“Mama! Kenapa Mama marah sama ayah?” tanya Chandra yang tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
“Maaf Nyonya, saya bisa jelaskan semuanya.” Ucap Sean.
“Lancang kamu! Bisa-bisanya kamu memanfaatkan keadaan. Keluar dari ruangan ini sekarang juga!” usir Lidia.
Sean pun akhirnya keluar dari ruangan VVIP itu tanpa mengucapkan sesuatu. Sementara Lidia masih diam. Hatinya masih sakit. Dia tidak terima posisi Billal sudah digantikan orang lain. Sampai kapanpun ayah Chandra hanya Billal.
“Mama kenapa marah sama ayah?” tanya Chandra.
“Chan, dia bukan ayah kamu. Jangan panggil Uncle Sean ayah.” Jawab Lidia dengan nada tinggi. Chandra sampai terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melihat mamanya marah.
Lidia sadar teleh bicara kasar pada anaknya. dia segera menarik tubuh Chandra ke dalam pelukannya.
“Maafkan Mama, Sayang. Mama nggak suka kamu panggil Uncle Sean seperti itu” Ucap Lidia.
“Tapi ay-. Uncle tidak salah Ma. Itu permin-“
Belum sempat Chandra melanjutkan ucapannya, ada seseorang yang membuka pintu. Ternyata yang masuk adalah Jenny dan kedua anaknya. seketika Chandra berteriak senang karena ada saudaranya. Chandra segera bermain bersama Gita dan Daniel. Sedangkan Jenny menghampiri Lidia yang masih berbaring di atas brankar.
“Bagaimana keadaan kamu? Maaf aku tidak bisa menemani saat persalinan tadi” tanya Jenny.
“Sudah lebih baik. Nggak apa-apa. Aku tahu kamu pasti sangat sibuk. Terima kasih sudah datang.” Jawab Lidia.
Lidia merasa perutnya lapar, kemudian Jenny membantu menyuapinya. Jenny mengatakan pada Lidia kalau dia sudah menghubungi Mamanya. Dan kemungkinan lusa Kay baru bisa datang. Lidia tidak mempermasalahkannya. Dia cukup senang karena masih mempunyai saudara yang baik.
“Om Sean dimana? Kok aku nggak lihat sama sekali sejak tadi.” tanya Jenny.
“Nggak tahu, sibuk di kantor mungkin.” Jawab Lidia acuh.
“Hebat Om Sean sudah belajar menjadi suami siaga.” Ucap Jenny dan membuat Lidia heran.
“Iya, dia belum menjadi suami kamu tapi sudah menemani kamu melahirkan. Apa itu bukan calon suami siaga namanya.” Goda Jenny.
Lidia hanya berdecak kesal mendengar ucapan Jenny. Memang Sean lah yang menemaninya saat proses persalinan. Hanya saja dia masih sangat kesal dengan pria itu yang telah lancang memanfaatkan keadaan.
***
Sementara itu Sean kini sedang duduk di kursi tunggu yang jauh dari ruang rawat Lidia. Dia menyesal telah menyetujui Chandra agar memanggilnya ayah. ujung- ujungnya membuat Lidia salah paham. Bahkan wanita itu menganggap dirinya telah memanfaatkan keadaan.
Akhirnya Sean memutuskan untuk pulang saja. Lagipula sudah ada Jenny yang menemani Lidia. Jadi wanita itu tidak akan kesepian.
Saat Sean sedang berjalan melewati lorong rumah sakit yang sepi, tiba-tiba saja ada seseorang yang menendangnya dari belakang. Seketika Sean langsung tersungkur.
Brukk
“Siapa kamu?” tanya Sean.
Orang yang menendangnya kembali menyerang. Namun kali ini Sean bisa melawan. Dan perkalahian dua orang itu tidak dapat dihindarkan lagi. Orang itu mendorong Sean agar menjauh dari lorong. Kini mereka berdua sudah berada di tempat yang sepi dan jauh dari jangkauan orang-orang.
“Katakan!! Siapa yang menyuruh kamu?” tanya Sean saat dia berhasil menindih tubuh pria itu sambil mencengkeram kerah bajunya.
“Nggak penting siapa yang nyuruh aku. yang penting adalah jangan pernah berniat untuk menikahi Lidia.” Jawab pria itu.
Sean terkejut mendengar jawaban pria itu. Darimana dia tahu kalau dirinya akan menikahi Lidia. Belum sempat Sean bertanya lagi, tiba-tiba ada satu orang lagi memukulnya dari belakang.
Bugh
Sean jatuh tersungkur. Dia merasakan tengkuknya sakit. Namun masih bisa berdiri untuk melawan. Dengan sisa tenaga, dia menghajar dua pria itu. Ternyata dua orang pria itu cukup tangguh. Sean yang masih berusaha menyerang salah satunya, tiba-tiba saja salah satu pria itu menusukkan pisau tepat mengenai perutnya.
Argghhhh…
Teriak Sean menggema di lorong sepi itu. Dan kedua pria yang menyerang Sean segera kabur dengan mengambil pisau yang masih tertancap di perut Sean. Beberapa saat kemudian Sean jatuh pingsan.
***
Malam hari.
Jenny sejak tadi masih menemani Lidia. Tidak masalah jika dia tidur di rumah sakit. Namun masalahnya kedua anaknya tidak mungkin ikut tidur disana juga. suaminya juga sedang berada di luar kota.
“Jen, kamu pulanglah. Ini sudah malam.” ucap Lidia.
“Tapi kamu nanti sendirian disini?” tanya Jenny khawatir.
“Aku nggak apa-apa. Sudah pulanglah, sekalian ajak Chandra. Biarkan dia menginap di rumah kamu dulu selama aku belum diijinkan pulang.” jawab Lidia.
Selepas kepergian Jenny, Lidia kini sendirian. Sebenarnya tidak masalah dia sendirian di rumah sakit. Tapi entah kenapa sejak kejadian sore tadi saat mengusir Sean, perasaannya ada yang mengganjal. Harusnya dia tidak semarah itu pada Sean karena mengijinkan Chandra memanggilnya ayah. Toh nanti kalau sudah menikah, Sean juga akan menjadi ayah sambungnya. Mungkin tadi dia sedang terbawa suasana saja, terlebih rasa lelah setelah melahirkan, hingga menyebabkan emosinya tak terkendali.
Esok harinya, Jenny datang lagi. Namun kali ini dia datang bersama suaminya dan Chandra. Kedua anaknya tidak ikut karena harus sekolah. Dan hari ini juga Lidia sudah diperbolehkan pulang, karena persalinan secara normal tidak perlu perawatan yang lebih lama di rumah sakit.
Dan di dalam ruangan itu bayi Lidia juga baru saja dibawa masuk oleh perawat. Chandra sangat senang melihat bayi mungil itu. Sejak kemarin dia ingin melihat adiknya, namun baru sekarang bisa melihatnya.
“Chan senang punya adik?” tanya Lidia saat bocah kecil itu menghampiri Mamanya.
“Senang sekali, Ma. Oh iya, Ma. Apakah ay- Uncle Sean yang akan jemput?” tanya Chandra.
“Nggak, Sayang. Nanti kita dijemput sama Pak Doni.” Jawab Lidia.
“Tapi tadi Chan lihat mobilnya Uncle di parkiran. Apa Mama masih marah sama Uncle?” ucap Chandra.
“Itu mungkin bukan mobil Uncle, Sayang. Tadi Mama sudah menghubungi Pak Doni untuk menjemput kita.” Jawab Lidia.
“Ma, sebenarnya Chan yang minta manggil Uncle, Ayah. Uncle sudah menolak tapi karena Chan tidak ingin diejek teman Chan kalau Chan nggak punya Papa lagi, jadi Chan maksa Uncle agar mau dipanggil ayah.” Ucap Chandra.
Lidia terkejut mendengar penuturan anaknya. sungguh dia tidak menyangka dengan alasan Chandra. Seketika Lidia merasa sangat bersalah pada Sean karena sempat memarahinya, terlebih mengusirnya.
“Maafkan Mama ya, Sayang. Chan sekarang boleh panggil Uncle Sean ayah.” Ucap Lidia kemudian.
Tak lama kemudian Jenny mendekat dengan menggendong bayi mungil itu. Sedangkan Iqbal baru saja membantu menyelesaikan administrasi.
“Sudah siap? Pak Doni menunggu di depan.” Ucap Iqbal.
Setelah itu seorang perawat masuk dengan membawa kursi roda yang akan dipakai Lidia.
Dalam perjalanan menuju mobil yang sedang menunggu Lidia, tanpa sengaja dia berpapasan dengan seseorang yang pernah Lidia kenal. Pria itu adalah asisten pribadi Tuan Nugraha, yang tak lain rekan bisini suaminya dulu. Iqbal juga kenal dengan pria itu.
“Tuan Leon! Apa yang sedang anda lakukan disini?” sapa Iqbal.
“Tuan Iqbal? oh ini saya mau menjenguk teman saya yang sedang sakit.” Jawab Leon.
“Oh ya sudah, semoga teman anda segera sembuh.” ucap Iqbal dan segera berlalu meninggalkan Leon.
Leon tidak tahu kalau Iqbal bersama Lidia. Karena Lidia sedang duduk di kursi roda. Setelah tahu Lidia, pria itu memberitahu tentang keadaan Sean.
“Nyonya Lidia, maaf saya hanya memberitahu kalau saat ini Sean sedang dirawat di rumah sakit ini.” ucap Leon.
“Apa???”
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Ari_nurin
kaasar bgt Lidia .. masih untung Sean mau tanggung jawab semua dr Bilal malah dikatai lancang hhuuufff 😤😤😤
2024-01-06
0
Iiq Rahmawaty
ya allah sean😩
2022-07-07
2
Silvia Karundeng Manampiring
pasti david... bunuh aja david itu thor kesel aku...
2022-05-05
3