Sean dengan cepat melepaskan tautan bibirnya saat mendengar ketukan pintu dari luar. Dan segera keluar dari kamar itu.
“Masuk!” ucap Sean.
Ternyata yang mengetuk pintu adalah Silvia. Wanita itu datang membawa beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangannya. diam-diam mata Silvia menelisik seperti mencari sesuatu. Lalu dia melihat ada tas yang dia yakin itu adalah milik Lidia. Namun kemana si pemiliknya. Dan kenapa tadi Sean lama sekali menyuruhnya masuk. Apa yang baru saja mereka berdua lakukan. Hati Silvia sangat panas membayangkan Sean sedang bercinta dengan Lidia.
“Apa yang kamu cari?” tanya Sean dengan tegas.
“Oh tidak ada, Tuan.” Jawab Silvia.
Sean segera berdiri dan memberikan berkas itu kembali pada Silvia. Kemudian dia menyuruh wanita itu agar segera keluar dari ruangannya. Namun mata Silvia melihat pintu yang ada di ruangan itu terbuka, dia pun berakting pura-pura jatuh dan benar saja Sean langsung menangkapnya.
“Sean, apakah Pak Doni sudah-“
Lidia tidak melanjutkan ucapannya saat melihat adegan Sean sedang memeluk Silvia. Sedangkan Sean yang mendengar ucapan Lidia, dengan cepat ia melepaskan Silvia dari rengkuhannya.
Brukk
Aww….
“Cepat keluar dari sini sekarang juga!” ucap Sean dengan nada tegas.
Silvia berdiri sambil meemegangi pantatnya yang terasa sakit akibat terjatuh. Dia sungguh kesal dengan Sean.
“Maaf, Nyonya. Pak Doni belum datang. Mungkin sebentar lagi. Anda bisa beristrahat terlebih dulu.” Ucap Sean.
Lidia hanya diam saja lalu memilih untuk duduk di sofa. Dia benar-benar bingung dengan hatinya. Tadi saat kejadian di dalam kamar, dimana Sean mencium bibirnya, Lidia merasakan bahwa itu ciuman yang diberikan oleh suaminya. bahkan dia hampir saja menyebut nama suaminya. untung saja Sean tidak mendengarnya. Lalu Lidia berinisiatif meminta maaf pada Sean atas kejadian itu. Karena memang dirinyalah yang memulai. Namun saat melihat Sean sedang berpelukan dengan wanita lain, Lidia bungkam. Ada sesuatu yang mengusik hatinya saat melihat kedekatan Sean dengan Silvia.
“Nyonya! Maafkan saya atas kejadian tadi.” ucap Sean.
“Nggak apa-apa. Apakah dia kekasihmu?” Lidia salah paham. Dia kira Sean meminta maaf karena kejadian dengan Silvia.
“Bukan. Saya sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan Silvia. Ehm, maksud saya, saya minta maaf atas kejadian di kam-“
“Lupakanlah. Anggap kejadian itu tidak pernah ada.” Potong Lidia.
Sean terkejut mendengarnya. Saat ingin membahasnya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ternyata Pak Doni sudah datang dan membawakan pompa ASI sesuai permintaan Lidia.
“Kita pulang sekarang saja, Pak.” Ucap Lidia dan bergegas berdiri.
“Tapi Nyonya, bukankah anda ingin memompanya disini?” tanya Sean bingung.
Lidia tidak menjawab. Dia mengambil tasnya dan menenteng blezernya yang basah. Entah kenapa moodnya jadi buruk saat melihat Sean dekat dengan sekretarisnya. Sedangkan Sean segera melepas jasnya saat tahu Lidia akan keluar dengan hanya mengenakan blouse transparan sekaligus basah.
“Nyonya, pakailah ini agar nyaman.” Sean memakaikan jasnya ke tubuh Lidia.
Wanita itu masih diam. Dan melihat pada dirinya sendiri dimana saat ini bajunya benar-benar terlihat menerawang akibat ASInya yang merembes. Bahkan kain penyangga itu tampak dari luar karena warnanya yang kontras.
“Terima kasih.” Jawab Lidia gugup.
Selepas kepergian Lidia, Sean mengingat kejadian yang baru saja ia lakukan dengan Lidia. Tanpa sadar pria itu tersenyum memegangi bibirnya yang masih menyisakan rasa manis.
Akhirnya dia bisa merasakan bibir manis dari wanita yang sangat ia cintai. Namun perlahan senyum itu pudar kala mengingat ucapan Lidia untuk melupakan dan menganggap kejadian itu tidak pernah ada.
“Aku tahu kalau kamu membayangkan ciuman itu adalah ciuman dari suami kamu. Tapi aku janji akan membuatmu jatuh cinta padaku.” gumam Sean.
Semenjak kejadian itu sampai sekarang Lidia lebih memilih menghindar jika bertemu dengan Sean. Bukan dia marah karena ciuman tak sengaja itu, melainkan dia tidak mau menjadikan Sean objek pelampiasannya saja. Wajar, Lidia juga perempuan normal yang menginginkan belaian. Namun dia tidak ingin melakukan dengan Sean namun terbayang wajah suaminya.
Hari pun berlalu dengan cepat. Rencana pernikahan Sean dan Lidia sudah di depan mata. Mereka melangsungkan pernikahan itu secara sederhana dengan hanya mengundang pihak keluarga saja. Khususnya dari pihak keluarga Lidia. Karena Sean sudah tidak memiliki orang tua, dan keluarga yang lainnya juga tinggal di luar negeri.
Mereka berdua hanya melakukan akad saja tanpa ada resepsi pernikahan. Meskipun ini pernikahan pertama Sean, namun dia ikhlas dengan permintaan Lidia yang tidak ingin dipublikasikan, meski semua karyawan perusahaan sudah tahu semua.
Sean menyematkan cincin pernikahan di jari manis Lidia. Setelah itu Lidia meraih tangan Sean yang kini sudah sah menjadi suaminya. Lalu Lidia menciumnya dengan takzim. Ada rasa hangat menyelimuti hati Sean saat bibir Lidia menyentuh punggung tangannya. setelah itu Sean mengecup sekilas kening Lidia.
Acara sakral itu hanya disaksikan oleh keluarga Jenny, dimana ada sang suami. Iqbal. kedua orang tua Jenny yakni Kay dan Vito. dan juga kakak Jenny beserta istrinya. Barra dan Carissa. Mereka mengucap syukur bersamaan setelah Sean dan Lidia sudah sah menjadi pasangan suami istri.
“Selamat untuk pernikahan kalian. Semoga langgeng selamanya.” Ucap Vito sambil menepuk bahu Sean.
Sedangkan Kay memeluk Lidia yang sejak tadi menahan tangisnya. Kay menenangkan Lidia kaarena dia tahu kalau wanita itu pasti teringat dengan mendiang suaminya. “Tolong Lidia, hargai pernikahan ini. aku yakin Billal sangat bahagia mempunyai istri yang penurut sepertimu.” Bisik Kay.
Lidia mengangguk sambil mengusap sudut matanya yang berair. Sean yang tahau hal itu, hanya diam saja tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa Lidia merasa menjadi wanita yang paling tersakiti? Justru disini yang paling sakit adalah Sean. Menikah dengan wanita yang sudah lama ia cintai, namun perasaanya sama sekali tak terbalas, karena si wanita masih mengingat mendiang suaminya.
Selesai acar ijab qobul, mereka berkumpul di meja makan untuk makan siang bersama. Sean yang duduk di sebalah Lidia sambil memangku Chandra sejak tadi masih diam. Dia menunggu Lidia mengambilkan makan untuknya. Namun harapan tinggalah harapan. Lidia tidak mengambilkan makan untuk suaminya. akhirnya dia mengambil sendiri.
“Chan mau makan nggak? Ayah suapin mau?” tanya Sean pada Chandra untuk mengalihkan rasa kesalnya.
Vito berserta istri dan anak-anaknya hanya diam melihat interaksi pengantin baru di depannya. Mereka paham kalau keduanya masih canggung terutama Lidia yang menurutnya kurang peka.
“Mau. Chan mau makan disuapin Ayah. Nanti tidurnya juga sama Ayah boleh?” jawab Chandra.
“Iya, boleh.” Jawab Sean lalu menyendokkan nasi ke mulut Chandra.
Selesai acara makan siang bersama, keluarga Kay memutuskan untuk pergi. Mereka akan pulang ke rumah Jenny. Karena sekarang Lidia sudah tidak sendiri lagi. Sudah ada Sean yang menemani.
Sore harinya Sean memberanikan diri masuk ke kamar Lidia. Kamar yang dulu ditempati Lidia bersama Billal. Hanya saja disana sudah tidak ada sama sekali foto Billal. Mungkin Lidia sudah membereskannya.
Terlihat Lidia sedang menenangkan Viana yang sedang menangis. Perlahan Sean mendekat untuk membantu menenangkan.
“Bolehkah aku menggendongnya?” tanya Sean.
Lidia terkejut dengan keberadaan Sean yang sudah ada di kamar. kemudian dia memberikan Viana padanya. Seketika bayi mungil itu terdiam saat berada dalam gendongan Sean.
“Kamu mandilah dulu, biar Viana sama aku.” ucap Sean tanpa melihat wajah Lidia.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
we-semar-💗
nah gitu dong.. kasih semangat diri sendiri kalo ga ada orang luar yg kasih semangat..
2024-04-15
0
Iiq Rahmawaty
🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
2
Ana
kasihan sean
anak anak nyaman sepertinya sama ayah sean 🤗
2022-05-08
4