“Uncle, Papa sudah meninggal. Chan sudah tidak punya Papa lagi. Apa Uncle mau jadi Papanya Chan?” tanya Chandra dengan polosnya, di samping makam yang masih basah tanahnya.
Sean benar-benar terkejut mendapati pertanyaan polos dari Chandra. Entah apa yang ada dalam pikiran bocah lima tahun itu hingga bisa mengajukan pertanyaan seperti itu. Sebelum Sean menjawab, dia terlebih dulu melirik Lidia yang terlihat diam dan acuh dengan pertanyaan Chandra.
“Chan tenang saja, Uncle akan menyayangi Chan seperti Papa yang menyayangi Chan.” Jawab Sean akhirnya.
Setelah itu Sean menggandeng tangan Chandra dan menuntunnya untuk memasuki mobil. Dan disusul oleh Lidia.
Mereka bertiga sudah berada dalam mobil. Chandra memilih duduk di depan bersama Sean. Sedangkan Lidia duduk di belakang. Wanita itu masih terlihat sedih. Bahkan mukanya yang sembab masih saja terus mengeluarkan bulir air mata. Dan tatapannya kosong mengarah keluar jendela.
Sesampainya di rumah, Kay yang tak lain sepupu ipar Billal langsung menggandeng Lidia untuk masuk. Wanita paruh baya itu sudah menganggap Lidia seperti anaknya sendiri, meski statusnya adalah sepupunya. Mengingat dulu sebelum Lidia menikah dengan Billal, Lidia lah yang menjadi baby sitter cucunya.
Di rumah Lidia masih banyak tamu yang datang untuk mengucapkan belasungkawanya. Sean, Iqbal, dan Vito lah yang menyambut tamu-tamu itu. Kebanyakan mereka adalah rekan bisnis Billal. Sedangkan Lidia memilih istirahat di ruang keluarga karena badannya sungguh lelah.
Setelah istirahat sejenak, Lidia juga masuk ke ruang tamu untuk menemui tamu suaminya yang kebetulan datang bersama istrinya. Dan saat Lidia sedang duduk sendiri, tiba-tiba ada seorang pria seusia Billal menghampirinya.
“Saya turut berduka atas meninggalnya Tuan Billal, Nyonya.” ucap pria itu dengan sopan.
“Terima kasih banyak, Tuan. Mohon dimaafkan semua kesalahan yang pernah suami saya perbuat.” Jawab Lidia.
“Anda tidak perlu khawatir. Saya sudah memaafkan semua kesalahan Tuan Billal. Dan anda jangan sungkan-sungkan jika membutuhkan sesuatu, saya siap membantu. Terutama menghangatkan malam anda.” Ucap pria itu dengan nada lirih di akhir kalimatnya.
Seketika Lidia tersentak kaget dengan ucapan pria itu. Meskipun disana banyak orang, namun mereka sama sekali tidak menyadari apa yang sedang pria itu ucaapkan pada Lidia. Mungkin mereka mengira kalau pria itu hanya mengucapkan belasungkawanya. Tapi tidak dengan Sean. Dia dengan sigap menghampiri Lidia.
“Terima kasih atas kedatangannya, Tuan David. Anda bisa meninggalkan tempat ini sekarang juga.” usir Sean dengan sopan.
“Ah, baiklah Tuan asisten yang terhormat.” Jawab pria yang bernama David, lalu segera pergi.
“Maaf, apakah anda baik-baik saja Nyonya?” tanya Sean khawatir. Dia juga tidak tahu apa yang sudah diucapkan oleh Tuan David pada Lidia.
Lidia hanya mengangguk, setelah itu berjalan memasuki ruang tengah. Belum hilang kesedihannya ditinggal suami tercinta, sudah mendapatkan luka baru lagi. Lidia sadar kini statusnya sudah menjadi seorang janda. Namun pantaskah pria tadi mengucapkan hal yang menurutnya sangat tidak sopan.
Sean menatap punggung Lidia yang semakin menjauh. Entah kenapa dia merasa ada yang tidak beres dengan ucapan Tuan David hingga mampu mengubah raut wajah Lidia menjadi sangat sedih.
Banyak tamu yang masih berdatangan hingga malam hari. Namun Lidia tidak bisa berlama-lama menyambut tamu suaminya. Dia memilih istirahat di kamarnya, karena tubuhnya benar-benar teras letih.
“Mas, ini adalah hari pertama untukku tanpa pelukanmu. Rasanya aku nggak sanggup melalui hari-hariku nantinya tanpa ada kamu di sisiku.” Ucap Lidia sambil memeluk guling yang biasa suaminya gunakan.
Lidia kembali menangis. Menangis dalam diam. Rasanya seperti mimpi, kalau suaminya benar-benar pergi meninggalkannya. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu kamar. dan setelah itu ada seseorang yang masuk.
“Lidia, ayo kita makan malam dulu.” Ternyata yang masuk adalah Kay.
“Nanti saja, aku masih belum lapar.” Jawab Lidia sambil mengusap air matanya.
“Kamu jangan seperti ini, ingat ada nyawa dalam rahim kamu yang juga membutuhkan nutrisi. Apa kamu mau calon buah hati kamu juga sakit. Meski kamu sedang bersedih, setidaknya ingatlah dengan kesehatan kamu dan anak kamu.” Ucap Kay.
Lidia pun akhirnya mau makan malam. Kay membantu Lidia bangun dan mengajaknya makan malam bersama yang lainnya yang sudah menunggu di ruang makan.
Lidia sejak tadi terus meratapi kesedihannya. Dia bahkan hampir melupakan anaknya. dia melihat Chandra sedang duduk di disamping Brigita dan Daniel. Anak-anak Jenny sengaja diajak untuk menemani Chandra.
“Maafkan Mama ya, Sayang.” Ucap Lidia mengecup kening Chandra.
Bocah kecil itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis, lalu melanjutkan makannya. Kemudian Lidia mengambil nasi untuk mengisi perutnya yang sejak tadi siang kosong. Dia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil melihat semua orang yang yang di meja makan juga sedang menikmati makannya tanpa bersuara. Entah kenapa Lidia mencari keberadaan Sean yang tidak ada di ruangan itu. Seketika Lidia menggelengkan kepalanya dan merutuki kebodohannya.
Selesai makan, anak-anak kecil diajak Jenny untuk segera memasuki kamar. karena sudah malam dan waktunya mereka istirahat. Sedangkan para orang dewasa yang tak lain dari keluarga Vito memilih untuk pergi ke ruang keluarga. Bahkan mereka akan menginap di rumah Lidia selama beberapa hari.
Lidia sangat bersyukur memiliki keluarga yang sangat perhatian. Mengingat dirinya sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya juga sudah meninggal dua tahun yang lalu. Sedangkan adiknya bekerja di luar negeri.
Selesai makan, Lidia juga berniat ikut bergabung bersama keluarga lainnya. Saat dia akan menuju ruang keluarga, dia melihat Sean yang baru saja datang. Entah dari mana pria itu, Lidia juga tidak mau tahu.
Saat Lidia sedang berjalan, tiba-tiba saja dia meringis sambil memegangi perutnya. Dia merasa perutnya kencang seperti akan melahirkan.
Sshhh…
Suara Lidia menahan sakit tidak didengar oleh orang-orang. Namun Sean yang berjalan mendekat bisa mendengar kalau Lidia sedang kesakitan.
“Nyonya, anda kenapa?” tanyanya panik.
Sean membantu Lidia berjalan yang masih menahan sakit. Kaya dan Jenny terkejut saat melihat Lidia memegangi perutnya.
“Kenapa? Apa kamu merasa akan melahirkan?” tanya Kay khawatir.
Lidia hanya menggelengkan kepalanya saat sudah duduk di sofa. “HPLnya masih dua minggu lagi. Entah kenapa terasa kencang sekali. Dan sekarang sudah hilang rasa sakitnya.” Jawab Lidia.
“Ya sudah kamu duduk selonjoran dulu, mungkin ini kontraksi palsu tanda akan melahirkan. Kalau masih terasa sakit dalam intensitas waktu yang cukup lama lebih baik kita ke rumah sakit sekarang.” ucap Kay.
“Ini Nyonya, minumlah air putih, siapa tahu bisa mengurangi rasa sakit di perut anda.” Ucap Sean sambil memberikan segelas air putih pada Lidia.
“Terima kasih.” Jawab Lidia dan menerima air pemberian Sean.
Kay dan Jenny saling melirik. Sebelumnya Jenny sudah mengatakan pada mamanya tentang pesan terakhir Billal sebelum meninggal. Yaitu meminta Sean agar menikahi Lidia. Dalam hati Kay juga setuju, karena dia bisa melihat bahwa Sean badalah pria baik yang sangat menyayangi Chandra.
.
.
.
*TBC
Jangan lupa tinggalkan like, komen, vote ya guys🤗🤗
Happy Reading‼️
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir batin semuanya🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Ekawati Hani
Dasar sableng
2022-07-11
2
Rosna Sari
dasar gaek tua bangka gak sadar diri... mulutnya gak pernah sekolah ..😩😥
2022-07-06
2
Dama Yanti
lanjut baca
2022-05-14
2