mah, , , Lili datang tapi hanya sendiri, maafkan Lili ya mah, Lili belum bisa membawa Annisa ke sini. Annisa masih sibuk dengan Study nya dan segala kegiatan nya. Maafkan Lili juga yang belum bisa membalaskan rasa sakit Mama atas perlakuan mereka, Lili masi harus meyakinkan Annisa karena Annisa masi dalam genggaman dan kendali mereka. Semoga Mamah bahagia di atas sana, Lili janji akan segera mengakhiri semuanya"
Tatapan kebencian dan penuh dendam terpancar saat Melisa mengingat semua kenangan masa lalu bersama adiknya.
Flashback puluhan tahun silam
Annisa Dewi Wijaya adalah adik kandung Melisa. Usianya terpaut 5 tahun dari sang Kakak, Annisa lahir sebelum waktunya.
Pada saat itu tepatnya usia kandungan Mama Dewi baru ber usia 8 bulan namun harus melahirkan secara Prematur kala tensi darahnya naik terus menerus di Rumah Sakit.
"Tensi darah pasien naik terus menerus harus segera di lakukan Operasi Seccar untuk menyelamatkan kedua nya". Dokter memberitahu Bu Inah dan Melisa Kecil yang sedang menunggu di koridor Rumah sakit.
"Saya hanya pengasuh dan pelayan di rumah Nona Dewi, Saya tidak bisa memutuskan, Saya masi terus menghubungi Tuan Wijaya dok, sementara Tuan dan Nyonya Besar tengah di perjalanan menuju kesini" Terangnya pada sang dokter.
"Baiklah bu, segera hubungi suaminya saya akan memberi tindakan pertama pada pasien untuk menekan tensi nya" Dokter pun berlalu karena tidak bisa meninggalkan pasien terlalu lama.
"Bi nah Mama kenapa? Hiks... hiks... hiks... Melisa kecil menangis dan tak berhenti menanyakan apa yang terjadi.
"Mama baik - baik aja sayang, Non Lili berdoa yang terbaik untuk Mama dan adik bayi ya" Bu Inah terus menenangkan Melisa yang tak berhenti menangis.
Astagfirullah... Ya Allah... Tuan di mana si kok dari tadi di telpon ga di angkat - angkat. Telpon Tuan dan Nyonya Besar juga ga di angkat. Hamba harus gimana gusti. Bu inah bergumam sendiri sambil menelpon dan menggendong Melisa kecil.
Tak berselang lama Suster keluar dari IGD dan memberitahukan bahwa Kondisi Pasien Memburuk sehingga harus segera di ambil tindakan Seccar.
Namun karena keadaan memburuk harus memilih Antara Bayi atau Ibu yang harus di selamatkan. Disaat bersamaan datanglah Cindy Sahabat Mama Dewi di susul dengan Wijaya di belakangnya.
"Selamatkan Ibu nya Sus, Selamatkan Dewi" katanya setengah berteriak sambil berlari ke arah Suster dan Bu Inah yang menggendong Melisa.
"Tidak sus, Selamatkan Bayi nya saja". teriak Wijaya.
"Saya suaminya, tolong selamatkan Bayi nya. Saya tidak bisa menjelaskan kepada Istri saya nanti jika dia menanyakan ke adaan bayi nya, pasti dia akan sangat terpukul" Katanya lagi.
"Omong kosong loe Wijaya, gue tau otak busuk loe kaya gimana" Cerca Cindy pada Wijaya.
Karena sebagai sahabat Dewi, Cindy tahu semua kelakuan dan penderitaan Dewi. Namun sayangnya Melisa kecil yang masi polos hanya tahu bahwa Mama nya meninggal saat melahirkan adiknya.
"Diam, orang luar ga perlu ikut campur. Ini adalah keputusan saya. Suster tunggu apalagi?" Wijaya meminta suster mempercepat semuanya.
"Baiklah Bapak silahkan ke bagian administrasi dan tanda tangani surat keputusan nya" Suster berkata kemudian berbalik dan masuk kembali ke IGD.
Wijayapun menuruti kata Suster tadi.
Sementara di koridor Rumah Sakit.
Melisa yang belum tahu apa-apa hanya bisa menangis dan terus meminta penjelasan pada Bu Inah dan Cindy.
"Tante... Mama dan Adik bayi baik - baik aja kan" Tanya nya pada Cindy.
Cindy menggendong Melisa dan berkata
"Mama harus di Operasi sayang untuk melahirkan adik bayi, tapi melisa ga usah khawatir ya. Melisa juga harus kuat dengan segala kemungkinan buruk yang terjadi".
Akhirnya Operasi pun di mulai, 1 jam - 2 jam - 3 jam pun berlalu. Dan dokter keluar dari ruang Operasi.
"Selamat pak, Anak anda telahir lahir namun seperti yang di katakan tadi bahwa kami mohon maaf tidak bisa menyelamatkan Ibu dari bayi ini."
Tak lama berangkar dengan jasad Dewi pun keluar. Bagai tersambar petir di siang bolong Melisa menangis sejadi - jadi nya disana. Bu Inah, Cindy, Pak sutrisno dan Istrinya yang baru saja tiba karena Mereka berada di Luar kota pun kaget karena melihat jasad anak semata wayang mereka yang sudah terbujur kaku.
Flashback off kembali ke masa sekarang.
Hiks... hiks... Mama... Mama...
Hiks.. hiks... Akhirnya tangis Melisa pecah di hadapan makam sang Mama setelah sejak tadi mencoba menahan nya kala mengingat masa lalu nya.
Melisa terus menangis sambil memeluk makam sang Mama, tak perduli pakaian nya akan kotor oleh tanah yang bercampur dengan embun pagi itu. Dia meluapkan semuanya dengan menangis tak ada kata - kata sedikitpun yang keluar dari bibir ranum nya. Hanya raungan tangisan Pilu menyayat hati yang di keluarkan. Seakan rasanya dia mengeluarkan semua beban yang terpendam di dalam dirinya selama ini. Melisa terus menangis tanpa memperhatikan sekeliling pemakaman, hingga makeup nya sedikit luntur.
Hingga tanpa ia sadari sejak tadi ada seorang laki - laki yang memperhatikan nya bersama wanita setengah baya di arah yang berlawanan dari makamnya sang Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments