Hari kedua resepsi pernikahan Alesha dan Rey diadakan di pesantren, dengan suasana yang lebih sederhana namun penuh kehangatan. Ruangan dipenuhi dengan hiasan sederhana, menggunakan kain putih dan bunga segar yang melambangkan kesucian dan kebahagiaan. Keluarga dan teman-teman dari kedua belah pihak berkumpul untuk merayakan momen bersejarah ini dalam suasana Islami.
Di tengah keramaian, Kyai Abdullah dan Umi Annisa menyambut para tamu dengan hangat. Mereka menjelaskan bahwa acara ini adalah kesempatan untuk bersyukur dan mendoakan Alesha dan Rey agar pernikahan mereka diberkahi.
Ketika Alesha dan Rey memasuki ruangan, tamu-tamu memberikan sambutan hangat. Alesha mengenakan gaun sederhana yang elegan, sementara Rey tampak gagah dalam baju koko yang rapi. Senyuman mereka mencerminkan kebahagiaan meski ada rasa gugup.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yang dilanjutkan dengan sambutan dari Kyai Abdullah. Ia mengingatkan semua tamu tentang pentingnya dukungan dalam membangun sebuah rumah tangga.
“Pernikahan adalah ikatan suci yang harus kita jaga dengan penuh rasa cinta dan pengertian. Mari kita doakan Alesha dan Rey agar selalu diberi kebahagiaan dan ketenangan dalam menjalani hidup bersama,” ujarnya dengan penuh harap.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi berbagi kisah dari kedua mempelai. Alesha dan Rey diundang untuk berbicara tentang perjalanan mereka, bagaimana mereka dipertemukan, dan apa harapan mereka ke depan.
Rey berbicara pertama, “Aku merasa sangat beruntung bisa menikahi Alesha. Dia adalah sosok yang kuat dan penuh semangat. Aku berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadikannya bahagia.”
Alesha menambahkan, “Aku juga berterima kasih kepada keluarga dan sahabat yang telah mendukung kami. Momen ini adalah awal baru bagi kami, dan kami berharap bisa terus belajar dan tumbuh bersama.”
Para tamu memberi tepuk tangan hangat, merasakan keikhlasan dan harapan yang terpancar dari kedua mempelai. Setelah sesi berbagi, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai Abdullah, mengharapkan agar Allah senantiasa membimbing mereka dalam menjalani kehidupan baru.
Setelah doa, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Menu sederhana namun lezat disajikan, mencerminkan keramahtamahan pesantren. Alesha dan Rey berkeliling, menyapa para tamu dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka.
Di tengah keramaian, Alesha bertemu dengan Aya, yang akhirnya bisa hadir meskipun dengan kondisi yang belum sepenuhnya pulih. “Aku sangat senang kamu bisa datang, Aya!” Alesha memeluk sahabatnya erat.
“Maaf aku tidak bisa hadir di resepsi pertama, Lesh. Tapi aku bersyukur bisa merayakan momen ini bersamamu sekarang,” jawab Aya dengan senyuman.
Suasana semakin hangat ketika permainan tradisional diadakan, melibatkan semua tamu untuk saling berinteraksi. Gelak tawa dan keceriaan mengisi ruangan, membuat Alesha dan Rey merasa semakin dekat dengan keluarga dan teman-teman mereka.
Acara resepsi kedua di pesantren menjadi momen berharga, penuh dengan rasa syukur, cinta, dan harapan baru. Alesha dan Rey berjanji untuk saling mendukung dalam menjalani hidup ini, di tengah komunitas yang penuh kasih dan perhatian.
Di tengah keramaian acara resepsi, Aya yang penuh semangat berkeliling untuk menyapa teman-teman dan keluarga Alesha. Ketika ia melihat Gus Shaka berdiri di sudut ruangan, ia merasa penasaran. Namun, gaya dingin Gus Shaka membuat Aya merasa sedikit tertantang.
“Hey, kamu siapa?” Aya bertanya dengan nada yang agak menggoda, melangkah lebih dekat. “Kok tampak serius banget di sini?”
Gus Shaka, yang mengenakan ekspresi tenang, menjawab dengan singkat, “Saya Gus Shaka. Adik ipar Alesha.”
Aya tidak terpengaruh dengan sikapnya. “Gus Shaka, ya? Kenapa kamu nggak ikut berbaur? Acara ini kan untuk merayakan kebahagiaan, bukan untuk berdiri sendirian.”
Gus Shaka tetap tenang, meski sedikit terkesan dengan sikap Aya yang berani. “Saya lebih suka melihat. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari orang-orang di sini.”
“Apa, kamu takut? Atau memang tipe yang suka menilai orang tanpa ikut terlibat?” Aya menantang.
Gus Shaka menatap Aya, lalu berkata dengan nada lembut, “Bukan takut, tapi kadang lebih baik mengamati sebelum berinteraksi.”
Pertengkaran kecil itu menarik perhatian Alesha, yang merasa perlu untuk campur tangan. “Aya, Shaka. Ini adalah hari bahagia. Kenapa harus bertengkar? Aya, kenalin, ini Gus Shaka, adik iparku. Shaka, ini Aya, sahabatku yang paling liar.”
Mendengar pengenalan itu, Gus Shaka mengangguk sebagai bentuk penghormatan. “Senang bertemu denganmu, Aya.”
“Senang bertemu, Gus Shaka,” jawab Aya, meskipun nada suara mereka masih terasa tegang. “Tapi jangan khawatir, aku bukan orang yang menakutkan. Aku hanya suka bersenang-senang.”
Gus Shaka tersenyum tipis. “Bersenang-senang tidak ada salahnya, asalkan tetap dalam batas yang baik.”
Alesha menggelengkan kepala, merasa sedikit lega saat melihat mereka berdua mulai mengendurkan ketegangan. “Ayolah, kita semua di sini untuk merayakan. Mari kita cari cara untuk bersenang-senang bersama.”
“Aku setuju,” kata Aya, masih dengan semangatnya. “Mungkin kita bisa membuat permainan atau sesuatu yang seru.”
“Baiklah, kalau itu bisa membuat suasana lebih baik,” jawab Gus Shaka, kini lebih terbuka.
Alesha merasa senang melihat keduanya mulai saling menerima. Mungkin pertemuan pertama ini tidak sempurna, tetapi ada harapan untuk kedekatan di antara mereka. Malam itu, mereka bertiga berusaha untuk menikmati momen yang ada, menyambut kebersamaan dengan harapan akan lebih banyak pengalaman seru di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Aira Zaskia
udah bca yg di sebelah tpi ksni lgi demi km thor,kryamu keren
2022-06-04
1