Dengan wajah kesal, Lidia akhirnya menyuapi Sean. Lidia pun merasa dibohongi oleh Sean, karena nyatanya tangan pria itu tidak sakit. Hanya wajahnya saja yang lebam. Dan harusnya kedatangannya ke kantor untuk meluruskan kejadian semalam, tapi justru malah dirinya dibuat kesal.
“Terima kasih.” Ucap Sean setelah menghabiskan bekal makanan yang dibawa Lidia.
“Kalau keadaan kamu seperti itu jangan dipaksakan untuk bekerja. Pulanglah, istirahat di rumah.” ucap Lidia dengan datar.
“Terima kasih atas perhatiannya.” Jawab Sean sambil mengulum senyum.
“Lalu ada apa kamu datang kesini? Apa hanya mengantar makan siangku saja?” lanjutnya.
“Nggak. Ya sudah aku akan pulang.” Lidia segera beranjak dari duduknya, namun Sean mencekal tangannya.
“Bukankah aku sudah mengatakan, jangan sungkan-sungkan untuk mengatkan sesuatu atau jika kamu membutuhkan sesuatu. Karena sejak kata sah, kamu dan anak-anak sudah menjadi tanggung jawabku.” Ucap Sean.
Lidia mengurungkan niatnya untuk pulang. dia kembali duduk. Mungkin sebaiknya dia menanyakannya pada Sean terlebih dulu tentang kejadian semalam.
“Maaf, apa kamu semalam tidur bersamaku?” tanya Lidia.
Sean tak langsung menjawab pertanyaan Lidia. Dia berdiri lalu berjalan menuju jendela besar yang ada di sisi kiri meja kerjanya. Dia menarik nafas dalam agar dadanya tak kembli sesak jika mengingat kejadian semalam.
“Maaf, apa salah seorang suami tidur bersama istrinya?” jawaban Sean berubah menjadi pertanyaan.
Deg
Lidia semakin bersalah pada Sean. Jadi semalam yang memeluknya adalah Sean. Dan bukan mimpi. Perlahan Lidia mendekati pria itu.
“Maaf. Aku nggak tahu kalau semalam kamu yang memelukku.” Ucap Lidia dengan menundukkan kepala.
“Sudahlah, jangan dibahas lagi. Kamu tidak salah. Siapapun itu pasti akan sangat sulit melupakan orang yang kita cintai. Justru aku yang salah dalam hal ini. lebih baik kita tidurnya terpisah saja. Atau aku tidur di sofa agar bisa membantumu kalau Viana terbangun.” Ucap Sean.
Entah kenapa hati Lidia semakin sakit mendengar jawaban Sean. Apakah hatinya sudah mulai berpaling dari mantan suaminya. apakah secepat itu dia mencintai seorang pria sementara mantan suaminya baru saja meninggal dua bulan yang lalu.
“Sean. Memang tidak mudah bagiku melupakan Mas Billal begitu saja. Namun aku juga tidak bisa lagi berharap pada orang yang telah meninggal. Jujur saja aku belum bisa membuka hati untuk pria lain. Tapi bersediakah kamu memberiku kesempatan untuk membuka hatiku untukmu?” ucap Lidia diiringi dengan isakan lirih yang mampu didengar oleh Sean.
Sean yang awalnya sudah putus asa mendengar pernyataan Lidia yang belum bisa melupakan mantan suaminya, kini mendadak bahagia kala mendengar kalimat terakhir Lidia yang meminta kesempatan untuk membuka hati untuk dirinya.
“Jangan menangis, Lidia. Aku tahu bagaimana perasaan kamu. Aku akan memberimu kesempatan. Dan ijinkan juga aku untuk menjadi suami kamu yang sesungguhnya.” jawab Sean sembari menangkup wajah Lidia.
Lidia mengangguk lalu tersenyum menatap wajah suaminya. hatinya kini sudah lega dan tidak ada lagi yang mengganjal.
“Bolehkah aku memelukmu?” tanya Sean dan Lidia mengangguk.
Belum sempat Sean mengeratkan pelukannya, pria itu dibuat terkejut saat merasakan sesuatu yang basah pada kemeja bagian depan.
“Lidia, baju kamu basah.” Ucap Sean sambil memperhatikan dada Lidia yang basah. Dan dia tahu kalau ASInya penuh.
Seketika Lidia memundurkan tubuhnya dan menunduk malu. Setelah itu dia masuk ke kamar yang ada dalam ruang kerja Sean. Lidia baru teringat kalau dia dulu pernah meninggalkan beberapa baju yang ada dalam lemari kecil itu.
Sean mengetuk pintu dari luar. Dia khawatir akan ada kejadian seperti dulu saat tiba-tiba badan Lidia terasa nyeri semua dan hampir jatuh pingsan.
“Lidia, apa kamu baik-baik saja?” teriak Sean.
Cklek
Lidia keluar dari kamar sudah berganti pakaian. Namun dia juga tidak bisa berlama-lama karena nanti akan basah lagi.
“Aku akan pulang. biar tidak basah lagi.” Pamit Lidia kemudian.
“Tunggu! Kita pulang sama-sama.” Sean segera meraih kunci mobilnya. Dan hari ini dia memutuskan untuk istirahat saja di rumah.
Lidia hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Sean. Sebelumnya Sean juga sudah berpesan pada Silvia kalau dirinya akan pulang untuk beristirahat.
Kini mereka berdua sudah berada dalam mobil. Lidia merasa tidak nyaman karena ASInya semakin banyak yang keluar. Sean yang melihatnya pun ikut cemas.
“Apa sangat sakit?” tanya Sean.
“Iya. Ini mulai nyeri. Aku lupa tidak bawa pompa.” Jawab Lidia sambil menahan rasa nyeri pada kedua asetnya.
“Ada yang bisa aku bantu untuk mengurangi rasa sakitnya?” tanya Sean dan membuat mata Lidia melotot tajam.🤣
Sean menggaruk tengkuknya saat menyadari kesalahan pertanyaan yang ia berikan pada Lidia. Sedangkan Lidia membuang muka karena malu.
“Maaf, maksudku mungkin kita mampir beli pompa ASI. Jadi kamu bisa memompanya langsung.” ucap Sean.
“Nggak. Kita pulang saja.” Tolak Lidia.
Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah sampai rumah. Lidia berjalan terlebih dulu untuk segera menyusui Viana.
Sedangkan Sean juga menuju kamar untuk berganti pakaiannya dengan pakaian santai. Sean sangat terkejut saat melihat asset Lidia yang sangaat besar sedang dihisap oleh Viana. Bahkan bai itu tampak kualahan meminum asinya.
“Sean!!! Kenapa kamu nggak ketuk pintu?” teriak Lidia terkejut. Lalu dia segera duduk membelakangi suaminya.
“Memang harus ketuk pintu dulu ya kalau mau masuk ke kamarnya sendiri?” tanya Sean tanpa dosa.
“Tidak. Tapi aku mohon, jangan ulangi hal itu lagi. Aku masih sangat malu, dan aku minta maaf kalau aku belum bisa memberikan hakku. Bukankah aku tadi sudah bilang, beri aku kesempatan.” Ucap Lidia dengan masih menyusui Viana.
“Ok ok baiklah. Aku mengerti. Kalau begitu aku akan keluar.” Jawab Sean.
“Keluar ngapain lagi?” tanya Lidia bingung.
“Katanya kamu suruh ketuk pintu tadi?” ucap Sean tanpa dosa.
“Astaga!!! Terserah kamu lah.” Ucap Lidia dengan kesal.
Sean tersenyum puas karena berhasil mengerjai istrinya. Dia memang sengaja memancing kekesalan wanita itu agar hubungannya tidak terkesan kaku. Setelah itu dia melangkahkan kakinya pelan dan mendekati Lidia yang masih sibuk menyusui Viana.
“Maaf membuatmu kesal.” Bisik Sean pelan.
“Astaga Sean!!! Kamu bikin aku jantungan tahu nggak sih.” Teriak Lidia hingga Viana melepas begitu saja put**ng asinya.
“Iya..iya maaf. Ya sudah aku ganti baju dulu.” Ucap Sean dan bergegas mengambil pakaiannya.
Setelah berganti baju Sean mendekati Viana dalam box yang sedang tampak pulas tidurnya. Sedangkan Lidia duduk di bibir ranjang sambil menyelonjorkan kakinya. Lalu Sean menghampirinya. Tangan Sean terulur menyentuh kaki Lidia lalu memijitnya dengan lembut.
“Sean, jangan seperti ini! lebih baik kamu yang istirahat.” Tolak Lidia.
Sean pun tidak memaksa. Sepertinya Lidia juga masih kurang nyaman jika kakinya dipijit. Setelah itu dia duduk tepat disamping Lidia.
“Apakah aku boleh menciummu sebelum tidur siang? Aku janji hanya ciuman saja, tidak lebih.” Pinta Sean.
Lidia menatap mata Sean dalam lalu menganggukkann kepalany. Tak lama kemudian Sean mendekatkan bibirnya dan mulai memagut bibir manis istrinya yang sudah terasa bagai candu. Lidia pun ikut menyeimbangi pagutan yang diberikan oleh Sean. Bahkan Lidia sangat menikmatinya karena Sean melakukannya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Di saat Sean merasa ada sesuatu yang mulai bangun, dia segera menghentikan aksinya.
“Terima kasih. Sekarang aku bisa tidur dengan nyenyak.” Ucap Sean.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
saatnya dirimu nidurin yg udh bangun😂😂
2022-07-07
2
Devi Handayani
padahal boong🤪🤪🤪
mana bisa tidorrr kayak gituu😆😆
2022-07-06
3
Neneng cinta
sian tuh yg bangun...bs ga tidur lg😅😅😅
2022-06-14
1