"A–aku bisa jelaskan ini!"
"Heeeh? Apa yang mau dijelaskan? Sudahlah. Ayo kita makan es krim bersama!" Fely pergi meninggalkan kamar Dylan. Ia berjalan langsung ke meja dapur.
Dylan dan Takana saling melirik. Lalu Dylan mengerutkan kening. "Kau jangan berani macam-macam padaku, ya! Untung saja kakakku tidak marah!"
"Ma–maaf! Aku tadi tersandung."
Dylan kembali berdiri, lalu sedikit bergumam. "Ceroboh sih!"
Dylan membuka lemari pakaiannya. Lalu memilih satu pakaian yang akan ia berikan pada Takana. Lebih tepatnya, hanya meminjamkannya saja.
"Ini! Pakailah baju yang benar. Sekarang aku akan keluar." Dylan berjalan meninggalkan kamarnya dan menutup pintu. Takana yang masih ada di dalam kamar pun langsung memakai bajunya dengan cepat. Lalu ikut Dylan keluar.
****
Chapter 11: [ Takana yang Sebenarnya ]
****
"Apa yang kakak beli?" tanya Dylan sembari berjalan mendekati kakaknya.
"Tentu saja es krim! Seperti biasa. Ini kesukaanmu." Fely memberikan Dylan makanan dingin itu dalam mangkuk kecil. Rasa strawberry. Iya. Itu kesukaannya Dylan. Tapi sebenarnya ia lebih menyukai coklat.
"Terima kasih!"
Dylan duduk di atas kursi yang ada di depan kakaknya. Ia membuka penutup es krimnya. Tapi, sebelum ia memakannya, ia ingin bertanya satu hal pada kakaknya.
"Oh ya, kak?"
"Hm?"
"Apa kakak tahu kalau sebelumnya, Takana itu adalah anak cowok?"
"Hmm..., sudah lah!"
"Eeeh?! Bagaimana kakak bisa mengetahuinya?!"
"Eh? Hm..., bagaimana ya?"
"Onee-chan mengintip saat aku sedang mandi!" Takana tiba-tiba muncul di samping Dylan. Lelaki itu sangat terkejut.
"Kenapa perempuan..., eh! Cowok itu selalu muncul tiba-tiba di dekatku, sih?!" batinnya geram.
Lalu Dylan kembali melirik ke Fely. "Hah? Kakak mengintip? Tidak sopan!" gerutunya sambil memakan es krim, lalu membuang muka.
"Eeeh?! Bukan seperti itu! Kakak tidak tahu kalau Takana sedang ada di dalamnya!" Fely menggeleng cepat. Lalu setelah itu, ia menengok ke arah Takana. Ia memberikan es krim coklat pada Takana. Dylan tersentak saat melihat Fely memberikan es krim coklat itu.
"Eeeh?! Kakak curang! Kenapa aku diberi rasa strawberry? Aku kan sukanya rasa coklat!" bentak Dylan tiba-tiba.
"Apa? Eh, kan biasanya kau selalu mau rasa strawberry." Fely menggaruk kepalanya karena bingung.
Takana sedikit menunduk. Ia melirik ke arah es krim coklat yang ia pegang itu. Lalu Takana kembali menengok ke arah Dylan. Ia memberikan es krim coklat itu kepada lelaki itu.
"Ini untuk Dylan-san saja kalau mau. Ayo kita tukeran!" kata Takana.
"Eh? Benar? Tapi es krim strawberry nya tinggal setengah. Tidak apa-apa?"
"Baiklah. Tidak apa-apa, kok!"
"Oke!"
Dylan memberikan es krim strawberry nya pada Takana, lalu mengambil es krim coklat nya. Itu cara Dylan untuk mendapatkan es krim yang lebih banyak. Es krim coklat milik Takana kan belum dimakan, bahkan belum dibuka sama sekali. Itu berarti, isi es krimnya masih banyak. Sedangkan, es krim strawberry-nya tinggal sedikit.
Jadi ia tukar saja dengan yang lebih banyak. Dylan bisa saja memanfaatkan kepolosan Takana untuk kesenangan dirinya.
Sambil makan, Dylan memikirkan sesuatu. Lalu, tak lama kemudian, Fely kembali berbicara pada Takana.
"Oh iya, Na! Sebaiknya, kamu jangan berpacaran dengan Kei. Dia itu kan laki-laki." Kata Fely.
"Dih, tapi aku masih tetap mau menjadi pacar Kei-san!"
Dylan terkejut mendengar perkataan Takana dan nyaris tersedak es krimnya. "Eh?! Kau berpacaran dengan Kei?!" tanyanya tidak percaya.
"Iya. Kei yang minta pacaran padaku." Jawab Takana santai.
"Takana, kau tidak boleh berpacaran dengan orang sesama jenismu." Timpal Fely.
"Maksud Nee-chan apa?" Takana menelengkan kepalanya.
"Nih! Dengar, ya Takana, pacar itu adalah teman dekat yang memiliki hubungan percintaan dan saling menyayangi. Bisa disebut juga kekasih. Berpacaran itu hanya boleh laki-laki dengan pasangannya, yaitu perempuan. Intinya, harus lawan jenis! Kalau Takana dengan Kei itu berarti sesama jenis dong. Pacaran sesama jenis itu tidak boleh, Takana." Jelas Fely.
Takana terkejut. "Eh? Tapi kata Kei..., pacar itu artinya teman."
Fely mengangguk. "Iya, memang teman! Tapi lebih dari sekedar teman biasa. Kalau Takana dan Kei berpacaran, maka itu disebut dengan... Gay. Nge-gay itu tidak boleh!"
"Eeeh?! Kalau aku tahu dari awal kalau Pacaran itu adalah 'kekasih', maka aku akan menolak Kei! Haduh, bagaimana ini?!" Takana panik sendiri.
"Tidak apa. Kau bisa bicara langsung pada Kei. Katakan, kalau kau itu sebenarnya laki-laki." Kata Fely.
"Hmm..., kenapa Kei mau saja dengan Takana. Apa dia mau nge-gay?" Dylan jadi bingung dengan pemikiran orang yang mau sama Takana itu.
"Mungkin saja, Kei menganggap Takana itu adalah perempuan yang cantik. Tapi sebenarnya, Takana itu adalah seorang laki-laki. Haha...." Fely terkekeh.
Dylan memasang wajah melasnya. Lalu setelah itu, ia kembali menengok ke arah Takana dan bertanya, "Kenapa kau mau menjadi perempuan?"
"Oh, ini hanya untuk pe–"
"Dia hanya ingin main-main saja, kok!"
Dylan tersentak saat tiba-tiba Fely menutup mulut Takana untuk menghentikan perkataannya itu.
"Eh? Ada apa dengan kalian?" Dylan mengerutkan kening.
"Tidak ada apa-apa, Dylan! Takana ini kan anak nakal. Dia pernah bilang padaku, kalau dirinya ini sedang mencoba-coba untuk menjadi cewek. Iseng aja nih anak! Hehe..."
Dylan terdiam. Tapi kalau saat ia perhatikan, Takana dan Kakaknya seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dylan jadi ingin mencaritahu.
"Oh iya, Takana! Hentikanlah penampilanmu. Jangan jadi cewek lagi, ya! Ayo ikut aku. Aku akan memotong rambutmu dan merubahmu menjadi cowok lagi!" Fely menarik tangan Takana ke dalam kamarnya.
Semuanya telah pergi. Dylan sendirian lagi di dapur. Lalu ia pun menghabiskan semua es krimnya.
"Dylan jangan sedih! Kwak! Jangan sedih, Dylan!" Suara coki mulai terdengar. Dylan sadar kalau ia sudah lama tidak mendengar burung itu mengoceh dan mengajaknya bermain.
Dylan pun beranjak dari kursi. Lalu ia berjalan menghampiri si Coki. Ia membuka kandangnya. Lalu, rantai yang ada di kaki burung dilepaskan. Setelah itu, ia mengeluarkan Coki dari dalam kandangnya.
Tenang saja, burung itu tidak akan kabur. Karena Dylan sudah lama memilikinya, dan ia pun mulai jinak dan bisa mengenali majikannya.
Itulah kebiasaan yang sudah lama tak Dylan lakukan. Dulu saat ia sedang bosan, Dylan pasti akan bermain dengan si Coki. Berbicara sendiri dengan burung itu dan kadang, ia juga bermain di taman dengannya.
Namun itu masa kacilnya. Dari depan teras belakang rumah, Dylan melihat bayangan dirinya saat masih kecil. Ia yang sangat bahagia. Berlari dan bermain di taman itu.
Lalu ia pun menengok ke samping kiri. Di sana, ia melihat bayangan kedua orang tuanya yang telah tiada. Mereka tersenyum melihat dirinya yang bahagia.
Lalu tak lama kemudian, bayangannya itu menghampiri kedua orang tuanya. Mereka berdua memeluk sosok Dylan kecil dan mengelus rambutnya sambil tertawa. Dylan sayang sekali dengan kedua orang tuanya.
"Dylan sayang. Kalau sudah besar, jadilah anak yang baik, ya, nak? Selalu tersenyum dan dapat menolong orang lain!" Itu ucapan Ibunya yang masih bisa ia dengar dan diingat.
"Selalu tersenyum, ya?" Dylan yang saat ini menundukkan kepala. Ia mencoba menggerakkan sedikit bibirnya. Entah apa yang ia lakukan saat ini.
"Ta-daa~ Dylan-san, lihatlah! Aku..., Eh? Dylan-san, kau tersenyum?!" Takana mengejutkan lelaki itu. Dengan cepat, ia memegang kedua pipi Dylan dan menatapnya.
Dengan cepat, Dylan langsung membuang muka dari Takana. Pipinya sedikit memerah. "Aku tidak tersenyum!"
"Jangan bohong! Aku lihat ekspresi mu yang tadi. Kau benar-benar tersenyum? Kawaii sekali!" Takana mencubit-cubit pipi lelaki itu.
"Sudahlah kau diam saja!"
"Eh, Dylan-san! Bagaimana penampilanku?" tanya Takana sambil mengeluarkan beberapa pose.
"Biasa saja." Dylan menjawabnya dengan ekspresi datarnya.
Sekarang Takana sudah terlihat seperti anak laki-laki. Rambut putihnya itu sudah dipotong jadi pendek. Menjadi seorang laki-laki. Dan wajahnya yang imut jadi mirip seperti Shota yang berarti anak laki-laki yang imut.
Kalau sudah seperti itu, lalu bagaimana ekspresi semua anak di kelas saat melihat penampilan Takana yang baru?!
****
Keesokan harinya-
"Ohayou gozaimasu! Namaku Takana Utsuki. Berasal dari Jepang. Salam kenal semuanya!" Takana membungkuk di hadapan semua murid saat di depan kelas.
"Eeeeeh?! Dia jadi laki-laki?!"
Dylan sudah menduga kalau semuanya akan terkejut. Hari ini, Takana memulai kehidupan sekolahnya dari awal lagi. Dia memperkenalkan diri seolah dirinya adalah anak baru di kelas itu.
****
To be Continued-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
GLB
bau" fujo hm..
next dulu akh~😆
2019-10-17
1