Selesai mandi dan berganti pakaian, Sean segera keluar kamarnya. Sebelum dia check out, Sean terlebih dulu mengetuk pintu kamar Leon yang berada tepat di sebelah kamarnya.
"Aku kan bilangnya nanti jam 9 kita perginya." ucap Leon setelah membuka pintu kamarnya.
"Ck, siapa yang mau pergi sama kamu. Aku kesini hanya untuk menyampaikan sesuatu, kalau sekarang juga aku harus pulang karena Tuan Billal sedang dilarikan ke rumah sakit. Jadi, aku minta tolong kamu handle dulu semuanya." ucap Sean.
"Apa? Tuan Billal sakit apa? Baiklah, kamu jangan khawatir. Biar nanti aku sampaikan pada bosku." jawab Leon yang juga ikut khawatir tentang keadaan Billal.
Sean menepuk pundak Leon dan mengucapkan terima kasih. Itulah Leon, meski sifatnya terkadang menyebalkan, namun jiwa kemanusiaannya sangat tinggi.
Sean sudah check out. Setelah itu dia segera memesan taksi untuk pergi ke bandara. Untung saja ada penerbangan ke kota B pada jam seperti ini.
Dalam perjalanan, Sean tak henti-hentinya memikirkan keadaan Billal. Dia masih ingat jelas saat Lidia memberikan kabar tadi, bahwa Billal dilarikan ke rumah sakit setelah ditemukam pingsan di ruang gym.
Selama ini Sean tidak tahu bagaimana kondisi kesehatan tuannya. Lebih tepatnya semenjak Billal menikah dengan Lidia lima tahun yang lalu.
Karena Lidia adalah istri yang sangat perhatian, maka mulai dari saat itu Sean sudah tidak terlalu ikut campur mengenai kehidupan bosnya. Dia hanya bertugas membantu menangani perusahaan saja.
Selama kurang lebih satu jam menempuh perjalanan udara, Sean kini sudah tiba di bandara kota B. Dia segera memesan taksi untuk mengantarnya langsung ke rumah sakit.
Namun saat Sean sudah berada dalam taksi tiba-tiba saja ada panggilan dari Lidia.
"Iya, Nyonya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sean.
"....."
"Baiklah, kalau begitu saya akan ke rumah dulu, sebelum pergi ke rumah sakit." ucap Sean.
"...."
Sean menutup sambungan teleponnya setelah Lidia memintanya untuk pulang ke rumah terlebih dulu sebelum pergi ke rumah sakit. Tadi Lidia juga mengatakan kalau dirinya sudah pulang ke rumah karena saat ini Chandra sedang sakit, ditambah usia kandungannya yang sudah tua, membuatnya sangat kelelahan.
Ckittttt
Taksi yang ditumpangi Sean tiba-tiba mengerem mendadak setelah dihadang dua orang pengendara motor. Sean segera turun dan meminta sopir taksi untuk tetap di dalam.
"Ada apa ini?" tanya Sean menghampiri dua pria yang masih menaiki motornya.
Kedua pria itu tak menjawab. Mereka berdua turun dari motor dan langsung menghajar Sean.
Bugh bugh bugh
Perkelahian tak dapat dihindarkan lagi. Sean melawan kedua pria itu. Kekuatan mereka sama-sama kuat. Sean yang hanya sendirian akhirnya tumbang juga setelah mendapatkan tendangan tepat mengenai perutnya.
"Pikirkan sekali lagi tawaran Tuan David untuk menjadi asisten pribadinya, jika kamu tidak ingin mengalami kejadian seperti ini lagi." ucap salah satu pria itu sambil mencengkeram kerah baju Sean, lalu menghempaskannya.
Kedua pria itu bergegas pergi meningalkan Sean. Lalu sopir taksi yang sejak tadi diam ketakutan di dalam mobil akhirnya keluar untuk membantu Sean.
"Tuan, maaf. Apa perlu saya membawa anda ke rumah sakit?" tanyanya.
"Tidak perlu. Tolong segera antar saya pulang, Pak." jawab Sean.
Sopir taksi itu pun segera mengantar Sean pulang. Semantara Sean tampak meringis kesakitan pada sekujur tubuhnya. Dia benar-benar marah dengan ancaman Tuan David yang tak lain adalah saingan bisnis Billal.
Beberapa waktu lalu secara terang-terangan Tuan Davin meminta Sean agar mau bekerja dengannya. Tuan David sangat tahu bahwa Sean adalah seorang asisten yang kinerjanya bisa diandalkan. Perusahaannya juga membutuhkan orang seperti dirinya. Namun Sean menolaknya, terlebih Tuan David adalah saingan bisnis Billal. Dan kini orang-orang Tuan David datang memberikan ancaman. Sean berjanji, sampai kapanpun tidak akan pernah pergi dari Billal. Dan dia juga berjanji akan menumpas siapa saja yang berani mengusik kehidupan bosnya.
Beberapa saat kemudian Sean sudah tiba di sebuah rumah besar milik Billal. Rumah yang juga menjadi tempat tinggalnya selama Sean bertuga di perusahaan yang ada di kota B. Hanya saja Sean memilih tinggal di paviliun belakang.
Setelah membayar taksi, Sean bergegas masuk untuk menemui istri bosnya sesuai dengan perintah Lidia tadi.
"Sean, ada apa denganmu?" tanya Lidia khawatir saat melihat wajah Sean yang babak belur.
"Nggak apa-apa, Nyonya. Hanya masalah kecil." jawab Sean sembari duduk di sofa.
"Bagaimana keadaan Tuan Billal?" lanjutnya.
Bukannya menjawab, Lidia justru bergegas mengambil kotak obat untuk mengobati luka Sean. Dengan sabar Lidia mengobati luka memar yang ada pada wajah Sean. Sean hanya bisa diam melihat Lidia dalam jarak yang sangat dekat. Namun jantungnya yang tak bisa diam. Justru semakin berdetak dengan cepat.
Sean sangat menikmati perhatian yang diberikan Lidia. Kapan lagi bisa merasakan momen seperti ini. Katakanlah Sean jahat, tapi ini adalah kesempatan emas baginya.
"Apa masih ada yang sakit?" tanya Lidia.
"Sean? Apa masih ada yang sakit?" Lidia kembali bertanya saat Sean tak menyahuynya sama sekali.
Lidia tiba-tiba gugup dan salah tingkah saat Sean memandanginya tanpa berkedip. Setelah itu dia segera berdiri meninggalkan Sean.
Sean merutuki kebodohannya saat menyadari kalau dirinya telah lancang memandangi wajah istri bosnya.
Tak lama kenudian Lidia keluar dengan membawa tas yang berisi baju Billal, lalu memberikannya pada Sean.
"Tolong, jaga Mas Billal. Aku akan datang kalau badan Chandra sudah tidak demam lagi." ucap Lidia tanpa berani menatap wajah Sean.
"Baik, Nyonya. Anda jangan khawatir. Lebih baik anda di rumah saja." jawab Sean setelah menerima tas dari Lidia.
Lidia hanya mengangguk, lalu Sean segera pergi ke rumah sakit. Namun sebelumnya dia akan mengganti pakaiannya terlebih dulu.
"Nyonya!" panggil Sean dan seketika Lidia menoleh.
"Ehm.. Terima kasih telah mengobati luka saya." ucap Sean.
Lidia hanya menganggukkan kepalanya. Jujur saja dia juga masih gugup setelah kejadian beberapa saat tadi.
**
Kini Sean sudah berada di rumah sakit. Tepatnya di ruangan VVIP dimana Billal sedang dirawat.
Sean melihat wajah bosnya tampak pucat dan masih setia menutup matanya. Dia sedih melihat keadaan bosnya yang begitu lemah. Entah mengapa sepertinya Sean merasa bahwa Billal sengaja menyembunyikan sakitnya dari sang istri. Karena beberapa saat sebelum masuk ke ruang rawat Billal, Sean menanyakan kondisi terkini Billal pada dokter. Dan dokter mengatakan kalau penyakit jantung Billal kambuh.
Sean sungguh terkejut kalau selama ini Billal mempunyai riwayat penyakit jantung. Dia hanya bisa berdoa semoga Billal segera diberi kesembuhan.
Perlahan Billal mengerjapkan matanya. Dia seperti sedang mencari seseorang dan ingin mengatakan sesuatu.
"Tuan, syukurlah anda sudah sadar. Ada yang Tuan inginkan?" tanya Sean.
Billal hanya menggelengkan kepala, "Dimana Lidia?" tanyanya kemudian.
"Nyonya Lidia di rumah. Nanti pasti akan datang kesini." ucap Sean.
"Sean, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Tapi aku minta Lidia juga ada disini." ucap Billal dengan suara lirih.
"Baiklah, Tuan. Saya akan menghubungi Nyonya Lid-"
Belum menyelesaikan ucapannya, Sean terkejut saat melihat Billal memegangi dadanya dengan muka memerah, setelah itu kembali tak sadarkan diri.
"Tuan...Tuan!!" Panggil Sean. Lalu dengan cepat dia menekan tombol nurse call.
.
.
.
*TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Umi Abi
menyimak
2022-07-20
0
Ekawati Hani
Sosok Bilal dibikin metong ya😂
Waktu di novel suami tak dianggap Bilal nyebelin😁 tapi pas udah baguan tengah Bilal jd tobat.😁
2022-07-11
2
Wanda Revano
hehehe thor gk bisa move on dri kmu.trs buat krya² baru y.biar semangat aku bacanya
2022-07-01
4