Sesampainya di rumah, Lidia masuk terlebih dulu. Sedangkan Sean berjalan mengikuti Lidia sambil membawa barag belanjaannya.
“Untung saja Nyonya sudah pulang. Non Viana baru saja terbangun dan tidak mau saya beri susu.” Ucap Bi Rani.
“Mungkin dia ingin minum langsung dari sumbernya, Bi. Terima kasih.” Ucap Lidia, setelah itu dia mencuci tangannya dan segera menggendong Viana.
Sean berjalan memasuki kamar mengikuti Lidia. Dia meletakkan barang belanjaannya di atas meja. Setelah itu dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Selesai dari kamar mandi Sean melihat Lidia sedang menyusui anaknya dengan posisi membelakanginya. Dia masih senantiasa menunggu Lidia sampai Viana benar-benar tidur.
“Bolehkah aku menidurkannya?” tanya Sean saat bayi itu kunjung tidur.
Lidia pun akhirnya memberikan Viana pada Sean. Entah apa yang ada dalam tubuh Sean hingga membuat bayi mungil itu terasa nyaman bahkan dalam waktu beberapa menit dia terlihat menguap dan tak lama kemudian tertidur. Lidia meminta Sean meletakkannya dalam box tapi Sean masih ingin menggendong.
“Kamu istirahatlah dulu, biarkan dia dalam gendonganku.” Ucap Sean.
“Tapi kamu juga butuh istirahat. Lagipula kalau sudah tidur lebih baik ditaruh di box saja biar nggak kebiasaan tidur dalam gendongan.” Tuturnya panjang lebar.
Sean pun akhirnya menuruti saran Lidia. Setelah Viana sudah nyaman dalam box, Sean dan Lidia kembali dihinggapi kecanggungan. Dan ini adalah malam pertama mereka tidur dalam satu ranjang yang sama.
“Bolehkah aku meminta waktu sebentar untuk berbicara?” tanya Sean dan diangguki oleh Lidia.
Lidia duduk di sofa panjang yang ada dalam kamar itu. Sean juga ikut duduk disana namun berjarak.
“Lidia, sekarang aku sudah menjadi suami kamu. Mulai sekarang kalau ada apa-apa kamu jangan ragu untuk mengatakannya padaku. aku sudah diberi amanah oleh Tuan Billal untuk menjaga kamu dan anak-anak. Jadi aku nggak mau terjadi sesuatu dengan kalian.” Ucap Sean.
“Iya. Maaf, mungkin aku belum terbiasa.” Jawab Lidia menundukkan kepalanya.
“Nggak apa-apa. Aku paham. Lalu apa yang dilakukan Tuan David tadi?” tanya Sean.
Lidia mendongak menatap wajah Sean sebelum menceritakan apa yang dilakukan pria seusia mantan suaminya tadi. Lalu Lidia menceritakan semua ucapan tak senonoh Tuan David yang telah melukai hatinya. Jujur saja sampai saat ini kalimat itu masih terngiang jelas dalam pikirannya.
“Maafkan aku. mulai sekarang kamu nggak usah takut lagi. Aku akan selalu melindungimu dan anak-anak.” Ucap Sean penuh penyesalan.
“Sekarang tidurlah! Sudah malam tidak baik tidur terlalu malam.” lanjutnya.
Lidia mengangguk setelah itu menaiki ranjangnya. Dia tidak peduli Sean juga mau tidur atau tidak. Namun sepertinya pria itu lebih memilih keluar kamar daripada langsung ikut bergabung dengan istrinya.
Sean kini duduk di teras rumah sambil menyesap rokoknya. Hal itu ia lakukan untuk meluapkan emosinya pada Tuan David yang telah lancang mendekati istrinya. Sean berjanji akan membalas semua perbuatan pria itu. Dia tahu kalau Tuan David adalah tipe pria yang sangat licik. Jadi dia juga harus membalasnya dengan cari licik juga.
Cukup lama Sean duduk seorang diri, hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, karena matanya juga sudah mulai mengantuk. Sebelum tidur dia melihat box bayi dimana Viana tidur. Bayi itu tampak pulas dalam tidurnya. Namun tidak dengan Lidia. Wanita itu meski matanya sudah tertutup arapat, namun tidurnya seperti tidak tenang.
Sean perlahan naik ke ranjang dan bergabung dengan Lidia. Dia memberanikan diri memeluk wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Sean memang sengaja tidak menuntut haknya sebelum Lidia sendiri yang benar-benar menginginkannya.
Saat Sean mulai merengkuh tubuh Lidia, wanita itu langsung menyambutnya. Bahkan dia membalas pelukan Sean dengan erat. Mungkin Lidia memang sedang membutuhkan kehangatan.
“Mas, aku merindukanmu.” Gumamnya sambil tersenyum.
Hati Sean mencelos mendengar kalimat yang keluar dari bibir Lidia. Siapa lagi yang disebut wanita itu kalau bukan mantan suaminya. karena Lidia tidak memanggil Sean dengan panggilan Mas. Dan panggilan itu hanya dia lakukan untuk Billal.
Perlahan pelukan Sean mengendur, seiring dengan kehancuran hatinya. Semakin Lidia mengeratkan pelukannya, semakin hancur perasaan Sean. Ternyata mencintai seseorang itu menyakitkan. Terlebih cinta itu tak bersambut.
“Mas Billal aku sangat merindukanmu.” Gumamnya lagi.
Mata Sean yang tadimya sudah mengantuk kini menguap begitu saja. Dia berusaha menahan gejolak rasa sakit di hatinya, sampai Lidia benar-benar tidur pulas. Setelah memastikan istrinya tidur, Sean segera keluar kamar. dia memilih tidur di paviliunnya saja.
Pagi harinya Lidia sudah bangun. Semalam tidurnya sangat nyenyak, bahkan Viana tidak terbangun lagi setelah berada dalam gendongan Sean. Lidia melihat sekeliling, disana tidak ada Sean. Namun tatanan selimut disampingnya tampak berantakan, itu tandanya semalam pria itu juga tidur dalam ranjang yang sama. Selain itu Lidia juga mencium harum parfum Sean yang menempel pada bantal.
“Terima kasih, Mas semalam sudah hadir dalam mimpiku dan memberiku kehangatan.” Gumam Lidia sambil tersenyum.
Setelah itu Lidia membersihkan tubuhnya terlebih dulu sebelum menyiapkan makanan untuk sarapan pagi ini. sedangkan Viana juga masih nyenyak dalam tidurnya.
Beberapa menit menyiapkan makanan di dapur, Lidia tampak terkejut saat melihat Chandra dan Sean sudah duduk di ruang makan. Bahkan Lidia tadi tidak melihat Sean masuk ke kamar, sekarang pria itu sudah tampak rapi.
“Selamat pagi anak Mama!” sapa Lidia pada Chandra.
“Pagi Mama. Ma, hari ini Chan sekolahnya diantar ayah ya?” pinta Chandra.
Lidia melirik Sean yang tampak acuh padanya. Namun pria itu sangat hangat pada Chandra. “Iya, nanti ayah antar.” Jawab Sean sambil mengusap pucuk kepala Chandra.
Selesai sarapan, Lidia memberikan kotak bekal buat Chandra. Kemudian bocah itu mencium tangan Mamanya dengan takzim sebelum berangkat ke sekolah. Sedangkan Sean keluar terlebih dulu untuk menghindari Lidia. Entahlah hatinya masih sakit mengingat kejadian semalam. Lidia yang ingin mengantar suaminya berangkat ke kantor pun mengurungkan niatnya saat melihat perubahan sikap pria itu.
“Nyonya, tumben sekali Non Viana belum bangun?” tanya Bi Rani.
“Iya Bi. Semalam pun dia nggak ngajak begadang. Aneh banget habis digendong sama Sean langsung tidur pulas sampai pagi.” jawab Lidia.
“Mamanya pastinya juga pulas kan?” goda Bi Rani.
“Bibi ada-ada saja.” Lidia tersenyum menanggapi.
“Tapi sayangnya Tuan yang nggak bisa tidur semalam.” Ucap Bi Rani tiba-tiba.
“Maksudnya, Bi?” tanya Lidia heran.
“Semalam pas Bibi bangun, nggak senagaja lihat Tuan keluar dari kamar terus pergi ke pavilion. Dan paginya Bibi lihat Tuan sudag rapi saat keluar dari pavilion.” Jawab Bi Rani.
Lidia terdiam. “Berarti semalam Sean hanya tidur sebentar di kamarku. Lalu kenapa pria itu sikapnya tiba-tiba berubah. Apakah aku telah melakukan kesalahan padanya.” Gumam Lidia dalam hati. Lalu dia mengingat mimpinya semalam yang sedang berada dalam pelukan Billal.
“Apakah yang semalam bukan mimpi, dan pelukan hangat itu adalah pelukan Sean?” Gumamnya lagi.
.
.
.
*TBC
Masih slow ya guys alurnya... nikmatin aja🤗🤗
Jangan lupa tinggalkan jejaknya kasih like, komen, vote, dan poin sebanyak²nya, nanti suatu saat akan othor bagiin pulsa gratis.
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Sely Ina
pada ahirnya nanti bucin ...
2022-07-26
1
Devi Handayani
pepet terus Sean😄... jangan baper kan yg penting dah dah kan😁😁
2022-07-06
3
Neneng cinta
smua perlu proses sean...hrs sabar...namanya jg mencintai wqnita yg masihencintai suaminya.....jgn nyerah yaaa♥️😍💪
2022-06-14
3