Suami Kedua
Di sebuah kamar VVIP sebuah Club, malam ini tampak seorang pria sedang menikmati malamnya dengan seorang wanita bayaran yang sudah biasa bekerja melayani pria hidung belang.
Pria matang berusia 36 tahun itu tampak sedang berbaring sambil menikmati permainan yang diberikan oleh wanita bayarannya.
Meski pria itu sedang bercinta dengan wanita bayaran, namun dia selalu membayangkan wajah wanita pujaan hatinya. Bahkan di puncak kenikmatannya, dia memanggil nama wanita dengan begitu merdu.
Sedangkan si wanita bayaran hanya diam saja dan terus melayani pelanggannya. Tak peduli siapa yang dipanggil pria iti, tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya. Asal dia dapat uang untuk menyambung hidupnya.
"Ohh.... Lidiaaaaa!!! Aku memcintaimu!!" Erangnya saat semburan lavanya sudah keluar.
Seketika itu Sean mendorong wanita yang sejak tadi berada di atas tubuhnya. Setelah itu melepas sesuatu yang sejak tadi membungkus senjatanya. Cairan yang ada dalam pembungkus itu lalu dia buang begitu saja ke lantai.
"Cepat pakai bajumu dan segera keluar dari kamar ini!!" ucap Sean dengan nada dingin.
Tak lupa dia mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu pada wanita itu sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
"Cepat pergilah!!" usir Sean.
"Terima kasih, Om. Kalau Om masih ingin memakai jasaku, Om tinggal ke tempat ini lagi. Dengan senang hati aku akan melayani Om. Dan aku juga bersedia Om panggil Lidia." ucap wanita itu setelah menerima uang pemberian Sean.
"Pergi cepat!!" Sean tidak mempedulikan ucapan wanita itu.
Setelah wanita bayarannya keluar, Sean kembali merebahkan tubuhnya yang masih polos. Dia mengambil ponselnya dan mencari foto dalam galerinya.
Cup
"Aku mencintaimu, Lidia!" ucapnya setelah mengecup foto seorang wanita yang sejak dulu dia simpan dalam ponselnya.
Sean melirik jam tangannya masih menunjukkan pukul 1 dini hari. Tiba-tiba perutnya merasa lapar. Akhirnya mau tidak mau dia harus keluar dari tempat itu.
Sean membersihkan tubuhnya terlebih dulu sebelum meninggalkan Club itu.
Beberapa saat kemudian Sean sudah berada di sebuah restauran cepat saji yang buka 24 jam. Dia segera memesan makanan, lalu memakannya dengan lahap.
Drama percintaannya yang cukup singkat ternyata membuat perutnya lapar. Sean menikmati makanannya sambil memikirkan seseorang yang selalu ada dalam hati dan memenuhi otaknya. Bahkan seseorang itu selalu ia jadikan sebagai objek fantasinya saat bercinta.
Tidak hanya saat melakukan dengan wanita bayaran, Sean membayangkan wajah Lidia. Namun juga saat melakukannya sendiri.
Sean sadar kalau perbuatannya itu sangat tidak dibenarkan. Bagaimana jika wanita yang ia jadikan objek fantasinya itu tahu, atau bahkan suami dari wanita itu tahu. Mungkin nyawanya akan menjadi taruhannya.
Ya, Sean akui akan kesalahannya yang dengan berani mencintai wanita yang bernama Lidia. Memang kedengarannya tidak ada masalah jika kita mencintai siapapun. Namun salahnya Sean adalah dia mencintai istri bosnya. Apa bukan seperti membangunkan singa yang sedang tidur?. Dan disini pintarnya Sean, dia bisa menyembunyikan perasaannya itu.
"Kelaparan bro, habis memadu kasih dengan Lidia?" ucap seorang pria yang tiba-tiba saja duduk di hadapan Sean.
Sean hanya mendengus kesal pada teman sekaligus sahabatnya yang kalau bicara asal ceplos dan tanpa disaring terlebih dulu.
"Ngapain kamu ikutan kesini?" Kesal Sean sambil melirik Leon.
Leon hanya mengangkat bahunya acuh, setelah itu dia berdiri dan memesan makanan. Sedangkan Sean kembali melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda karena memikirkan Lidia.
Beberapa saat Leon sudah kembali ke meja yang ditempati oleh Sean dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.
Pria yang usianya lebih muda 3 tahun dari Sean itu juga tampak lahap memakan makanannya. Dia bahkan tidak peduli dengan tatapan kesal dari sahabatnya.
"Bagaimana rasanya Lidia yang tadi?" tanya Leon dengan mulut masih mengunyah makanan.
"Kamu bisa diam nggak? Habisin dulu tuh makanan, baru bicara." gerutu Sean.
"Aku kan hanya tanya. Dan kamu bisa menjawabnya selagi aku masih mengunyah makananku." jawab Leon santai.
Sean semakin kesal melihat sikap Leon. Andai saja Billal tidak menjalin kerjasama dengan Tuan Nugraha, pasti dia tidak akan bertemu dengan asisten pribadinya yang sangat menyebalkan itu. Namun tidak dipungkiri, Leon juga termasuk pria yang sangat nyaman untuk diajak berteman. Walau sikapnya sering menyebalkan.
Sudah hampir seminggu ini Sean dan Leon sedang berada di luar kota. Mereka berdua sama-sama mendapat tugas dari bosnya untuk mengurus proyek pembangunan mall yang ada di kota Z.
Jika Tuan Nugraha memerintah Leon mewakilinya untuk meninjau proyek ini lantaran istrinya sedang sakit, berbeda dengan Billal. Pria itu menyuruh Sean meninjau proyek karena tidak mau meninggalkan istrinya yang kini sedang hamil tua. Meskipun demikian, Sean tetap melalsanakan tugasnya dengan baik. Karena Billal adalah bos terbaiknya. Bagaimana tidak, sudah hampir sepuluh tahun Sean menjadi asisten pribadi Billal Graham Imtiaz. Sean sudah sangat mengenal siapa Billal. Bahkan dia menganggap Sean sudah seperti kakaknya. Hanya saja dia sendiri yang tidak tahu diuntung, karena berani mencintai istrinya. Namun Sean tidak pernah melakukan hal yang nekat. Dia hanya mencintai Lidia dalam diam. Tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Leon.
"Mau kemana kamu?" tanya Leon saat melihat Sean sudah beranjak dari duduknya.
"Bukan urusan kamu." jawab Sean acuh.
Tanpa mempedulikan gerutuan Leon, Sean segera pergi. Namun kali ini dia memutuskan untuk pergi ke hotel dimana dia menginap selama seminggu ini. Dan kamarnya pun bersebalahan dengan kamar Leon.
Sean sudah masuk ke kamarnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Entah kenapa malam ini dia sangat merindukan wanita itu. Bahkan setelah percintaannya dengan wanita bayarannya tadi, bayang-bayang wajah Lidia terus menghantuinya.
"Ahhh.... Bodoh amat.. Biarkan aku tetap mencintaimu dalam keadaan seperti, Lidia. Maafkan aku!" ucap Sean sebelum matanya terlelap.
**
Keesokan paginya Sean sudah terbangun dari tidurnya. Semalam tidurnya sangat nyenyak. Bahkan saking nyenyaknya, Lidia tidak mampir ke dalam mimpinya.
Sean melirik ponselnya dimana ada pesan dari Leon kalau hari ini akan datang melihat proyek pembangunan mall lagi. Padahal sekarang hari minggu. Harusnya dia libur.
Sean membuang ponselnya ke atas kasur. Lalu dia kembali merebahkan tubuhnya, karena jujur saja pagi ini dia ingin bermalas-malasan.
Belum sempat Sean menutup matanya, bunyi dering ponselnya telah mengganggunya. Dia yakin pasti itu adalah ulah Leon. Sean mencoba abai, namun ponselnya kembali berdering.
Kemudian dia mengambil ponsel itu lalu menggeser icon warna hijau untuk segera menjawab panggilan itu.
Belum sampai Sean mengumpat kesal, dia terkejut setelah mendengar isak tangis di balik sambungan teleponnya.
"Iya, Lid... Ahh maksud saya Nyonya. Ada apa?" tanya Sean. Ternyata yang menelepon adalah Lidia.
"....."
"Apa? Baiklah, saya akan pulang sekarang juga." jawab Sean dan segera menutup panggilannya.
Setelah itu Sean bergegas mandi lalu bersiap untuk pulang. Tepatnya pulang ke rumah bosnya.
.
.
.
*TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Arin
wah mampir ksni sehabis baca kisah anakny Lidya....☺️
2022-10-12
3
Mba Diyan
beberapa hari ini aku maraton baca dari kisah radit, kay, lanjut kesini semuanya seru bisa bikin penasaran.
2022-08-13
1
Lina Zascia Amandia
Halo Kak, Sy. kasih like. n Fav... feedback balik ya....
2022-07-24
0