"Cish! Apa yang mereka inginkan dariku?"
Dylan terkepung. Ia menduga kalau mereka itu adalah perampok di daerah tersebut. "Tapi apa yang mereka inginkan? Aku tidak bawa benda berharga. Ponsel, kah? Ah, tapi ini aja murahan dan garansinya belum lunas."
"Apa yang kalian inginkan?!" bentak Dylan pada mereka semua sambil terus melirik ke sekitar untuk berjaga-jaga jika ada salah satu dari mereka mulai menyerbunya.
"Jangan takut! Ayo ikut kami!" ujar keras salah satu dari mereka yang ada di belakangnya itu. Dylan hanya melirik. Sepertinya bukan benda berharga yang mereka inginkan. Dari pergerakannya, Dylan merasa kalau mereka semua itu ingin menangkapnya dan membawanya ke suatu tempat.
"Tapi apa tujuan mereka? Apa mereka ini adalah suruhan dari seseorang yang ditugaskan untuk menangkapku? Ck, Memangnya apa salahku?!"
"Untuk apa aku ikut dengan kalian?!"
"Tidak usah banyak bicara! Sekarang, cepat ikut kami!" salah satu dari mereka itu mulai membentaknya.
"Ah tidak jelas. Ngajak doang, tapi gak dikasih tau tujuannya!" Dylan tetap menolak.
"Ah, diam kau!" Lalu orang itu pun mulai maju. Tadinya, dia akan menangkap tangan Dylan. Tapi dengan cepat Dylan menghindarinya, lalu ia pun memukul kepala orang itu dengan buku novelnya yang memiliki halaman setebal 200 lembar.
Orang itu tidak terjatuh. Ia hanya mengeluh kepalanya sakit saja. Kalau begitu, apa boleh buat, Dylan harus melawan mereka. "Akan aku keluarkan semua jurus bela diriku yang sudah kupelajari saat les pencak silat dulu."
"Hiyaaaa!"
Seseorang mulai maju lagi dengan cepat. Dylan pun menghindar, lalu menunduk dengan cepat. Karena ia tahu, ada seorang lagi yang menyerang dari belakang. Lalu setelah orang yang dibelakangnya tadi mulai lengah, Dylan pun menendang punggungnya, dan seketika ia pun terjatuh. Orang itu menubruk temannya sendiri.
Sekarang hanya tersisah 2 orang lagi yang masih berdiri. Ke dua orang itu, akan Dylan coba untuk menyerangnya. Ia menendang dan memukul. Juga menangkis serangan dari mereka.
Sekarang serangan balasan dari Dylan untuk kedua orang itu. Ia menggenggam tali tasnya, lalu mengayunkan tas ke arah mereka. Setelah itu, ia pun mundur ke belakang dan mulai terpojok. Di sana, ia mengambil beberapa batu yang ada di bawah kakinya, lalu ia melempari mereka dengan batu-batu itu.
"Ini mudah sekali." Semuanya telah terjatuh dan sekarang, saatnya untuk kabur. Mumpung mereka semua masih terduduk di tanah. Jadi itu kesempatan Dylan untuk melarikan diri. Ia akan segera keluar dari dalam gang itu dan berlari menuju ke jalan pulang secepatnya.
Namun sebelum itu, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh sesosok bayangan hitam besar yang sempat malintas di atas kepalanya. Dylan pun menghentikan langkah dan mendongak ke langit. Tidak ada apa-apa ternyata.
BBLLZZZZTTT....
"AAAAAAKH! AA...A...."
Dylan berteriak kesakitan. Seseorang telah menusuk punggungnya dengan sesuatu dari belakang, lalu menyebarkan sengatan listrik ke sekujur tubuhnya. Rasanya seperti terbakar, dan seketika pandangannya langsung gelap.
Sebelum Dylan terjatuh ke tanah, ada seseorang yang menggenggam dan menahan tangannya. Pandangannya mulai samar dan tubuhnya mati rasa. Dylan telah diserang dengan alat pengejut bertenaga listrik (Stun Gun) yang dapat melumpuhkannya. Ia menyesal tidak cepat-cepat pergi dari tempat itu.
"Kita mendapatkannya!"
"Benar yang ini kan orangnya?"
"Iya! Jika kita sudah dapat. Kita mungkin akan lebih mudah untuk mendapatkan yang satunya lagi."
"Oh, teman perempuannya itu, ya? Dia cantik, loh~"
"Ah, sudahlah! Cepat bawa dia!"
****
Chapter 13: [ Darling. ]
****
"Namamu Takana, kan?" tanya Irvan. Mereka berdua masih di tempat yang sama. Yaitu di dalam hutan kota.
Takana mengangguk. "Iya."
"Yah, sebaiknya kau berhati-hati! Karena, aku tahu, seseorang sedang mengawasi dirimu."
Takana terkejut. "Eh?! Benarkah?"
"Bukan hanya dirimu. Tapi juga aku. Sebenarnya, para Oni jahat itu telah merasuki banyak orang dan mempergunakan mereka untuk menangkap kita para Oniroshi!" jelas Irvan.
Takana terlihat sedikit ketakutan. Karena bisa dilihat dari ekspresinya. Tapi tidak dengan Irvan. Dirinya terlihat tenang dan ekspresi wajahnya tidak pernah berubah.
"Kita hanya ditangkap oleh mereka? Tidak langsung dibunuh seperti kita memburu mereka?" tanya Takana.
"Iya."
"Tapi kenapa?!"
"Aku juga tidak tahu. Tujuan mereka masih belum diketahui."
"Hmm..., sepertinya para Oni itu mulai menyebar. Kita harus selalu memburu mereka!" tegas Takana.
"Iya. Itulah tugas dari Oniroshi. Membunuh para setan jahat itu dan menyelamatkan umat manusia." Jelas Irvan lagi.
"Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Takana kebingungan.
"Kita harus mencari partner. Untuk mempersatukan kekuatan kita dengan seorang manusia! Eh, apa kau sudah mendapatkan seorang Darling Oniroshi-mu?" tanya Irvan.
"Tidak. Belum. Eh, aku punya, sih.... Tapi dia tidak ingin menjadi Darling-ku. Bagaimana, dong?"
"Siapa memangnya?"
"Dia bernama Dylan Leviano-san!"
"Hmm..., si cowok yang tadi, ya? Tampangnya agak cuek. Apa kau yakin bisa menjadikan dia menjadi Darling-mu?"
"Iya. Karena, aku yakin! Jiwaku dengan Dylan-san pasti akan bersatu dan semakin kuat!" Takana mengepal tangannya kuat-kuat. Lalu tak lama kemudian, matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi, Dylan-san tidak mau berteman denganku! Huweee...." Takana merengek.
"Eh? Kalau sudah seperti itu, kenapa kau tidak mencari yang lain saja?"
"Karena, aku hanya ingin bersama dengannya saja."
"Tapi kan..., untuk menjadikan manusia menjadi Darling itu syaratnya harus...."
"Iya aku tahu! Tapi, jika aku melakukannya diam-diam, mungkin Dylan-san tidak akan mengetahuinya!"
"Iiishh..., kau terlalu nekat juga ternyata! Haduh...." Irvan menggelengkan kepalanya.
"Oh iya, kau sendiri apakah sudah memilik Darling?" tanya Takana.
"Sudah."
"Oh? Siapa?"
"Dia adalah... Nisa Belliana. Dia Darling-ku. Karena, aku dengannya sudah lama berteman."
****
Nisa Belliana. Gadis itu ternyata adalah Darling-nya Irvan. Saat ini, gadis itu sedang berjalan menuju rumahnya. Ia juga melewati jalan sepi yang ada di dekat rumah Dylan.
Sepertinya ia tidak melewati gang yang biasa Dylan lewati. Dia hanya melewati jalan lurus di depan gang itu saja sampai tembusnya ke perumahan.
Saat dirinya sedang berada dekat dengan gang yang biasa Dylan lewati itu, ia dikejutkan oleh mobil yang berhenti tepat di depan jalan masuk ke gang sepi itu.
Bell terdiam sejenak sambil memperhatikan mobil sedan hitam itu. Lalu tak lama kemudian, ada seseorang yang berlari dari dalam gang dan dengan cepat memasuki mobil itu. Lalu seketika, setelah orang itu masuk, mobil itu pun dijalankan dengan cepat.
Mobil itu melewati Bell. Bell sendiri terus melirik ke arah mobil yang melewatinya. Ia merasa curiga. Lalu setelah mobil itu pergi, Bell pun dengan cepat berlari dan memasuki gang sepi itu.
"Eh? Apa ini?"
Di dalam gang sepi itu, Bell menemukan sesuatu. Beberapa barang yang tergeletak di tanah. Ternyata itu adalah barang-barangnya Dylan. Di sana ada novel dan tasnya juga. Lalu yang paling berharga adalah ponselnya!
Bell memeriksa semua barang-barang Dylan dengan tujuan ia akan mencari tahu pemilik dari barang-barang itu. Di novelnya tidak ada identitas apapun. Di dalam tasnya juga tidak ada. Lalu yang terakhir, ia akan membuka ponsel. Ponselnya ternyata dikunci. Bell tidak bisa membukanya.
Ia pun menghembuskan nafas panjang. "Huh, sebenarnya ini barang milik siapa, sih?"
Bell kembali berdiri. Ia celingak-celinguk mencari sesuatu. Di sekitarnya tidak ada apa-apa. Tapi tak lama, Bell sempat melirik ke arah lain. Ia mensipitkan matanya. Ia melihat sesuatu. Lalu dengan cepat, Bell pun mendekati benda yang ia lihat itu.
Ternyata benda yang ditemukannya itu adalah sebuah kartu pelajar. Di sana tertera fotonya Dylan. Akhirnya Bell pun tahu kalau semua barang itu adalah miliknya Dylan.
"Dylan Leviano?" gadis itu bergumam. Lalu kembali menengok ke arah tas dan barang-barang yang lain. Setelah itu, ia kembali melirik ke arah foto di kartu tersebut. "Dylan Leviano. Sepertinya aku pernah melihat orang ini."
Sedikit rahasia. Sebenarnya, Bell itu adalah anak yang pelupa. Dia sering melupakan hal-hal yang sudah ia lakukan dan ia lihat hanya dalam waktu 1 jam saja. Intinya, dia itu anak yang paling pelupa di kelas.
"Siapa, ya? Aku pernah melihat orang ini! Hmm...." Bell menutup matanya dan memikirkan sesuatu di dalam bayangannya. Ia kembali mengingat hal yang ia lakukan saat beberapa jam yang lalu.
Ia memulai dari saat-saat di mana ia mengajak bicara Takana saat jam istirahat. Saat itu, ia menjadikan Takana sebagai temannya. Lalu....
"Ah! Itu dia!" Sepertinya Bell kembali mengingatnya. "Laki-laki ini adalah temannya Takana! Iya. Iya. Oh iya! Dia kan si anak No life yang gila itu.
"Iya! Ini mirip anak yang ada di kelasku. Iya, iya! Dia ini si Dylan. Eh? Tunggu dulu. Ada yang aneh di sini."
Sambil membawa kartu pelajar itu, Bell berjalan kembali mendekati barang-barang Dylan yang lain. "Dylan ada di sini, kah? Dia ke mana? Kenapa dia meninggalkan barang-barang berharganya di sini?!" Bell berpikir sejenak. Lalu ia pun terkejut. "Ah! Apa jangan-jangan, mobil dan orang yang tadi itu telah menculik Dylan?! Ini gawat!"
Sedepatnya Bell mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Lalu ia mengetik beberapa nomor, dan langsung menempelkan ponselnya ke telinga. "Aku harus menelpon Irvan!"
****
DRIING... DRIIING....
Irvan merasakan getaran di saku celananya. Ia pun duduk di atas rumput di dalam hutan itu, lalu merogoh kantung celananya. Ia mengambil ponsel miliknya. Telpon dari Bell!
"Maaf, ya. Darling-ku menelpon!"
"I–iya. Tidak masalah!" Takana tertawa kecil.
Irvan menjawab panggilannya. "Halo?"
[ Irvan! Ini bahaya! Temanku diculik orang jahat! ]
"...!!" Irvan terkejut. Karena mendengar suara Bell yang tiba-tiba berteriak di telinganya. Ia sedikit menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Siapa?" Irvan mulai menyahut.
[ Intinya dia teman sekelasku. Namanya..., hmm..., bentar, aku cek dulu! Aku lupa namanya! ]
"Eh? Teman sendiri lupa?" gumam Takana.
Irvan membisukan ponselnya. Lalu ia pun berbisik pada Takana. "Bell itu anaknya memang pelupa. Paling cepat, 1 menit. Paling lama 1 jam. Dia selalu melupakan segala hal."
Takana mengangguk paham sambil menahan tawa. Lalu, setelah itu, Bell pun kembali berbicara. [ Oh iya, Van! Namanya itu Dylan Leviano! Dia teman sekelasku! Tolong dia! ]
Seketika Irvan dan Takana pun terkejut. Irvan melirik ke arah Takana. Ekspresi Takana seketika berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Takana terlihat marah.
"Dylan-san! Aku harus menyelamatkan Dylan-san!" teriak Takana. Lalu ia berbalik badan dan secepatnya melompat tinggi ke udara. Ia pergi begitu saja.
Namun tak lama, dia kembali lagi pada Irvan. Takana tersenyum padanya. "Oh iya, aku lupa pamit. Eh, aku pergi dulu ya? Dadah!"
Setelah itu, Takana pun pergi. Irvan hanya menatap Takana seperti biasa saja. Lalu ponsel yang ia pegang itu kembali mengeluarkan suara si Bell.
[ Irvan, siapa yang ada di dekatmu? ]
"Oh, itu hanya Takana. Dia... juga seorang Oniroshi. Orang yang bernama Dylan yang kau bilang tadi itu adalah Darling-nya Takana." Jelas Irvan.
[ Takana?! Eh? Benarkah? Kalau begitu, kita harus cepat menyelamatkan Darling-nya itu! ]
"Iya. Ayo kita pergi. Kau ada di mana sekarang?"
[ Akan aku kirim alamatku. ]
****
"Dylan-san, maafkan aku! Aku tidak bisa melindungimu! Aku terlalu payah. Sekarang juga, aku akan menebus semua kesalahanku! Aku akan menyelamatkanmu!"
"Oh iya, tapi sebelum itu, aku juga harus meminta bantuan Nee-chan!"
Sambil terbang di langit, Takana mengeluarkan ponselnya. Ia akan menelpon Fely yang berada di rumah.
****
DRRRTTT... DRRTTTT....
"Eh, kaget aku! Siapa sih yang menelpon?"
Fely sedang menggunakan earphone-nya dan memasang lagu di kamar mandi. Sebenarnya ia sedang buang air besar. Lalu tiba-tiba saja nada dering telpon yang suaranya keras itu pun berbunyi. Siapa sih yang tidak kaget kalau seperti itu?
Fely melihat layar ponselnya. "Eh? Takana? Mau apa dia?"
TUT!
"Hei, Takana! Kau tahu aku sedang ngapain, nih?! Tiba-tiba telpon, kaget tau aku!" Fely membentak.
Takana tidak mempedulikannya. Seketika ia pun mengalihkan perkataan .Fely itu. [ Kak Fely! Sebenarnya, Dylan-san diculik orang jahat! ]
Wanita itu pun kembali terkejut. "Apaaa?!"
****
To be Continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dante Junior
ceritanya bagus nggak ngebosenin
2020-06-28
2
..
hmm, jadi keinget ama darling in the franXX😂😂😂😂🙃
2020-04-22
2