Lidia sudah sampai rumah setelah tadi menjenguk Sean yang sedang dirawat di rumah sakit. Dia lantas menuju kamarnya, karena sangat yakin kalau Jenny membawa bayinya kesana. Di ruang tengah terlihat Chandra sedang bermain ditemni dengan Iqbal. Lidia menyapanya sebentar sebelum akhirnya masuk ke kamarnya.
“Apakah dia nangis?” tanya Lidia pada Jenny yang sedang menggendong bayi mungil itu.
“Tidak. Sejak tadi tidurnya pulas sekali.” Jawab Jenny.
Kemudian Lidia mengambil alih bayinya dari gendongan Jenny. Setelah itu Jenny keluar dari kamar.
“Sayang, anak Mama yang cantik. Meskipun Papa nggak ada disamping kita, Mama akan tetap menjagamu, dan menjadikanmu anak yang tangguh.” Ucap Lidia pada bayinya yang masih setia menutup mata.
Pandangan Lidia menerawang jauh. Ini adalah hari terburuk sekaligus terindah dalam hidupnya. Terburuk karena kehilangan sosok suami di saat sedang melahirkan anak keduanya. Namun Lidian juga tetap bersyukur akan kelahiran anaknya yang kedua ini. dia bertekat akan menjadi ibu yang kuat buat anak-anaknya. meski nanti dia akan menikah lagi.
“Mama mencintaimu, Sayang.” Bisik Lidia tepat di telinga bayinya.
Hari ini Lidia juga memulai hidupnya menjadi seorang single parents dengan dua orang anak. Beruntungnya Lidia mempunyai anak yang penurut seperti Chandra. Bocah itu tidak terlalu banyak menuntut ini itu, terlebih saat adiknya sudah lahir. Justru anak itu malah senang dan ikut membantu saat Lidia sedang mengganti diapers bayinya.
“Mama, nanti malam Chan ikut menemani tidur adik Viana ya?” pinta Chandra.
“Sayang, kalau siang dan sore seperti ini Chan boleh menemani adik Viana. Tapi kalau malam, Chan tidur di kamar Chan sendiri ya? Nanti kalau adiknya nangis tengah malam dan Chan kebangun, besoknya nggak bisa ke sekolah.” Lidia mencoba memberi pengertian pada anak sulungnya. Dan Chandra pun mengangguk paham.
Malam harinya Chandra masih ada di dalam kamar mamanya. Dia belum mengantuk jadi memilih masuk ke kamar mamanya.
“Mama, Chan kangen sama Ayah Sean. Apa ayah Sean masih sakit?” tanya Chandra.
“Iya. Ayah Sean belum sembuh, Sayang. Didoakan saja ya biar cepat sembuh dan lekas pulang.” jawab Lidia.
“Chan boleh nggak Ma telpon Ayah Sean?” pinta Chandra kemudian.
Lidia pun mengambil ponselnya lalu mencari kontak nama
Sean dan menghubunginya via video call. Sebelum panggilannya diangkat, Lidia memberikan ponselnya pada Chandra, karena bayinya juga sedang menagis karena haus.
Sementara itu Sean yang sedang sendirian di ruangan VVIP itu tampak melamun. Siapa lagi yang sedang dia pikirkan kalau bukan Lidia. Entah kenapa sejak kedatangan wanita itu pagi tadi, Sean sangat senang sekali. Ingin rasanya dia pulang saat ini juga. namun lukanya masih belum kering sepenuhnya.
Di tengah-tengah lamunannya, Sean mendengar ponselnya berdering. Dia terkejut saat melihat id pemanggilnya adalaah nama Lidia. Terlebih melakukan panggilan video. Ada apa malam-malam begini wanita itu meneleponnya.
“Hai ayah!!!” terdengar teriakan suara Chandra saat Sean baru saja menggeser tombol hijau.
“Hai anak ganteng! Kenapa belum tidur?” tanya Sean dan dia bisa melihat kalau saat ini Chandra sedang berada di dalam kamar mamanya.
Kedua orang beda generasi itu berbincang-bincang cukup lama. Namun Chandra lah yang lebih banyak bicara. Bocah itu merindukan Sean dan menanyakan kepulangannya. Sedaangkan Sean hanya bisa menajwab kalau sudah sembuh akan segera pulang.
Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. Sean terpaksa harus mengakhiri obrolannya dengan Chandra. Karena bocah itu beesok harus berangkat ke sekolah. Chnadra pun mengangguk. Setelah berpamitan pada Sean, Chandra memberikan ponselnya pada mamanya dan dia masuk ke kamarnya sendiri.
Sean sejak tadi melihat kalau ponselnya masih tersambung. Dia memilih menunggu sebentar, mungkin saja Lidia ingin bicara dengannya. Sedangkan Lidia tidak tahu kalau sambungan video call nya dengan Sean belum terputus. Bahkan Sean bisa mendengar tangisan bayi Lidia yang sedang dalam gendongannya.
“Nyonya!” panggil Sean berharap Lidia mendengarnya.
Benar saja, Lidia samar-samar mendengar suara pria. Lalu dia melihat ponselnya ternyata terpampang wajah tampan Sean sedang memandanginya. Sontak saja Lidia terkejut.
Bahkan dia tidak sadar kalau baru saja dia selesai menyusui Viana, hingga kancing bajunya masih belum tertutup semua.
Sementara Sean yang melihatnya, dia memalingkan muka/ berharap Lidia sadar tapi ternyata tidak. “Maaf aku nggak tahu kalau sambungan teleponnya masih aktif.” Ucapnya.
“Nggak apa-apa, Nyonya. Apakah bayi anda rewel malam ini?” tanya Sean, setelah memastikan dia tidak melihat kancing baju Lidia yang terbuka.
“Iya. Tapi ini sudah biasa. Kamu kenapa belum tidur?” tanyanya balik.
“Ehm, saya tidak bisa tidur, Nyonya. Mungkin efek kebanyakan minum obat. Kalau Nyonya akan tidur, saya matikan saja ponselnya.” Ucap Sean merasa tak enak jika mengganggu Lidia.
“Belum juga. tapi kesehatan kamu yang lebih penting. Lebih baik kamu cepat istirahat agar cepat sembuh.” jawab Lidia.
“Tapi saya juga nggak bisa-“
Belum sempat Sean menyelesaikan ucapannya terdengar lagi suara tangisan bayi. Lidia meletakkan kembali ponselnya dan segera menggendong Viana untuk segera disusui. Sean dengan setia menemani Lidia begadang dengan bayinya.
Meskipun dia tidak bisa melihat secara langsung wajah Lidia setidaknya dia bisa mendengar apa saja yang dilakukan wanita itu. Bahkan terdengar suara merdunya yang sedang menenangkan Viana. Sean terenyuh menikmati momen itu. Ingin sekali rasanya berada disana dan ikut menemani Lidia begadang.
Pukul setengah sebelas malam, Viana baru bisa tidur dengan nyenyak setelah digantikan diapersnya. Setelah itu Lidia merasa perutnya sangat lapar, karena habis menyusui. Sebelum dia keluar kamar, Lidia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur.
“Astaga Sean!! Sejak tadi ponsel ini masih tersambung.” Ucap Lidia terkejut.
“Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin menemani anda begadang.” Ucap Sean dan membuat wajah Lidia bersemu merah. Bahkan dia langsung memalingkan muka.
“Ehm, aku akhiri dulu. Kamu istirahatlah. Ini sudah malam.” ucap Lidia dan segera memutus sambungan video callnya.
Sean tersenyum senang saat melihat perkembangan hubungannya dengan Lidia semakin ada kemajuan. Dia berharap nanti jika sudah menikah, Lidia akan mencintainya dengan tulus, meski ia tahu itu sangat sulit bagi wanita itu. Karena cinta Lidia pada mendiang Billal sangat dalam.
***
Waktupun berlalu. Hari ini keadaan Sean sudah membaik. Dan hari ini juga dia sudah diperbolehkan pulang. kepulangan Sean dari rumah sakit bertepatan dengan kedatangan Kay dan Vito. jadi hari ini rumah Lidia sangat ramai.
Sean masih tinggal di pavilion belakang rumah Lidia. Karena statusnya belum menjadi suami Lidia. Namun terkadang dia juga akan datang ke rumah besar itu dengan alasan ingin bertemu dengan Chandra atau sengaja mengajak Chandra jalan. Sean tidak bisa sedetikpun tidak melihat wajah wanita pujaannya.
Selama Kay dan Vito datang di kota B. mereka berdua memutuskan untuk menginap di rumah Lidia. Kay tidak tega jika meninggalkan Lidia sendirian mengurus bayinya. Meskipun ada pembantu.
“Lidia, sekarang anak kedua kamu sudah lahir. Lalu apakah kamu akan melaksanakan wasiat suamimu?” tanya Kay saat sedang bersantai di ruang keluarga.
“Iya, Kak. Aku akan melaksanakan wasiat Mas Billal untuk menikah dengan Sean. Tapi jujur saja hati ini masih sepenuhnya milik Mas Billal. Sampai saat ini aku tidak bisa melupakannya.” Jawab Lidia sambil mengusap air matanya.
Tanpa mereka berdua sadari, Sean mendengar semua ucapan yang keluar dari bibir Lidia. Bagaimana perasaan Sean saat mendengar pengakuan Lidia? Sakit? Jelas sakit sekali. Tapi bukankah Sean sudah tahu resiko ke depannya.
.
.
.
*TBC
Yuk guys jangan lupa tinggalkan like, komen, gift, dan vote sebanyak-banyaknya😁😁😁🤗🤗🤗🤗😘😘😘
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Tuty Handayani
mengapa cerita yang bagus ini tidak disertai deskripsi wilayah yang jelas. kota A, kota B, kota C... kita tidak tau kota mana itu. sehingga susah membayangkan seperti apa lokasinya. bukanlah cerita yang baik, apabila pembaca bisa berimajinasi ?. saat ini sudah ada google map, google satelite...jadi bisa cerita seperti keadaan sebenarnya. Hampir semua novel yang sukses, adalah yang bisa membuat pembaca serasa di lokasi tersebut. saran saja...
2023-06-17
0
Panta Jhoni Panta Wsl
next
2022-07-02
1
Dama Yanti
sakitnya tuh di sini
2022-05-14
2