"Dylan-san, chotto!" teriak Takana yang ada di belakang Dylan.
Namun Dylan tetap tidak mempedulikannya. Ia selalu melangkahkan kaki dengan cepat. Kalau perlu, ia bisa saja berlari dari Takana. Yang penting, ia tidak akan bertatapan dengan orang Jepang itu lagi. Tak peduli mau berapa banyak gadis itu terus meneriaki dan memanggil namanya. Pokoknya, Dylan ingin menjauh darinya.
Lalu, pada saat di depan kelas 2-B, tepatnya pada lantai 2, Takana berhasil mendapatkan tangan Dylan dan langsung menariknya. Langkah mereka berdua pun terhenti.
"Kau mau apa lagi, sih?!" bentak Dylan padanya.
"Dylan-san, mau ke mana? Kenapa meninggalkanku? Bukankah kau temanku?"
Dylan menghela napas pelan, lalu melirik ke arah Takana yang ada di hadapannya itu. "Satu, aku mau pergi karena aku muak dengan kelakuanmu tadi. Dua, ini hidupku, jadi ... suka-suka aku lah! Dan tiga, aku ini bukan temanmu. Kita tidak berteman!" Ia menarik tangannya dari genggaman Takana secara paksa.
"Jadi, tinggalkan aku sendiri!"
Dylan kembali melangkahkan kakinya. Kembali pergi menjauh dari Takana. Setelah ia pergi, Takana hanya diam saja di tempatnya dengan wajah yang masam. Tapi sepertinya, Takana tidak akan menyerah. Dia melangkahkan kakinya lagi dan kembali mengejar Dylan.
Namun sebelum itu, ada seseorang di belakang Takana yang tiba-tiba menarik tangannya. Takana terkejut dan langsung menengok ke belakangnya.
Ah, itu Kei!
"Si–siapa anda?" tanya Takana.
"Hai! Jangan takut. Aku cowok tampan yang tadi, loh!" Jawab Kei sambil mengulurkan tangannya. "Namaku Kei Sebastian."
"Umm... aku, aku Takana. Takana Utsuki."
"Namamu bagus sekali. Aku menyukainya."
"Iya. Anda juga sama."
Takana terlihat ragu-ragu sekali. Karena cowok yang ada di depannya itu benar-benar menghalangi jalannya. Ia selalu melirik ke Dylan yang sedang berjalan menjauh. Kemudian lelaki itu berbelok ke kanan. Takana benar-benar ingin menyusulnya.
"Biar aku ceritakan sedikit tentangku," ujar Kei dengan percaya diri. "Jadi, aku ini adalah orang paling populer di sekolah ini. Aku jago basket dan olahraga lainnya. Wajahku juga tampan. Makanya aku memiliki banyak pengemar cewek. Tapi tenang saja, aku hanya menyukaimu, Takana. Nah, sekarang ... eh?!" Kei kembali membuka matanya dan terkejut. Ternyata Takana yang tadinya ada di hadapannya itu menghilang entah ke mana.
Ia tidak tahu Takana pergi ke mana. Lalu, Kei pun pergi mencari Takana lagi.
Takana sendiri masih mengikuti Dylan. Dia membututinya dari belakang. Tanpa sadar, Dylan benar-benar tidak bisa melihat keberadaannya. Dia seperti hantu. Bisa dirasakan keberadaanya, tapi tidak bisa dilihat wujudnya dengan mata.
****
Chapter 3: [ Pulang sekolah bersama Takana ]
****
Pulang sekolah–
Lagi-lagi, Dylan pulang sendirian. Tanpa teman dan orang lain. Sebenarnya, ia tidak suka memiliki teman, tapi ia sangat membutuhkan seorang teman. Hidupnya memang aneh!
Membaca buku sambil berjalan itu seru. Tapi, tetap saja Dylan harus memperhatikan sekitar agar tidak menabrak benda atau orang lain.
Buku yang ia baca itu adalah Novel yang terinspirasi dari Anime kesukaannya. Biasanya ia menyebutnya dengan Light Novel. Entah kenapa ia membeli Novel itu, padahal ia sudah mengetahui isi cerita di dalam Novelnya dari Anime-nya.
Saat ini, pasti tepat di belakangnya, ada perempuan Jepang itu yang sedang mengikutinya. Dylan semakin geram dengan sikapnya yang selalu membututinya. Kenapa sampai segitunya dia ingin mendekati dan menjadi temannya Dylan?
"Risih sekali. Rasanya, aku ingin melempar Novel ini tepat di depan wajahnya." Gerutu Dylan dalam hati.
Kembali fokus membaca Novel saja. Eh, tapi tiba-tiba ada yang memegang pundak Dylan. Lelaki itu tersentak. Pasti Takana. Lalu dengan cepat, Dylan langsung saja memukul orang yang ada di belakangnya itu dengan buku novel.
"Aduh!"
"Eh? Suara laki-laki? Jadi bukan Takana?"
"Ah, apa yang kau lakukan?!"
Itu Kei!
Dylan telah memukul murid popular di sekolah dan yang lebih parahnya lagi, banyak murid lain yang melihat kejadian itu. Mereka mulai membicarakannya lagi.
"Ma–maaf!"
Dylan harus cepat pergi. Ia mundur perlahan, lalu dengan cepat, ia berbalik badan dan berniat untuk meninggalkan Kei yang masih terduduk di tanah.
"Eits! Kau tidak boleh pergi semudah itu."
Langkah Dylan tiba-tiba terhenti. Ada seseorang baru saja menahan tubuhnya. Orang itu adalah Bodyguard-nya Kei. Dia menggenggam kedua tangan Dylan, lalu melipatnya ke belakang. Ia merasakan sakit. Seperti tulangnya yang bergeser.
"Aduh, kenapa aku harus ditahan di sini, sih?"
Kei Kembali berdiri. Lalu, dia berjalan ke arah Dylan. "Hei, kau sangat keterlaluan, ya? Pertama, kau merebut pacarku dan sekarang, kau berani memukulku di depan semua orang. Tidak bisa dipercaya!"
BUK!
"Akh!"
Kei menerjang perut Dylan. Ia merasa kesakitan. Ia kembali membuka mata, secara perlahan melirik ke arah Kei. Lelaki yang lebih tinggi dari Dylan itu mengekspresikan wajah marah, tapi ia masih sempat-sempatnya untuk senyum. Senyum yang terlihat keji. Senyum yang menyeramkan dengan tatapan mata sipitnya yang tajam.
Kedua tangan Dylan masih ditahan ke belakang. Tidak bisa bergerak dan hanya bisa merintih kesakitan. Lalu sekali lagi, Kei kembali menonjok perutnya. Seketika ia memuntahkan darah dari mulut..
"Sudah cukup. Lepaskan dia!" perintah Kei pada Bodyguard-nya.
"Baik."
Akhirnya mereka melepaskan Dylan. Lelaki itu terbatuk-batuk di tanah sambil terus mengerang kesakitan pada perutnya.
Setelah itu, Kei berdiri di hadapannya. "Sekarang, kau jangan macam-macam padaku. Aku mengawasi dirimu ...."
BUAK!
"ONI! ONI! ONI! "
"A–aduh! Aduh!"
Eh, Takana! Dia datang dan langsung memukuli kepala Kei berkali-kali. Kei berusaha untuk memberontak. Melepaskan diri dari Takana yang sedang duduk di atas pundaknya itu.
"Hei, Takana, apa yang kau lakukan?!"
Dylan mengelap darah di bibirnya, lalu mengambil tas dan kembali berdiri. Semuanya memperhatikan keributan yang disebabkan oleh Takana dan Kei itu.
Kei tersungkur ke tanah. Setelah puas memukuli Kei, Takana kembali diam. Tapi lagi-lagi, saat Dylan perhatikan, wajahnya masih terlihat tegang dan ketakutan. Lalu setelah itu, Takana melirik ke arah Dylan. Gadis itu tersenyum padanya. Kemudian berlari ke arah Dylan. Berdiri di depannya. Perlahan, kaki Dylanmulai melangkah mundur untuk menjauh karena takut kena pukul juga.
"Onii-chan! "
"Eh, astaga!" Dylan tersentak.
Tiba-tiba saja gadis itu mengeluarkan suara seimut itu. Membuat pipi Dylan sedikit merona.
"Onii-chan, ayo kita pulang!" ajak Takana.
"Eh, apaan sih? Memangnya kita serumah? Kau ini!" Dylan pergi meninggalkannya. Takana berlari kecil. Ia lagi-lagi mengikutinya dari belakang.
Kei kembali berdiri. Dia menatap ke arah Takana. Ia tidak percaya kalau Takana itu telah memukulinya dan sekarang dia (Takana) malah pergi mengikuti orang lain.
"Sudahlah, menyerah saja. Cewek itu sudah punya orang yang dia suka." Ledek salah satu temannya Kei.
"Apa yang kau bicarakan? Aku Kei. Kei Sebastian! Aku tidak akan bisa membiarkan cewek itu bersama cowok lain. Takana harus jadi milikku. Titik. Gak pake koma!" bentak Kei. Lalu dia berjalan cepat menuju mobilnya, dengan ditemani oleh seorang Bodyguard-nya.
****
Dylan merasa risih. Gadis itu selalu saja mengikutinya. Entah apa maunya dia, Dylan belum tahu. Tapi setiap ia bertanya, gadis itu hanya menjawab dengan jawaban yang tidak ia mengerti artinya. Sangat membingungkan.
Dylan pun melewati tempat yang sepi itu lagi. Apakah Takana masih mengikutinya?
Tanpa menoleh ke belakang, Dylan memperlambat langkahnya. Suara langkah kaki Takana masih terdengar. "Aish! Dia masih saja membututiku." Dylan semakin kesal padanya. Secepatnya, ia berbalik badan.
"Takana, kenapa kau mengikutiku terus, sih? Aku mau pulang ke rumahku!" bentak Dylan.
"Tapi, rumahku juga di dekat sini. Jadi, kita bersama saja."
"Ah! Jadi, di mana rumahmu?" tanya Dylan tidak percaya.
"Di sana." Takana menunjuk.
"Di sana mana? Di sana hanya ada banyak rumah kosong. Tidak mungkin kau tinggal di tempat itu, kan?"
Takana sepertinya tidak mengerti. Dia pun membuka buku kecil yang berisi terjemahan bahasa Indonesia itu. Dylan mendesah berat, lalu menggelengkan kepalanya ke bawah.
"Sudahlah Takana, kau jangan ikuti aku terus. Aku merasa tidak nyaman. Berhentilah mengikutiku." Kali ini Dylan akan berusaha untuk bersikap lebih lembut padanya.
"Ta–tapi..., watashi wa–"
"Watashi, watashi lagi... sudahlah. Jangan bicara bahasa Jepang di depanku. Aku tidak mengerti maksudnya." Dylan mendorong gadis itu lalu memojokkannya tembok pagar rumah kosong di dekat tempat mereka berada.
"Sudah, ya? Kau bukan saudaraku, bahkan, kau bukanlah temanku. Jadi, jangan mengikutiku terus. Aku juga belum terlalu mengenalmu. Padahal kita baru saja bertemu. Berhentilah mengikutiku!"
Dylan merogoh kantung celana, lalu mengeluarkan sesuatu dan memberikannya pada Takana. "Ini! Jika kau ingin pengembalian uangmu atas komik yang sudah kau berikan kemarin untukku, maka aku akan mengembalikan uangmu. Ambil ini! Sekarang kita impas, dan tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi."
Tanpa berkata apa-apa lagi, Dylan pun langsung kembali melangkahkan kakinya. Pergi meninggalkan Takana yang masih menatapnya dengan mata yang membulat dari depan tembok pagar rumah itu. Sepertinya perempuan itu tidak mengerti dengan perkataannya tadi. Saat Dylan memojokkannya, dia tidak sempat untuk menerjemahkan kata-kata lelaki itu.
Takana melirik ke arah tangannya yang sedang menggenggam uang bernilai Rp50.000,- itu. Lalu setelah itu, ia kembali menengok ke arah Dylan. Ia melebarkan matanya. Dia tidak melihat lelaki itu lagi. Dylan ternyata sudah berbelok. Memasuki gang lain.
Takana sedikit melangkah. Lalu secepatnya dia menengok ke atas. Di matanya, ia melihat sebuah bayangan hitam yang terbang di atasnya. Takana pun pergi mengejar bayangan itu dengan tergesa-gesa. Gaya larinya sangat cepat.
Sambil berjalan, Dylan kembali membaca Novel yang ia miliki tadi. Lalu tak lama kemudian, ia mendengar suara langkah kaki yang sedang berlari cepat ke arahnya. Dylan pun menengok ke belakang. Ternyata tidak ada siapapun. Lalu, ia kembali berbalik dan terkejut.
Tiba-tiba saja, sosok Takana ada di depan matanya.
Dia sangat dekat. Tadinya Dylan akan memukul gadis itu dengan buku novel, tapi ia malah mengurungkan niat dan memilih untuk membentaknya.
"Takana! Kau ini ya? Masih saja mengikutiku!"
Namun kali ini, Takana hanya diam saja. Dia menatap Dylan dengan pandangan kosong. Sepertinya tidak.
Dia menatap sesuatu yang ada di belakang Dylan. Pandangannya pun berubah dengan ekspresi yang sedikit tegang dan ketakutan. Lalu mendadak, ia terkejut. "Dylan-san! Tiarap!" teriak Takana tiba-tiba.
Takana langsung menarik tangan Dylan ke bawah, dan seketika tubuhnya terbanting ke aspal. "Sakit ... Ada apa dengan perempuan itu, sih?" gumam Dylan yang hendak ingin bangun kembali.
"Takana, apa yang kau ...."
WUUUUSHHH....
Dylan terkejut. Tiba-tiba saja, muncul angin yang sangat kuat. Angin yang kencang, ditambah dengan langit yang tiba-tiba jadi mendung dan gelap.
Dylan hampir terbawa terbang karena kuatnya angin di sana dan buku novelnya yang terjatuh pun terus membulak-balikan halamannya karena angin kencang itu. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi hal itu membuatnya sedikit takut.
"Dylan-san! Ayo ikut aku. Di sini berbahaya!" Takana menarik tangan Dylan lagi dan mengajaknya berlari pergi.
Namun Dylan tidak bisa meninggalkan novelnya yang tergeletak di sana. Ia ingin mengambilnya. Dylan pun melepaskan tangannya dari Takana dengan paksa. Lalu setelah itu, ia berlari menghampiri bukunya yang tergeletak di sana.
"Dameee!" teriak Takana. "Jangan sentuh buku itu!"
Dylan tidak peduli dengan perkataan Takana. Pokoknya, ia akan membawa pulang Novel miliknya itu. "Novel itu kan mahal. Aku tidak mau menyia-nyiakan uangku." Batin Dylan. "Lagipula aku belum selesai membacanya."
Dylan mengambil kembali buku novelnya. Tapi tiba-tiba saja, sesuatu keluar dari dalam sampul novel itu. Ada bayangan hitam berasap telah menyentuh tangannya. Dylan akan menjatuhkan buku itu kembali ke tanah, tapi sayangnya tidak bisa. Bayangan hitam itu sudah melekat di tangannya.
"Apa-apaan ini?! Aku tidak bisa bergerak!"
"AAAAAAKH!" Dylan berteriak kesakitan. Tangannya terasa terbakar di sekitar munculnya asap hitam itu.
"Hati-hati Dylan-san!" Takana berlari menghampirinya untuk menolong. Dia mengepal tangannya, dan seketika tangannya itu mengeluarkan cahaya berwarna biru yang terang. Lalu Takana mengayunkan tangannya itu dengan kuat ke tangan Dylan. Lelaki itu pun terjatuh ke tanah dan Takana terlempar jauh ke atas langit.
Dylan akhirnya bisa kembali bergerak lagi dan bayangan hitam itu menghilang. Ia mundur perlahan, menjauh dari buku novelnya sambil mendongak ke atas mencari Takana.
"Apa? Takana hilang di langit? Dia ke mana?!"
TAP!
Dylan mendengar langkah kaki. Ada seseorang di belakangnya. Secara perlahan, Dylan menengok ke belakang dan betapa terkejutnya ia, tiba-tiba saja Takana ada di belakangnya. Takana tersenyum padanya. Lalu dia berjalan sambil melompat-lompat kecil ke arah Dylan dengan senangnya seakan tidak terjadi apa-apa.
Namun sebenarnya bukan ke arah Dylan. Dia ingin mengambil buku novel milik lelaki itu. Setelah diambil, Takana langsung memberikan buku itu pada Dylan. Dylan menerimanya dengan hati-hati. Setelah ia pegang novel itu, Dylan tidak merasakan apa-apa lagi. Sepertinya buku itu kembali aman.
Takana membungkuk kecil, kepalanya mengarah kepadanya. Ia tersenyum. "Watashi wa anata no hogo yujin desu!"
Lagi-lagi ungkapan itu yang ia katakan. Entah apalah artinya, Dylan masih belum mengetahuinya. Mungkin, nanti saja saat ia sudah di rumah, ia akan mencari tahu terjemahannya.
Takana kembali membuka buku terjemahannya. Dia pun membuka mulutnya. "Emm ... sekarang, apa kita bisa berteman?"
Dylan mengerutkan kening. "Itu lagi. Itu lagi! Kan sudah aku bilang, aku tidak ingin menjadi temanmu. Jadi, kau pergilah dari sini!"
Dylan terdiam sejenak sambil memikirkan sesuatu. Lalu, matanya kembali melirik ke Takana. "Hmm ... tapi, kalau kau mau menjadi temanku, dengan satu syarat!"
"Nani?"
"Aku harus tahu apa itu artinya 'watashi wa anata no hogo yujin' itu. Bagaimana? Syaratnya cukup mudah, kan?"
"Ehmm, bagaimana, ya? Ah! Saya tidak bisa melakukannya."
"Kenapa gak bisa?"
"Karena ... itu rahasia saya!"
"Kalau rahasia, kenapa kau malah mengungkapkannya pada orang lain?"
"Ah! Itu ... aaaarggh!" Takana menggeleng-geleng sambil mengacak-acak rambutnya. "Saya tidak tahu!"
"Hmm..., baiklah kalau begitu! Kamu tidak usah menjadi temanku. Kau telah membuang waktuku. Aku pulang saja. Jangan mengikutiku lagi!" tegas Dylan.
Dylan pun berbalik badan, lalu berjalan ke arah jalan pulangnya sambil membaca novelnya lagi. Takana hanya terdiam saja sambil menatap Dylan yang sedang berjalan menjauh darinya dan menghilang.
Takana menundukkan kepalanya. Walaupun Takana sudah Dylan peringati untuk tidak mengikutinya lagi, Takana tetap nekat. Entah apa tujuannya untuk mendekati Dylan, intinya dia benar-benar ingin selalu melihatnya.
Takana kembali melangkahkan kakinya. Sepertinya dia baru saja memikirkan ide bagus. Apa yang sedang direncanakan Takana sekarang?
*
*
*
To be Continued-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Friska Petra
Aku suka ceritanya thor.. ada unsur2 jepangnya gtu.. 😊
2020-09-05
0
Mei Narta Boru Regar
aku suka ceritanya thor.. semangat yahhh
2020-08-21
0
Ev-
hallo kak aku mampir semangat terus!!!, jangan lupa datang ke karyaku ya... salam ordinary life❤
2020-08-17
0