Lidia sangat terkejut saat mendengar kabar bahwa Sean sedang dirawat di rumah sakit. Kemudian dia meminta perawat yang mendorong kursi rodanya agar mengantar ke ruangan Sean.
“Jen, pulanglah lebih dulu bersama bayiku dan juga Chandra. Dan bilang Pak Doni agar menungguku sebentar.” Ucap Lidia pada Jenny.
“Tapi, keadaan kamu masih belum stabil. Dan bagaimana jika bayi kamu nanti haus?” tanya Jenny.
“Aku nggak akan lama. Aku hanya ingin melihat keadaan Sean saja.” Jawab Lidia.
Jenny melirik suaminya yang menganggukkan kepala. Akhirnya dia pulang lebih dulu dengan membawa bayi Lidia dan juga Chandra. Dalam hati Jenny sepertinya Lidia sangat mengkhawatirkan keadaan Sean. Tapi dia ikut senang. Setidaknya Lidia masih mempunyai rasa simpati pada pria yang pernah menjadi asisten suaminya dan akan menjadi suami kedua Lidia.
Setelah Jenny pulang, kini Lidia menuju ruang perawatan Sean dengan mengikuti Leon yang berjalan lebih dulu. Lidia masih mencemaskan keadaan Sean. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu. Pantas saja tadi Chandra bilang kalau dia melihat mobil Sean ada di parkiran. Berarti sejak kemarin Sean sudah dirawat.
Cklek
Leon masuk ke ruang rawat Sean dengan diikuti oleh Lidia. Lidia melihat Sean sedang tidur. Namun sampai saat ini dia belum tahu kenapa Sean bisa dirawat disini.
“Sus, anda bisa meninggalkan saya.” Ucap Lidia pada perawat yang mendorong kursi rodanya.
“Baik, Nyonya.” Jawabnya.
Kini kursi roda yang diduduki Lidia sudah berada di dekat brankar Sean. Lidia dapat melihat langsung wajah pucat Sean dari jarak dekat. Sedangkan Leon memilih duduk menjauh, untuk memberikan waktu pada Sean dan Lidia.
“Sean, kamu kenapa?” tanya Lidia.
Namun Sean sama sekali tidak menjawab. Karena pria itu masih tampak nyenyak dalam tidurnya. Kemudian tangan Lidia terulur menyentuh tangan Sean. Sedangkan Sean merasa ada yang memegang tangannya, dia kira sedang bermimpi. Dan dia sangat hafal kalau tangan itu adalah tangan Lidia. Karena kemarin dia sempat saling berpegangan tangan saat menemani Lidia melahirkan.
“Lidia!!” lirih Sean dengan mata terpejam.
Lidia terkejut. Bagaimana Sean bisa tahu kalau saat ini dirinya sedang berada di sebelahnya. terlebih pria itu hanya memanggil namanya saja. Namun Lidia juga tak melepas genggaman tangannya. justru Sean semakin kuat memegang tangan Lidia.
“Sean? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Lidia memastikan.
Seketika mata Sean terbuka lebar. Dan betapa terkejutnya ternyata di sebalahnya ada sosok wanita yang baru saja muncul dalam mimpi. Dan saat menyadari tangannya sedang menggenggam tangan Lidia, Sean segera melepasnya.
“Lid-, ehm maaf. Nyonya? Kenapa bisa ada disini?” tanya Sean.
“Justru aku yang tanya. Kenapa kamu bisa disini?” tanya Lidia bertubi-tubi.
Sean mengulum senyum namun tidak diketahui oleh Lidia. Entah kenapa pertanyaan Lidia itu seperti sebuah perhatian yang ditujukan untuk pasangannya.
“Saya mendapat luka tusuk dari seseorang yang tidak saya kenal, Nyonya.” Jawab Sean.
Lidia menutup mulutnya terkejut. “Siapa yang melakukannya? Dan dimana?” tanyanya.
“Saya juga tidak tahu, Nyonya. Dan kejadian ini kemarin saat saya baru keluar dari ruang rawat anda.” Jawab Sean.
Lidia menyesal karena telah marah dan mengusir Sean kemarin karena telah menuduh pria itu memanfaatkan keadaan karena Chandra memanggilnya ayah. Kalau dia tidak mengusir Sean, pasti kejadian itu tidak akan pernah ada.
“Saya sudah membaik, Nyonya. Mungkin saya akan dirawat selama lima hai saja.” Ucap Sean.
“Maaf, Sean. Maafkan aku.” ucap Lidia tulus dengan sorot mata penuh penyesalan.
“Untuk apa anda meminta maaf? Ini semua bukan salah anda.” Ucap Sean namun matanya tidak berani menatap mata Lidia. Bahkan Lidia sudah meneteskan air matanya.
“Kalau saja aku tidak mengusir kamu dari ruanganku kemarin. Mungkin kamu tidak akan terluka seperti ini.” ucap Lidia.
Sean yang tidak tega melihat Lidia merasa semakin bersalah, dia memberanikan diri memegang lembut tangan Lidia dan meyakinkannya kalau dirinya tidak apa-apa. Dan pelaku yang menusuknya sudah dilaporkan pada pihak yang berwajib.
“Maafkan aku juga telah menuduhmu memanfaatkan keadaan karena Chandra memanggilmu ayah. Aku sudah tahu alasan Chandra memanggilmu ayah. Sekali lagi maafkan aku.” ucap Lidia tulus.
“Iya, Nyonya. Saya sudah tidak mempermasalahkannya. Lalu bagaimana keadaan anda? Apakah anda sudah pulih?” tanya Sean mengalihkan pembicaraan.
“Sudah. Hari ini juga aku pulang. tadi bayiku sudah pulang lebih dulu bersama Jenny dan Iqbal.” jawab Lidia.
“Syukurlah. Saya senang mendengarnya.” Ucap Sean kemudian.
“Ya sudah kalau kamu sudah membaik. Ehm, apakah aku boleh pulang sekarang?” tanya Lidia sambil melihat tangannya yang sejak tadi masih digenggam oleh Sean.
“Oh maaf…maaf Nyonya. Saya tidak bermaksud seperti itu. Leon!” Sean benar-benar gugup. Kemudian dia memanggil Leon yang sedang duduk tak jauh darinya.
“Bisa minta tolong antar Nyonya Lidia ke depan?” ucap Sean pada Leon.
“Baiklah. Dengan senang hati aku akan mengantar calon kakak iparku.” Jawab Leon dan seketika mendapat tatapan tajam dari Sean.
Sedangkan Lidia memilih tidak peduli. “Ya sudah, cepat sembuh. aku pulang dulu.” Pamitnya kemudian.
“Terima kasih, Nyonya.” Jawab Sean.
Setelah Leon mengantar Lidia ke depan, dimana Pak Doni sedang menunggu. Pria itu kembali lagi ke kamar Sean. Dan Leon melihat sahabatnya sedang senyum-senyum sendiri layaknya pemuda yang sedang kasmaran.
“Ehm, sampai segitu senangnya dijenguk sama pujaan hati.” Goda Leon.
“Bisa nggak kamu diem? Mulut tuh dijaga kalau bicara. Untung saja tadi Lidia tidak terlalu mempedulikan ucapanmu.” Gerutu Sean.
“Ya sorry. Habisnya sejak tadi aku lihat tangan kamu betah banget megangin tangan tuh janda.” Leon kembali meledeknya.
“Sudah, kalau nggak ada yang penting lebih baik kamu balik sana ke kantor. nggak rugi kamu habisin waktu disini, sementara Marsha sibuk di kantor.” ucap Sean mengingatkan.
“Bodohh!!! Kenapa kamu nggak bilang dari tadi. ya sudah aku balik aja ke kantor. semua ini gara-gara kamu.” Ucap leon dengan kesal lalu pergi meninggalkan Sean begitu saja.
Sean menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya. Dia tahu cara mengalihkan perhatian Leon agar mulut tak berfilternya itu berhenti bicara, yaitu dengan memakai senjata Marsha. Perempuan cantik, anak dari bosnya yang telah lama mencuri hati Leon. Namun sayangnya Marsha menganggap Leon hanya sebagai kakak. Tidak lebih.
Setelah kepergian Leon, Sean mengambil ponselnya. Dia akan menghubungi seseorang yang akan ia mintai bantuan tentang siapa dalang dari penusukan terhadap dirinya kemarin. Meski Leon sudah membantu melaporkannya pada pihak yang berwajib, namun Sean tetap ingin menyelidikinya sendiri.
Selesai mengirim pesan pada salah satu temannya, Sean meletakkan kembali ponselnya. Setelah itu dia melihat jemari tangan kanannya yang tadi ia pakai untuk menggenggam tangan Lidia. Sean tersenyum tipis lalu mencium tangannya sendiri yang masih menyisakan harum tangan Lidia.
“Aku mencintaimu Lidia.”
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
mna ada harum.. palingan itu juga lidia nya blm mandi² krna abis lahiran psti bau lah😂😂😂
2022-07-07
2
Panta Jhoni Panta Wsl
lanjut
2022-07-02
2
Ape Azza Ajeng
lanjutkan Thor 👍👍👍❤❤
2022-05-05
2