"Hah!"
Dylan membuka mata dengan cepat. Ia langsung bangun terduduk dan melihat ke sekeliling. Ada beberapa benda yang tidak asing di sekitarnya dan juga di samping ia melihat ada Dakimakura miliknya.
"Tunggu dulu..."
Dylan celingak-celinguk kebingungan sendiri. Sekarang ia tahu! Kalau sebenarnya, ia berada di dalam kamarnya sendiri. Sekarang, ia berada di atas tempat tidur.
"Kenapa aku ada di sini?" Dylan bergumam. Ia benar-benar bingung. Karena, yang ia ingat sebelumnya, ia sedang berada di sekolah. Tepatnya, ia sedang duduk termenung di taman samping kantin. "Lalu setelah itu ... kenapa mendadak, aku ada di sini?"
"Lalu... seragam sekolahku?" Dylan memeriksa tubuhnya. "Eh! Aku sudah berganti pakaian?! Siapa yang telah menggantinya? Dan kenapa aku bisa tertidur di kamarku sendiri. Aaah! Apa yang telah terjadi?! Aku tidak ingat semuanya!"
Dylan berpikir mungkin ia sudah pulang dari sekolah. Lalu saat sampai di rumah, ia langsung mengganti pakaian dan tertidur di atas tempat tidurku.
"Huh, mungkin saja seperti itu." Dylan menghela napas panjang. Kepalanya terasa sedikit pusing dan ia ingin buang air.
****
Chapter 8: [ Pemikiran Dylan ]
****
Secepatnya, Dylan keluar dari kamar, lalu berlari menuju kamar mandi. Saat sampai di sana, ia membuka pintu kamar mandinya.
"Eeehhh?!"
"Ah, Dylan-san, ada di sini?"
BRAK!
Dylan langsung menutup pintu kamar mandinya. Lalu, dengan wajah memerah, ia pun berjalan cepat menjauhi kamar mandi.
Lagi-lagi ia melihat tubuh Takana tanpa busana. "Ah! Kenapa aku tidak pernah tahu kalau Takana suka menetap di kamar mandiku?!"
Dylan akan kembali ke kamarnya. Tapi saat ia sedang berjalan, tiba-tiba saja ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh menabrak pintu kamar kakaknya. Pintu itu terbuka, dan dirinya pun jatuh ke lantai.
"Aduh..., sakit!"
Dylan mengusap-usap kepalanya, lalu kembali membuka mata. Tak lama kemudian, ia dikejutkan oleh sosok seorang wanita yang muncul di hadapannya. Matanya tersentak kaget. Lalu, secepatnya, ia pun kembali bangun.
Dylan benar-benar terkejut. Karena, wanita yang ia lihat itu adalah Kakaknya sendiri!
Namanya Natash Felyshia. Dia kakak Dylan satu-satunya. Kakak perempuan yang ia anggap paling menyebalkan. Saat ini, umurnya 22 tahun. Ia belum menikah, tapi dugaan Dylan sepertinya ia sudah mempunyai pacar di luar sana. Kerja sebagai dokter di rumah sakit yang ada di luar kota.
"Apa yang kau lakukan di kamarku, adik kecil?" Kak Fely terkekeh.
Dylan mengerutkan kening. "Sudah kubilang, aku ini sudah bukan anak kecil lagi, kaaak!"
Dylan pun berbalik badan. Sekali lagi, ia dikejutkan oleh kehadiran Takana di depannya. Ia berdiri di depan pintu kamar Fely entah sejak kapan. Untung saja, dia sudah memakai baju biasanya. Yaitu, Sweater pink dengan corak bentuk love dan gambar kucing yang bertulisan "Nyan Neko".
"Eh! Takana! Anu... itu... Kakakku...."
"Tenang saja, Dylan. Kakak tahu kalau Takana tinggal di sini sekarang." Kak Fely merangkul tubuh adiknya.
Dylan mengangguk pelan. Kemudian terkejut. "Oh..., eeehh?! Ka–kalian sudah saling kenal?!"
"Ya, Dylan-san, Onee-chan ini adalah–"
"Kami hanya teman lama!" dengan cepat, Fely menutup telinga Dylan. Karena geram, lelaki itu pun melepaskan rangkulannya.
"Ah, sudahlah. Aku tidak peduli!" Dylan berjalan cepat keluar kamar kakaknya. Tapi, ia tidak langsung pergi ke kamar. Dylan menghentikan langkah. Berdiri di tempatnya berada yang tak jauh dari kamar kakak. Karena, ia sempat mendengar suara Fely dan Takana yang sedang berbincang.
"Jangan sampai Dylan tahu kalau kau itu adalah seorang Oniroshi!"
"Yah..., gomennasai. Aku juga berusaha untuk menyembunyikannya. Tapi sangat sulit."
"Jaga saja mulutmu. Intinya jangan sampai dia tahu. Kau ingin menyelesaikan misi mu, kan?"
"Ya. Watashi wa kare no hogo yūjin ni narimasu!"
"Cih! Lagi-lagi kata tersembunyi itu menggunakan bahasa Jepang! Menyebalkan!" batin Dylan.
Karena mendengar bahasa Jepang itu, Dylan jadi teringat sesuatu. Ia ingin mencaritahu apa arti dari kata bahasa Jepang yang suka diucapkan Takana padanya.
Mumpung ingat, hari ini, detik ini juga, ia akan langsung mencaritahu arti dari kata itu!
Dylan pun kembali menggerakkan kakinya. Berjalan cepat menuju kamar. Saat di kamar, ia langsung membuka komputer. Membuka pencarian, mengetik translate. "Akan ku hilangkan rasa penasaranku hari ini juga!"
"Kira-kira, apa yang biasa Takana katakan pas itu, ya?" gumam Dylan yang sedikit lupa.
"Ah, tidaaak! Kenapa giliran aku ingin menerjemahkan kata itu, tiba-tiba saja aku malah melupakan kata-kata yang ingin kuterjemahkan itu." Ternyata dia benar-benar lupa.
"Apa ya? Apa yang suka dikatakan Takana padaku? Ah! Aku lupa parah!"
"Jadi, kau melupakan kata-kata yang sering diucapkan temanmu itu?"
"Eh?" Secepatnya Dylan berbalik badan. Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada seseorang yang berbicara padanya. Dylan melihat ke sekeliling kamar dan ternyata, tidak ada siapapun di kamarnya. Hanya ada dirinya seorang.
"Apa itu Coki?" gumam Dylan yang masih mencaritahu asal suara tadi. "Masa Coki? Tidak mungkin! Eh, apa jangan-jangan, ada seseorang di depan pintu kamar?"
Kalau begitu, Dylab akan melihatnya. Secara perlahan, ia mengintip ke luar pintu kamar. Ternyata, di depan sana juga tidak ada siapa-siapa.
"Lalu, suara siapa tadi itu?"
"Watashi wa anata no hogo Yujin desu!"
"Suara itu lagi!"
Kali ini, suara itu dekat sekali dengannya. Seseorang telah membisikkan sesuatu pada Dylan.. "Watashi wa anata no hogo Yujin desu!". Seseorang itu telah membisikkan kata itu. Sepertinya Dylan tidak asing dengan kata-katanya.
"Watashi wa anata no hogo Yujin desu! Itulah kata-kata yang suka diucapkan temanmu."
Secepatnya Dylan berbalik badan. Seseorang itu, telah mengucapkan kata itu lagi. "Siapa sih sebenarnya?! Apa itu hantu? Apa dia ingin menakutiku? Hari masih sore, masa jam segini, hantu sudah muncul."
Mata Dylan melirik ke arah jendela kamar dan terkejut. Di sana, ia melihat ada seekor kucing hitam yang sedang tidur di depan jendela.
"Kucing hitam tiba-tiba muncul? Pertanda apa ini? Apa benar, hantu itu telah ada di dekatku? Hanya dengan tanda dari seekor kucing hitam itu?" batin Dylan. "Eh! Apa yang kupikirkan, sih?! Itu hanya kucing hitam. Mitosnya memang banyak, tapi aku tidak percaya dengan salah satu dari mitosnya."
Dylan memiliki satu cara untuk mengetahuinya. Ia akan memeriksa keadaan di sekitar kamarnya. Ia kembali menghadap ke depan pintu kamar. Lalu, dengan cepat, ia membungkuk dan melongok di antara dua kaki dengan posisi kepala ada di bawah.
Katanya, KATANYA! Dengan cara seperti itu, ia bisa dapat melihat hantu dengan mudah.
Di antara dua kakinya, Dylan memfokuskan mata pada kucing hitam di sana. Ternyata tidak ada hasilnya. Dylan pun kembali memposisikan tubuhnya seperti semula dengan berdiri tegak.
Lalu, tak lama kemudian, ia ulangi lagi. Dylan kembali membungkuk dan mengintip di antara dua kaki. Kali ini ia terkejut. Di dekat jendela itu berdiri seorang laki-laki besar berjubah hitam yang berdiri menghadap ke jendela.
Dylan tidak percaya dengan apa yang ia lihat itu. Dylan pun kembali berdiri tegak, lalu mengucek-ucek matanya. Siapa tahu saja ia salah lihat.
Lalu setelah itu, Dylan kembali membungkuk dan terkejut. Sangat terkejut. Saat ia melihat kembali melihat di antara dua kakinya lagi, Dylan dikejutkan oleh sosok laki-laki berjubah besar itu yang semakin mendekat ke arahnya, hingga akhirnya, wajah menyeramkanya dan mata melototnya menatapnya.
Di sana, Dylan hanya diam saja. Mendadak tubuhnya tidak bisa digerakkan. "Eh?! Kenapa ini?!"
BUK!
"Aduh!"
Tiba-tiba saja, pintu kamarnya terbuka sendiri. Dylan terjatuh ke lantai karena terdorong oleh pintu itu. Ternyata, yang membuka pintu adalah Fely dan Takana. "Mau apa mereka berdua ke kamarku?"
"Eh, Dylan-san? Apa yang kau lakukan? Kenapa tiduran di lantai?" tanya Takana.
"Bukan urusanmu! Aduh," Dylan kembali berdiri sambil menyentuh punggungnya yang sakit. "Eh, ada perlu apa kalian masuk ke kamarku?"
"Sepertinya tidak ada apa-apa di sini. Semuanya terlihat aman. Tapi, yang tadi kurasakan itu... sangat berbahaya." Gumam Fely sambil memperhatikan sekeliling kamar Dylan.
Dylan sendiri mendengar gumamannya itu. "Apa maksudnya berbahaya?"
"Ah, tidak ada apa-apa, kok!" Fely hanya tertawa. Lalu ia pun kembali keluar kamar. Yang tertinggal di sana hanya Takana saja. Dia menatap tajam pada Dylan. Tapi tak lama kemudian, dia kembali tersenyum. Anak gadis itu tertawa sendiri.
"Apa yang kau tertawakan? Tidak ada yang lucu!" Dylan membentak Takana.
Takana pun tersentak. "Tidak ada, kok!" Dia kembali terdiam. Ia tidak melangkahkan kakinya seperti yang Fely lakukan untuk keluar dari kamar. Dia hanya diam saja di depan pintu.
"Hei, kalau tidak ada urusan denganku, lebih baik kau pergi saja, sana!" Dylan mendorong dan mengusir Takana keluar dari kamar.
"Dylan-san! Watashi wa anata no hogo Yujin desu!"
"Yujin desu! Yujin desu! Bodo ah! Aku tidak peduli... Eh?"
Dylan akhirnya ingat! Itu dia kata-kata yang ingin ia terjemahkan. 'Watashi wa anata no hogo Yujin desu'. "Ya! Kata itu. Aku harus segera menerjemahkan bahasa itu secepatnya!"
Dylan mendorong Takana keluar kamar, lalu langsung menutup pintu kamar dan menguncinya. Tidak ada suara Takana lagi. Mungkin dia sudah pergi. "Baiklah, sekarang saatnya mengetahui arti dari bahasa Jepang itu!"
Dylan tidak menggunakan komputernya. Karena, di komputer, tidak ada ketikan huruf jepang. Jadi, ia menggunakannya di ponsel.
Di translate, ia mengetik kata "私はあなたの保護 ゆじんです"
"Dan sekarang, kita tunggu hasil terjemahnya. Dan inilah hasilnya! Aku bisa juga menerjemahkannya!"
Dylan pun membaca arti dari kata bahasa Jepang itu. Artinya adalah, "Aku akan menjadi teman pelindungmu!"
"Eh? Teman pelindung? Maksudnya apa?" Dylan bergumam dalam hati sambil memikirkan maksud dari arti itu.
"Aku akan menjadi teman pelindungmu!"
Itulah yang suka Takana katakan padanya disaat ia meminta pertemanan dengan Dylan. "Eh, tunggu dulu, kalau kupikir-pikir....
"Setiap Takana memintaku untuk menjadi temannya, aku pasti bertanya 'kenapa?'lalu, dia selalu menjawab dengan kata 'Watashi wa anata no hogo Yujin desu!' yang artinya, 'Aku akan menjadi teman pelindungmu!'.
"Jadi, itukah alasan Takana ingin menjadi temanku. Dia hanya ingin melindungiku? Tapi, melindungi diriku dari apa? Apa aku sedang dalam bahaya?
"Sepertinya, aku harus tanya langsung pada Takana.
"Eh! Sebaiknya jangan. Jika aku bertanya pun, Takana pasti tidak akan menjawabnya!
"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan? Aku semakin penasaran. Apakah ada rahasia lain yang Takana sembunyikan dariku?"
Dylan kembali memikirkannya. Lalu, tak lama kemudian, ia kembali terbayang dengan kata-kata yang diucapkan Fely kepada Takana saat di dalam kamarnya.
"Jangan sampai Dylan tahu kalau kau itu adalah seorang Oniroshi!"
Itulah kata yang diucapkan kakaknya. "Oniroshi? Maksudnya apa? Seorang Oniroshi? Apa itu?"
"Di ambil dari kata 'Oni' yang artinya..., sebentar! Aku terjemahkan juga kata itu!
"Kata 'Oni' menggunakan kanji (鬼), yang artinya... adalah... "Setan" ?!"
Selama ini, Takana selalu memukuli Dylan sambil berteriak "Oni". Kalau Oni itu artinya adalah "Setan", itu berarti, Takana menganggap kalau Dylan tui adalah Setan.
"Atau, apa jangan-jangan, dia melihat sesuatu yang ia anggap setan di sekitarku?" Dylan jadi merinding sendiri setelah dibayangkan. "Hmmm..., aku masih belum tahu itu. Coba kupikirkan lagi."
"Kalau misalnya Takana melihat setan di dekatku, itu berarti, Takana bukanlah manusia biasa. Karena, tidak semua orang bisa melihat makhluk seperti itu. Hanya orang khusus yang sudah ahli dalam ilmu sesuatu atau semacamnya saja yang bisa melihat makhluk gaib. Siapa Takana itu sebenarnya?
"Aku tidak tahu. Dari awal, aku juga sudah menganggap kalau Takana itu bukanlah manusia biasa.
"Saat pulang sekolah beberapa hari yang lalu, Takana menyelamatkanku dari serangan sesuatu yang berwarna hitam gelap. Sebuah bayangan yang mengikat tanganku dan menyebabkan rasa sakit pada tubuhku. Takana menghilangkan bayangan aneh itu hanya dengan menyentuhnya saja.
"Semenjak, Takana tinggal di rumahku, Takana sangat mengganggu sekali. Dan tidurku jadi tidak tenang. Lalu, pada pagi harinya, kamarku terlihat rapih sekali.
"Kemudian saat kami berangkat ke sekolah bersama, ia menyelamatkanku dari truk besar yang melaju ingin menabrakku. Anehnya lagi, Takana masih bisa bertahan setelah ia tertabrak truk itu. Semua orang malah jadi kagum dengan Takana.
"Lalu belum lama ini, saat aku berada di sekolah. Tepatnya di belakang sekolah, aku dipukuli oleh teman-temannya Kei. Sebelum jatuh pingsan, aku sempat melihat amarah Takana yang sangat mengejutkan.
"Ia mengeluarkan sebuah cahaya berwarna biru, lalu dengan cepat, Takana mendorong kedua temannya Kei sampai mereka berdua terpental jauh.
"Hmm..., sepertinya, aku harus mencaritahu sendiri tentang kepribadian Takana! Aku tahu harus bagaimana.
"Kakakku juga menyembunyikan sesuatu dariku. Sepertinya, Takana dan kakakku ada hubungan penting yang sedang mereka rahasiakan dariku. Pokoknya, mau tidak mau, aku harus mengetahuinya!"
****
Malam harinya–
GREEK....
Diam-diam, Dylan memasuki kamar kakaknya. Gelap sekali di dalam sana. Tapi, Dylan memakai penerangan dari layar ponselnya. Ia akan mencari sesuatu di dalam kamarnya.
Sesuatu yang terlihat mencurigakan. Pokoknya, Dylan akan menggeledah kamar itu. Mumpung, kakaknya sedang tertidur pulas. "Dia kan wanita yang pemalas. Tidurnya pulas sekali. Tidak akan bisa dibangunin sampai hari akhir pun."
Pertama, Dylan akan memeriksa laci di lemari kamarnya. Dari yang paling bawah sampai ke atas. Di dalam hanya ada barang-barang aneh yang tidak ia mengerti. "Huh, lagi-lagi kakakku menyimpan yang seperti ini. Entah apalah gunanya."
Dylan memeriksa lemari bonekanya. Lalu, ia menemukan sebuah boneka yang menarik perhatiannya. Sebuah boneka plastik laki-laki yang sedang duduk. Dylan penasaran dengan boneka itu. Ia memegang dan mengangkatnya dari boneka-boneka yang lainnya.
Diperiksa boneka itu. Tidak ada yang mencurigakan sih. Tapi, sebelum Dylan menaruhnya kembali, ia sempat melihat ada seutas benang merah di rambutnya. "Apa aku harus menariknya? Siapa tahu saja ada yang tersembunyi di dalam sana."
Dylan menggeleng. Ia mengurungkan niat untuk menarik benang merah itu. "Hah, lebih baik aku tidak menariknya. Siapa tahu saja ini jebakan!"
"Iya! Itu memang jebakan untukmu!"
Dylan terkejut. Tiba-tiba suara kakaknya muncul.
Dia terbangun. Dylan pun langsung berbalik badan ingin melarikan diri. Lalu seketika, beberapa benang merah keluar dari dalam boneka itu. Benang merah itu mengikat tangan dan kaki Dylan dengan cepat. Intinya, seluruh tubuhnya dipenuhi benang merah kusut. Dylan tidak bisa bergerak dan terjatuh ke lantai.
Fely bangun dari tempat tidurnya dan berkata, "Akhirnya, aku bisa menangkapmu!" Ia tersenyum sambil menatap Dylan. Lelaki itu tidak bisa melihat jelas wajahnya karena di kamarnya terlalu gelap.
"Apa yang akan ia lakukan padaku?!"
*
*
*
To be Continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments