____________________________________________
****
Seingat Dylan kemarin, ia diculik oleh beberapa orang yang tak dikenal saat pulang sekolah. Saat ia tersadar, ia melihat dirinya telah berada di dalam ruangan yang gelap.
Dengan rencana yang hebat, Dylan akhirnya bisa keluar dari ruangan gelap itu. Tapi tetap saja, ia ketahuan saat mencoba untuk melarikan diri. Para penjahat itu mengejarnya.
Sampai akhirnya, ia mulai terpojok. Di sana, kebetulan ia menemukan sebuah ruangan lain. Ia memasuki ruangan itu.
Di dalam sana, ia melihat beberapa foto manusia yang terpapar di dinding. Salah satu dari foto itu tertera wajah kedua orang yang ia kenal. Lalu ia juga bertemu dengan orang lain yang sedang dalam keadaan tidak baik.
Seketika, beberapa pertanyaan muncul di benaknya. "Kenapa Takana dan Irvan berada di dalam foto itu? Dan sekarang, siapa laki-laki ini?"
Laki-laki itu meminta bantuan Dylan. Dengan baik hati, Dylan pun membantu menyelamatkannya. Tapi setelah ia bebaskan ikatannya, lelaki itu malah menahannya dengan beberapa tentakel hitam yang keluar dari punggung. Seketika, Dylan tidak bisa merasakan tubuhnya lagi.
Lalu, saat terbangun kembali, Dylan akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Betapa terkejutnya ia saat melihat kakaknya sudah berada di hadapannya. Lalu si anak baru dan Bell si anak pelupa itu juga ada di dekatnya.
"Mereka sedang apa? Dan..., Takana juga sedang bersama dengan laki-laki yang kuselamatkan tadi. Sebenarnya, siapa laki-laki itu?"
Kakaknya bilang kalau ia akan menjelaskan semua kejadian ini pada Dylan saat sampai di rumah nanti. Tapi, ternyata saat sampai di rumah, Fely selalu mengubah topik pembicaraannya saat Dylan bertanya tentang kejadian hari ini.
Hingga sampai esok hari pun, Fely masih belum memberitahu. Saat ini, laki-laki yang baru ia temui itu tinggal di rumahnya. Sebenarnya siapa dia?
****
Chapter 16: [ Tanaka Utsuki. ]
****
Hari ini hari Minggu. Dylan akan bangun lebih lama lagi. Saat ini, waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Jam alarmnya sempat terjatuh ke atas kepalanya dan membangunkannya. Dylan memang sedikit terbangun, tapi ia pun kembali tertidur lagi sampai siang.
Namun saat ingin tidur lagi, tiba-tiba saja ia merasa ingin buang air kecil. Pagi ini dingin sekali. Dylan pun mematikan AC di kamar dan langsung turun dari tempat tidur.
"Aw!"
Dylan menginjak sesorang yang ada di bawah tempat tidurnya. Saat ia melirik ke bawah, ia pun terkejut. Ternyata, orang yang diinjak itu adalah si Laki-laki kembaran Takana.
Dylan langsung mengangkat kakinya kembali ke atas tempat tidur. Lalu dengan cepat, Laki-laki itu pun bangun dan langsung menatap matanya.
"Ma–maaf!" ucap Dylan pelan.
"Ah, tidak apa-apa. Lain kali, lebih berhati-hati lagi, ya?"
Setelah dia mengatakan itu, si kembaran Takana itu pun kembali tidur. Dylan menelengkan kepala. Saat si kembaran Takana mengatakan itu, wajahnya terlihat datar, tapi mulutnya tersenyum sedikit. Mata kanan yang bolong itu, ia tutupi dengan rambut putihnya.
"Hah, sudahlah. Aku sudah tidak tahan! Aku ingin buang air!"
Dylan pun berlari ke kamar mandi. Sangking kebeletnya, ia sampai lupa menutup pintu kamar. Tapi si kembaran Takana itu menutup pintu kamar saat Dylan sudah pergi. Ia menutup pintu dengan tentakel hitamnya.
****
"Huh, leganya...." Dylan bergumam saat keluar dari kamar mandi. Lalu setelah itu, ia akan kembali memasuki kamarnya untuk tidur.
Keadaan di dalam rumah masih sangat sepi. Sepertinya, semuanya masih tertidur di kamar mereka.
"Dylan? Apa kau sudah bangun?"
Sepertinya salah satu dari penghuni rumah itu sudah ada yang bangun. Itu suara kakaknya Dylan yang berasal dari dapur. Dylan pun berjalan ke arah dapur sambil menyahut perkataan kakaknya tadi.
"Kau mau ngapain sekarang?" tanya Fely. Dia sedang duduk di atas kursi di depan kulkas. Sambil meminum susu dingin.
"Mau tidur lagi. Kakak sendiri sedang apa?" tanya Dylan balik.
Fely sedikit menyesap susunya, lalu ia menjawab, "Sedang minum susu sambil ngadem di depan kulkas."
Dylan mengerutkan keningku. "Kenapa harus di depan kulkas? Memangnya, AC di kamar kakak kenapa?"
"Rusak. Hehe .... Gara-gara ... entahlah. Intinya di kamar kakak panas sekali."
"Ya, dugaanku, kalau di kamar kakak panas, itu berarti banyak makhluk aneh yang menetap di sana. Aduuh...."
"Hei! Kenapa bengong? Katanya mau tidur lagi."
Dylan tersentak. "Eh! Oh iya. Ah, sudahlah!" Ia berbalik badan, lalu berjalan menuju ke kamarnya lagi.
Saat ia sampai di depan pintu kamar, ia pun langsung membuka pintunya. Pintunya sedikit macet. Karena, saat didorong, pintunya itu keras sekali. Seperti ada yang mengganjal di bawahnya.
Dylan memasukkan kepalanya ke celah pintu yang sedikit terbuka. Ia pun melirik ke bawah. Ternyata yang mengganjal pintu itu adalah tentakel hitam dari si laki-laki itu.
"Menyebalkan sekali! Eh, tapi ngomong-ngomong, kakak sudah tahu belum, ya? Kalau si laki-laki ini memiliki kekuatan aneh. Oh iya! Aku langsung adukan saja!"
Perlahan, Dylan kembali menutup pintu. Lalu setelah itu, berjalan cepat tanpa suara hentakan kaki. Ia kembali ke dapur.
Saat di dapur, dia melihat Fely masih dengan posisi yang sama seperti tadi. Ia mencondongkan kepalanya ke depan freezer kulkas sambil meminum susu.
Dylan pun memanggil namanya dengan nada pelan. "Kak Fely."
Fely menengok. "Dylan? Ada apa lagi?"
Dylan tidak bersuara. Ia mengibaskan tangan. Dengan isyarat kalau wanita itu harus menghampirinya. "Sini, sini!" Dylan berbisik.
Fely menelengkan kepalanya. Ia pun beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah Dylan. "Kenapa?"
"Ikut aku sebentar. Ada yang ingin aku beritahu!"
Dylan kembali berjalan pelan ke arah kamarnya. Fely mengikutinya dari belakang. Mereka mengendap-endap dengan hati-hati menuju ke kamar.
Saat di depan pintu kamar, Dylan membuka kembali pintu kamar secara perlahan. Ia mengisyaratkan Fely untuk tidak berisik. Setelah dibuka pintu itu sedikit, Dylan langsung menunjuk ke arah dalamnya.
Fely pun memasukkan kepalanya ke celah pintu itu. Ia melirik ke sekitar. Fely mengerutkan keningnya. Ia kebingungan. Lalu tak lama, Fely kembali mengeluarkan kepalanya.
"Ada apa memangnya di dalam kamarmu?" tanya Kak Fely sambil berbisik.
"Di dalam sana, laki-laki yang tidur itu mempunyai tentakel hitam seperti gurita." jawab Dylan pelan. "Dia menggunakan tentakel itu untuk mengganjal pintu ini."
Fely menelengkan kepalanya lagi. "Ha? Tentakel? Hitam? Tapi tidak ada loh!"
"Eh?"
Dylan terkejut. "Tidak mungkin tentakel itu menghilang, kan? Aku kembali mendorong pintuku. Eh? Pintunya bisa dibuka sepenuhnya tanpa ada ganjalan apapun.
"Ternyata benar! Tentakel itu sudah tidak ada. Ish! Cowok itu pasti menyembunyikannya lagi agar tidak terlihat oleh kakakku. Payah!"
"Apanya sih, Dylan? Ah, sudahlah!" gerutu kakaknya. Wanita itu pun kembali berjalan ke dapur. "Apa dia kesal padaku? Entahlah. Tapi saat ini, aku juga merasa kesal pada laki-laki itu!" batin Dylan.
Sudahlah, Dia ingin kembali tidur sampai siang.
****
"Dylan! Waktunya makan siang! Banguun!"
"Ng?"
Dylan mendengar suara teriakkan Kakaknya. Ia pun membuka mata dan membalikkan tubuhnya. ia bangun dari tempat tidur. Lalu, sebelum pergi meninggalkan kamar, ia melihat jam Beker dulu.
Waktu menunjukkan pukul 11. Sudah hampir tengah hari. "Lama juga aku tidur. Ah, sudahlah," Dylan langsung saja keluar kamar. Di kasur kecil itu juga sudah tidak ada si laki-laki bertentakel.
Lagi-lagi Dylan dibuat geram. Laki-laki itu tidak seperti Takana yang rajin. Laki-laki itu tidak merapihkan kasurnya. Selimut yang berantakan dan kasur itu belum diletakkan ke tempatnya. Untung Dtlab baik hati. Jadi ia lipat kembali selimut itu dan kasurnya pun dimasukkan ke dalam kolong tempat tidur.
"Dylan! Cepat bangun! Ayo makan dulu!"
Kakaknya teriak lagi.
"Iya! Iyaaaa!" Dylan menyahutnya dengan kesal.
Setelah merapihkan selimut dan kasur itu, Ia pun langsung berjalan keluar kamar.
Dylan berjalan ke dapur. Ternyata di meja makan sudah ada Takana dengan si Laki-laki itu. Dylan pun memasang wajah dinginnya.
Sebelum ikut bergabung dengan mereka untuk makan bersama, ia akan ke kamar mandi dulu untuk mencuci muka. Setelah itu, ia baru duduk di tempatnya.
Makanan sudah tersedia di atas meja. Setelah berdoa bersama, mereka baru memakan makanan itu bersama. Kakak memasak makanan kesukaan Dylan hari ini. Udang saus tiram. "Tumben sekali dia baik padaku hari ini, kesambet apa, sih?"
"Oh, ya, jadi..., bagaimana rasa masakannya?" tanya Fely.
Dylan tidak tahu si Fely bertanya ke siapa. Ia melirik ke matanya. Mata Fely ternyata menatap si kembaran Takana itu.
Laki-laki itu menjawab. "Ini enak sekali. Terima kasih!" Laki-laki itu tersenyum.
Lalu Takana pun menengok ke arah kembarannya. "Oh ya, Onii-chan sudah merasa baikan?"
"Eh? Onii-chann?" Dylan tersentak.
Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum. "Iya! Sangat baik." Laki-laki itu melirik ke arah Dylan. "Terima kasih, ya!"
Dylan kembali tersentak. Lalu ia hanya mengangguk untuk menjawab ucapannya itu.
Dylan kembali terdiam. Tapi ia masih penasaran. Siapa sebenarnya si Laki-laki itu? Ia tidak suka kalau keadaannya sedang diserang oleh rasa keingintahuan. "Kalau begitu, sekarang juga, aku akan memberanikan diri untuk mencoba bertanya."
"Anu..., kalau boleh tahu, kau ini siapa, ya?" Dylan mulai melemparkan pertanyaannya pada si Laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Oh iya. Aku belum memperkenalkan diri, ya?" Laki-laki itu tersenyum pada Dylan. "Perkenalkan, namaku Tanaka Utsuki! Aku kakaknya Takana."
Dylan terkejut. "Dia bilang apa? 'Kakak'? Dugaanku selama ini benar! Laki-laki itu adalah saudara kandungnya Takana! Dan..., entah kenapa, aku tidak bisa membedakan mereka! Bukan karena wajah dan bentuk mereka. Tapi, nama mereka!"
"Takana dengan Tanaka? Hmm..., sepertinya hanya dibalik huruf 'N' dengan 'K' saja, ya? Mungkin saja begitu."
"Aku tidak tahu kalau Takana punya Kakak. Kau tidak pernah bilang sebelumnya." Dylan mengakhiri pemikirannya dalam hati. Lalu tak sengaja, matanya melirik ke Takana.
Takana tersenyum padanya sambil menutup matanya. Ia tertawa kecil. "Ya..., karena aku sudah lama sekali tidak bertemu dengannya. Lama sekali!"
"Memangnya, ke mana perginya kakakmu sampai kau tidak pernah bertemu dengannya?" tanya Dylan lagi. Ia sangat penasaran.
"Hmm..., karena dia..., entahlah! Dia bilang ingin pergi. Tapi, dia tidak pernah kembali. Dan saat kami bertemu kembali, keadaannya sangat kacau. Dia terluka parah. Dan katanya, Dylan-san lah yang sudah menyelamatkan Onii-chan! Arigatou." Jelas Takana.
Lalu, ia pun menyesap air di gelasnya. Setelah itu, Takana kembali membuka mulutnya. "Ah, iya, Dylan-san? Memangnya, di mana Dylan-san bisa menemukan kakakku?"
Dylan menggeleng pelan. "Entahlah. Aku melihat dirinya berada di dalam ruangan tertutup di dalam rumah besar yang kemarin itu. Di sana, tubuh kakakmu seperti tertempel di tembok. Tubuhnya ditahan oleh tali-tali yang mengikat tubuhnya.
"Tapi tidak hanya itu yang kulihat, saat di dalam ruangan itu.... Aku juga melihat ada fotomu Takana. Juga, ada foto si anak baru yang bernama Irvan itu! Tidak hanya Takana dan Irvan, tapi ada foto yang lainnya juga. Semua orang yang tertera di foto itu memilik mata berwarna biru."
Sepertinya Dylan terlalu banyak menjelaskan. Mulutnya mulai lelah berbicara terus. Ua pun kembali melirik ke Takana. Ia terkejut. Semuanya menatap tajam padanya. Mereka mengekspresikan wajah tegang dan terlihat kaget.
"A–ada ap–"
BRUAK!
"AKH!"
Takana mendorong tubuh Dylan sampai lelaki itu terjatuh dari atas kursi. Lalu, tentakel hitam dari Tanaka menjulur ke arahnya dan langsung mengikat tubuhnya. Lalu Kakaknya sendiri menahan kakinya di lantai.
"A–apa yang mereka lakukan padaku?!"
"Beritahu kami. Di mana ruangan yang tertera banyak foto itu?!" tanya mereka bertiga bersamaan.
"Eh?!"
To be Continued-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments