Malam itu juga Billal dinyatakan telah meninggal dunia. Seketika itu juga Lidia pingsan. Dan dengan sigap Sean membawanya keluar agar mendapatkan pertolongan dari pihak rumah sakit.
Isak tangis Jenny mengiringi kepergian Omnya. Bahkan ia menyaksikan secara langsung detik-detik Omnya meninggalkan dunia ini.
“Sayang, tenanglah. Kita doakan saja semoga Om Billal tenang dan bahagia di sisi Tuhan.” Iqbal berusaha menenangkan istrinya.
“Om Billal telah berbuat banyak pada kita, Mas. Dia Daddy terbaik Gita.” ucap Jenny sambil mengingat semua kebaikan Billal padanya.
Tak lama kemudian Iqbal mengajak istrinya keluar, karena jenazah Billal akan segera diurus oleh pihak rumah sakit sebelum dipulangkan ke rumah duka. Dan malam itu juga Jenny menghubungi Mama dan Papanya untuk menyampaikan berita duka ini.
Sementara Sean saat ini masih menunggui Lidia di ruang IGD. Sean bingung, harusnya dia yang mengurus jenazah Billal, namun karena tidak ada orang yang menunggu Lidia jadi Sean terpaksa harus di ruang IGD terleebih dulu.
Sean sangat terpukul atas berita duka ini. dia tidak menyangka kalau bos yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri harus pergi secepat ini. Sean juga sangat kasihan melihat Lidia yang kondisinya tampak lemah. Ditambah dengan keadaannya yang sedang hamil besar.
“Mas… Mas Billal jangan tingggalkan aku dan anak-anak.” Racau Lidia dengan mata terpejam.
“Nyonya, Nyonya yang sabar. Tuan Billal sudah tenang disana. Tuan sudah tidak sakit lagi.” Sebisa mungkin Sean menenangkan istri bosnya.
Perlahan mata Lidia terbuka. Air matanya mengalir semakin deras saat menyadari orang yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkan dirinya dan anak-anaknya selamanya. Dunia Lidia benar-benar runtuh saat ini juga. Pria penyayang tempat ia bergantung selama ini sekarang sudah tak bisa lagi menyayanginya.
“Mas… aku mencintaimu, sampai kapanpun cintamu tidak akan terganti.” Lirihnya yang masih bisa didengar oleh Sean.
Tak lama kemudian Jenny datang. Dan saat itu juga Sean keluar dari ruang IGD untuk ikut mengurus jenazah Billal yang akan dipulangkan ke rumah duka. Jenny memeluk Lidia untuk saling menguatkan. Dia juga merasa kehilangan akan sosok Billal.
Selesai jenazah Billal dimandikan, malam ini juga ia dibawa pulang ke rumah duka. Keadaan Lidia yang sudah membaik juga ikut pulang. sementara jenazah Billal diantar dengan menggunakan mobil ambulans, sedangkan Lidia satu mobil dengan Sean, dan Jenny bersama suaminya.
Lidia tak henti-hentinya menangis saat mobil yang ia tumpangi mengiringi mobil ambulans yang membawa jenazah suaminya. Dia sibuk memikirkan bagaimana hidupnya setelah ini. bagaimana dengan anak-anaknya. terlebih anak yang sedang dalam kandungannya ini, sudah menyandang gelar anak yatim. Lidia semakin tergugu dalam tangisnya.
Sean yang sedang duduk di belakang kemudi hanya bisa melihat Lidia terisak dari balik rear vision mirror. Dia juga bingung bagaimana cara menenangkan wanita itu. Memang rasanya pasti sakit saat ditinggal oleh orang yang telah menjadi separuh nafasnya.
Beberapa saat kemudian mobil Sean sudah tiba di rumah duka. Beberapa orang pekerja di rumah Billal sangat terkejut saat kedatangan mobil ambulans membawa jenazah tuannya. Mereka tidak menyangka kalau majikannya akan pergi secepat ini.
Lidia berjalan tertatih memasuki rumahnya saat jenazah suaminya sudah dibawa masuk. Dia mencari anak laki-lakinya yang baru saja sembuh. Dan ternyata Chandra, bocah berusia lima tahun itu sedang dalam gendongan seorang pembantu.
“Mama… Papa dimana, Ma?” tanya Chandra.
Lidia tak menjawab pertanyaan anaknya. dia merengkuh Chandra yang masih dalam gendongan pembantunya. Mungkin anak seusia Chandra belum mengerti arti kehilangan, jadi Lidia tidak akan menjelaskannya sekarang. yang ia katakan hanya untuk selalu mendoakan Papanya.
Kabar meninggalnya Billal sudah tersebar luas di kalangan para pengusaha. Karena memang Billal sudah terkenal sebagai salah satu pengusaha sukses. Sebagian pengusaha yang termasuk rekan kerja Billal sangat terkejut dengan berita duka ini. namun ada juga beberapa pengusaha yang menjadi lawan bisnis Billal sangat senang dengan kabar meninggalnya Billal.
Pagi ini juga kediaman Billal sudah sangat ramai dengan para tamu yang ingin bertakziah. Mereka mengucapkan belasungkawanya pada Lidia langsung, sebagai istri mendiang Billal. Begitu juga dengan sepupu Billal, Vito. yang tak lain Papa dari Jenny. Pagi ini juga dia sudah datang bersama sang istri. Vito sungguh sangat terpukul dengan kabar meninggalnya Billal. Dia tidak menyangka sepupunya akan pergi secepat ini, bahkan tanpa meninggalkan pesan padanya.
“Lidia, kamu yang sabar ya. Suami kamu sudah bahagia dan tenang di sisi Tuhan.” Kay, istri Vito memeluk Lidia untuk menguatkannya.
Lidia hanya mengangguk. Dia sudah tidak sanggup lagi berbicara. dia juga berusaha tegar di hadapan tamu yang hadir.
Dan pagi itu juga salah satu rekan bisnis Billal yang sekarang sedang menjalin kerjasama dengan perusahaan Billal hadir bersama asisten pribadinya. Tuan Nugraha yang didampingi Leon, asisten pribadinya mengucapkan belasungkawanya pada Lidia.
“Terima kasih, Tuan. Maafkan semua kesalahan Mas Billal selama hidupnya.” Ucap Lidia.
“Sama-sama Nyonya. Semoga anda dan keluarga diberi kesabaran dan ketabahan. Saya yakin Tuan Billal sudah bahagia di sisi Tuhan.” Ucap Tuan Nugraha.
Setelah itu Leon mencari keberadaan temannya yaitu Sean. Leon melihat Sean sedang ikut menyambut tamu yang hadir.
“Turut berduka ya bro!” ucap Leon menghampiri Sean. Dan Sean hanya mengangguk menanggapi ucapan temannya.
“Gunakan kesempatan dengan baik.” Bisik Leon tepat di telinga Sean, hingga membuat pria itu mendelik kesal.
Sean mengerti apa maksud ucapan Leon. Namun dia tidak peduli sama sekali, karena Sean masih berduka dengan kepergian bosnya. Sedangkan Leon hanya terkekeh saat melihat raut wajah kesal temannya.
Beberapa saat kemudian, jenazah Billal sudah siap untuk dimakamkan. Semua saudara dan beberapa pelayat juga ikut mengantar Billal ke tempat peristirahatnya yang terakhir. Tangis pilu mengiringi jenazah Billal yang baru saja dikebumikan.
Lidia masih setia duduk di samping makan suaminya yang masih basah dengan didampingi oleh anaknya. sedangkan Sean memilih menunggu dengan jarak yang cukup jauh. Dia membiarkan wanita itu puas menangisi kepergian suaminya.
“Mama… kalau Papa tidur disini, berarti Papa nggak bisa temani Chan tidur lagi dong, Ma?” tanya Chandra sambil menatap Mamanya yang masih menangis.
“Sayang, Kita doakan saja ya agar Papa selalu bahagia disana.” Ucap Lidia sambil memeluk anaknya.
Chandra hanya menganggukkan kepala dan membalas pelukan mamanya. Jujur saja Chandra memang belum mengerti arti kehilangan. Namun anak itu sudah cukup paham kalau Papanya sudah meninggal dan tidak akan pernah kembali lagi.
Sean dari jauh melihat Lidia dan Chandra juga ikut bersedih. Terlebih dengan anak yang masih dalam kandungan Lidia yang sebentar lagi akan lahir di dunia. Setelah itu Sean berjalan mendekati Lidia untuk mengajaknya pulang.
“Nyonya, mari kita pulang sekarang!” ajak Sean.
“Uncle, Papa sudah meninggal. Chan sudah tidak punya Papa lagi. Apa Uncle mau jadi Papanya Chan?” tanya Chandra dengan polosnya, di samping makam yang masih basah tanahnya.
.
.
.
*TBC
Jangan lupa kasih like, komen, vote, dan giftnya agar othor makin semangat up nya🤗🤗😘😘
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Yani Suryani
kata katanya Chan dalem banget, nangis Bombay😭
2022-07-20
0
Maya Manda
yaa Allah aq bisa merasakan perasaan Lidya .. karena aq juga pernah merasakan kehilangan suami yg mencintai aq dg sepenuhx ...serasa bumi bergoyang selama hampir setahun baru aq bisa menerima kehendak Yang Kuasa
2022-07-15
1
choky_chiko_r
mksh ya kak..keren...aku suka...tetep berkarya
2022-07-14
2