Setelah Lidia tidak lagi merasakan sakit pada perutnya, Kay sangat lega. Karena itu hanya kontraksi palsu. Setelah itu Kay mengantar Lidia untuk istirahat di dalam kamarnya saja. Dan malam ini juga Kay menemani Lidia tidur.
“Kamu nggak keberatan kan kalau aku ikut tidur disini?” tanya kay memastikan.
Lidia menggeleng. Dia justru senang karena ada yang menemani. Mungkin jika ia tidur sendirian, dia akan teringat kembali dengan mendiang suaminya.
Lidia sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sedangkan Kay duduk di bibir ranjang di samping Lidia. Tangan Kay terulur memijit kaki Lidia. Wanita yang tengah hamil tua itu tersentak kaget saat Kay memijit kakinya.
“Nggak usah seperti ini, Kak Kay.” Tolak Lidia.
“Sudah, nggak apa-apa. Kamu pasti sangat lelah hari ini. ditambah usia kandungan kamu yang sudah tua pasti badan kamu cepat lelah. Memang kamu istri sepupuku, tapi kamu sudah aku anggap seperti anakku sendiri. Jadi nggak perlu sungkan.” Ucap Kay.
Lidia akhirnya hanya bisa pasrah. karena memang badannya akhir-akhir ini mudah sekali lelah. Dan jika sebelum tidur seperti ini suaminyalah yang memijit kakinya. Tiba-tiba Lidia meneteskan air matanya saat mengingat suaminya. Dua hari yang lalu dia masih merasakan tangan hangat Billal memijit kakinya. Dan sekarang pria itu sudah tak lagi bersamanya.
Kay yang melihat Lidia kembali menangis hanya membiarkannya saja. Dia paham apa yang sedang dirasakan oleh Lidia saat ini. siapapun di dunia ini pasti akan sangat bersedih jika ditinggalkan oleh seseorang yang sangat kita cintai.
“Menangislah sepuasmu agar hatimu lega. Aku tahu apa yang sedang kamu rasakan saat ini.” ucap Kay dengan tangan yang masih memijit kaki Lidia.
Lidia semakin tergugu. Isakannya pilu kala mengingat setiap potongan kenangan bersama suaminya. Kenapa cintanya harus dipisahkan oleh maut secepat ini. waktu enam tahun sangatlah sebentar baginya dalam menjalani rumah tangga bersama pria yang sangat ia cintai.
Perlahan tangis Lidia mereda. Namun masih meninggalkan isakan lirih. Kay memberikan air putih agar Lidia bisa kembali tenang.
“Billal adalah pria terbaik dalam hidup kamu dan anak kamu. Namun Tuhan berkehendak lain, yaitu dengan memanggil dia terlebih dulu. Kamu dan anak-anak kamu masih mempunyai masa depan yang panjang. Jangan menganggap hidup kamu juga akan berhenti saat suami kamu telah pergi. Kamu harus tetap menjalani kenyataan ini. memang akan sangat sulit, namun ingatlah dengan masa depan anak-anak kamu.” Ucap Kay.
Lidia mengangguk sambil sesekali menyeka air matanya. memang benar apa yang dikatakan oleh Kay.
“Semasa hidupnya, Billal sering bercerita pada suamiku kalau dia sangat beruntung memiliki istri sepertimu. Kamu adalah sosok wanita yang tidak pernah Billal jumpai sebelumnya. Kamu wanita penurut dan penyayang terhadap keluarga. Billal juga mengatakan kalau kamu tidak pernah marah sekalipun sedang berbeda pendapat dengannya. Dan kamu selalu mengalah dengan Billal.” Lanjut Kay.
“Dan mengenai pesan terakhir yang disampaikan oleh Billal sebelum meninggal, kamu bisa memikirkannya lagi. Memang semua keputusan ada di tangan kamu, karena kamulah yang menjalani. Tapi menjalankan amanat dari orang yang sudah meninggal adalah kewajiban. Kamu jangan terburu-buru. Masih banyak waktu untuk berpikir. Dan ingat dengan anak-anak kamu yang sangat membutuhkan figur seorang ayah.” Ucap Kay.
Lidia masih terdiam. Kali ini dia masih belum bisa membalas tantang nasehat yang Kay berikan. Mungkin nanti jika hatinya sudah ikhlas melepas kepergian suaminya, Lidia akan memikirkan tentang pesan terakhir suaminya.
“Tidurlah, ini sudah malam.” ucap Kay lalu menyelimuti tubuh Lidia.
***
Waktu pun berlalu. Sudah tiga hari ini Billal pergi meninggalkan istri dan anaknya. mungkin setiap detiknya Lidia masih mengingat kenangan manis bersama suaminya. Namun perlahan hatinya sudah ikhlas melepas kepergian sang suami.
Dan hari ini Kay dan Vito terpaksa harus pulang ke kota J. karena Vito masih banyak pekerjaan di kantornya. Demikian juga dengan Kay yang sibuk dengan butiknya. Sedangkan Jenny masih tinggal di rumah Lidia, karena rumah mereka juga tidak jauh. Tidak hanya itu saja, Jenny tinggal di rumah Lidia bersama dua anaknya agar Chandra tidak kesepian.
“Jaga kesehatan kamu! Nanti kalau sudah melahirkan, aku akan kesini lagi.” Pamit Kay.
“Terima kasih banyak, Kak. Hati-hati dalam perjalanan.” Jawab Lidia.
**
Sementara itu Sean sejak kemarin sudah kembali lagi ke perusahaan. Dia tetap mengurus perusahaan Billal yang masih menjalin kerjasama dengan dengan beberapa perusahaan besar. Sebelumnya Sean juga sudah meminta ijin pada Lidia untuk kembali lagi ke kantor.
Dan saat ini Sean sedang sibuk di ruang kerja Billal. Mau tidak mau dia harus masuk ke ruang kerja bosnya. Dan dia juga sudah terbiasa ada disana. Karena sejak dulu Billal tidak pernah menyimpan rahasia pada asistennya itu jika mengenai perusahaan.
Tok tok tok
Sean mempersilakan masuk seseorang yang baru saja menegtuk pintunya. Dan orang itu adalah sekretaris Billal.
“Permisi, Tuan. Ada tamu yang ingin bertemu dengan anda.” Ucap Silvia, sekretaris Billal.
“Suruh masuk saja.” Jawab Sean tanpa melihat wanita seksii yang sedang berdiri di hadapannya itu.
Sean juga tidak menanyakan siapa tamu yang ingin bertemu dengannya. Dia beranggapan bahwa tamu itu sudah mempunyai janji dengan bosnya.
“Selamat pagi Tuan Asisten!” sapa seorang pria yang baru saja masuk ke ruang kerja Billal.
Tanpa melihat siapa yang datang, Sean sudah tahu siapa orang itu. Terlebih pria itu bukan memanggil namanya secara langsung.
“Saya rasa perusahaan Tuan Billal sedang tidak menjalin kerjasama dengan anda. Jadi tidak ada hal penting yang kita bahas.” Jawab Sean datar dengan tangan yang masih sibuk memeriksa beberapa dokumen.
“Wow sombong sekali Tuan Asisten ini” ucapnya mengejek lalu duduk di kursi yang ada di depan Sean. Namun Sean masih tidak peduli.
“Kedatangan saya kesini untuk menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan untuk anda Tuan Asisten.” Ucap pria yang bernama David.
“Sekarang perusahaan besar ini kehilangan seorang pemimpin bukan? Bagaimana kalau anda membantu saya untuk mendekati mantan istri Tuan Billal? Dengan begitu anda akan menjadi asisten saya dan saya serahi untuk memimpin perusahaan ini. jadi perusahaan saya dan milik Tuan Billal akan bersatu dan merajai perusahaan besar lainnya.” Ucap Tuan David dengan santai.
Sean yang sejak tadi diam, kini dia meletakkan dokumen ke atas meja dengan cukup kasar. Mungkin beberapa waktu saat Tuan David menginginkan dirinya untuk menjadi assistennya atau bahkan ingin menghancurkan perusahaan Billal, dia masih diam dan tak terlalu menanggapi. Namun kali ini saat Tuan David mengatakan maksudnya untuk mendekati Lidia, entah kenapa membuat darah Sean mendidih.
Sean beranjak dari duduknya. Kemudian tangannya menarik kerah kemeja pria itu dengan kasar. Tak peduli pria itu lebih tua darinya.
“Jangan sekali-kali anda mempunyai niatan untuk mendekati Nyonya Lidia! Sampai kapanpun saya akan melindunginya agar tidak jatuh pada pria berengsek seperti anda.” Ucap Sean penuh amarah dan langsung menghempaskan pria itu.
“Wow… ternyata asisten pribadi Tuan Bilall selama ini sangat menginginkan istri bosnya.” Ucap Tuan David sambil tertawa mengejek.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Ekawati Hani
Berat banget di posisi Lidia
2022-07-11
3
Neneng cinta
gtau malu nih david maunya dapetin janda kaya raya....jgn2 gara2 dy bilal kn serangan jantung....🤔🤔🤔
2022-06-14
3
Dama Yanti
tuan david tau aja
2022-05-14
1