Episode 2~ Takana Utsuki

Saat sampai di rumah, Dylan langsung pergi ke kamar. Melempar tasnya ke atas tempat tidur, lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi, rasanya memang sangat menyegarkan. Ia mengganti pakaian. Setelah itu, ia mengambil kembali komik yang baru saja dibeli tadi. Lebih tepatnya, gadis berambut putih itu yang membelikan komik ini untuk Dylan.

Dylan pun mulai membaca komik itu sambil memeluk Dakimakura miliknya. Kalau soal membaca komik, ia paling cepat. Tiba-tiba saja ia sudah sampai di halaman ke-40 dan hampir tamat. Lalu pada saat Dylan membuka halaman berikutnya, ia terkejut.

Terkejut saat melihat karakter Manga yang muncul di dalam komiknya. Ternyata karakter baru. Kenapa di bab terakhir itu ada sosok perempuan yang ia lihat di toko buku tadi?

"Eh! Benar-benar mirip! Sangat mirip."

Dari model rambut dan warnanya. Hingga mata besarnya dan postur tubuhnya, juga sangat mirip. Wajahnya juga terlihat persis digambarkan seperti gadis tadi.

"Apakah perempuan tadi itu sedang Cosplay menjadi karakter ini? Tapi kan komik ini baru saja liris. Bagaimana gadis tadi bisa tau wujud dari karakter baru ini? Apa komikusnya berteman dengan gadis itu, apa komikusnya yang membuat karakter ini terinspirasi dari gadis tadi?" batin Dylan panjang lebar memikirkannya.

Dylan tidak begitu yakin dengan pemikirannya. Tapi ia masih terheran dan mulai menutup bukunya karena selesai membaca komik tersebut. Ia penasaran dengan kelanjutannya dan juga penasaran dengan peran si karakter yang baru muncul tersebut.

****

Chapter 2: [Takana Utsuki ]

****

Keesokan harinya–

Pagi-pagi seperti ini, Dylan sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Tapi sebelum itu, ia memberi makan Coki terlebih dahulu, agar dia tidak bawel!

Setelah itu, berjalan ke pintu depan. Memakai sepatu, menggendong tas, mematikan lampu rumah, memutar kenop pintu dan membukanya. "Saatnya memulai hari baru yang membosankan!"

****

Di sekolah–

Kelas 3-A, adalah kelasnya Dylan.

Kelas ini adalah kelas ternakal, tergaduh, dan terberisik satu sekolah. Sudah sampai memecahkan rekor kelas buruk terbaik. Kelas ini dipenuhi oleh anak-anak berandalan. Entah itu laki-lakinya atau perempuan juga sama saja.

Saat ini, Dylan sedang duduk di tempatnya, memandang keluar jendela yang ada di samping sambil menopang dagu. Sekalian juga, sambil menikmati kebisingan di kelas ini dan juga menunggu bel masuk berbunyi.

PUK!

"Eh? Aduh... apa ini?"

Seseorang baru saja melemparkan segulung kertas ke arah Dylan. Semua anak di kelas langsung memandangnya dengan tatapan mereka yang membuatnya muak.

"Eh! Maaf. Aku pikir, kau tempat sampah, haha...."

"Hei, dia memang tempat sampah, loh. Karena sudah pernah tertulis di mejanya. 'Buanglah sampah pada temannya' haha...."

"Oh iya, kau benar juga, pffft...."

"Lagi-lagi mereka!" geram Dylan dalam hati.

"Dua murid perempuan yang sangat nakal. Kenapa mereka selalu melakukan hal ini kepadaku?"

Sampah yang mereka berikan pada Dylan tadi, langsung ia pungut dan buang ke tempatnya. Sekali lagi, Dylan menahan diri. Ia harus sabar. Almarhum ayahnya selalu bilang kalau ia tidak boleh membalas dendam pada siapa saja yang sudah menghinanya. Biarkan perbuatan mereka dibalas oleh Tuhan saja.

"Untung saja mereka perempuan!"

Dylan pun kembali ke tempat duduknya. Kelas ini semakin berisik saja. Ada yang main lempar-lemparan kertas, merokok di dalam ruangan, dan bercanda secara berlebihan, juga berbicara kasar seenaknya. Dylan berharap ia bisa pindah dari kelas itu. Ia juga beeharap, kelas yang lainnya tidak berperilaku seperti mereka-mereka itu.

Karena perbuatan mereka, tidak patut untuk ditiru!

****

KRIIIING... KRIIIING....

Pada akhirnya, waktu ketenangan datang juga. Jika bel masuk berbunyi, semua murid di kelas ini langsung diam dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Walau mereka nakal, tapi bagusnya, mereka masih takut dan menghormati guru.

GREEEKKK....

Pintu kelas pun bergeser dan terbuka. Terlihat di sana, seorang guru yang cantik datang. Itu wali kelasnya Dylan. Namanya Bu Aprilia.

Dylan selalu memanggilnya Bu April. Beliau sangat baik hati dan selalu sabar dalam menghadapi murid-murid nakal di kelas itu. Intinya, dia guru terbaik yang Dylan miliki.

Bu April berjalan mendekati mejanya. Diikuti oleh seorang anak lain di belakangnya.

"Eh! Tunggu dulu." Dylan terkejut. Murid yang dibawa Bu April itu ternyata adalah gadis yang bertemu dengannya saat di Toko Buku kemarin!

Kenapa dia ada di sini? Apa dia murid baru? Tapi kalau memang murid baru, kenapa ia datang saat pertengahan semester

Mendadak sekali. Tak lama lagi ujian akhir semester 1. Tidak punya banyak waktu untuk belajar bersama di kelas. Semua materi pelajaran telah dibahas. Apa dia sanggup?

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu April.

"Pagi, Bu!" sahut semua murid.

"Anak-anak, hari ini kita punya teman baru." Bu April menengok ke samping kirinya. "Ayo, perkenalkan dirimu!"

"Ha–halo! Hajimemashite! Nama saya Takana Utsuki. Saya murid pindahan dari Tokyo. Yoroshiku onegai shimasu! " ucap perempuan yang bernama Takana itu sambil membungkukkan badannya.

"Eeehhh?" Semua anak menelengkan kepalanya karena bingung. "Apa yang dia bicarakan itu?"

"Oh, Takana ini berasal dari Jepang. Jadi mohon bantuan kalian, ya. Dia mungkin agak kesulitan dalam bahasa kita, tapi kalian bisa mengajarkan padanya." Jelas Bu April.

Semua murid mengangguk paham.

"Nah, sekarang, Takana duduk di...."

"Di sana saja, bu! Dekat dengan si anak No life itu!" Salah satu anak menunjuk ke arah Dylan. Dylan terkejut begitu ditunjuk. Tapi memang benar kalau di sampingnya itu ada kursi kosong.

"Ah! Kenapa kebetulan sekali, sih?" Sekali lagi ia menggeram dalam hati.

"Ah, iya. Itu ada kursi kosong di belakang sana. Takana duduk di sana, ya?" kata Bu April sambil menunjuk ke arah kursi kosong yang ada di samping Dylan.

Takana mengangguk paham. Lalu, ia berjalan ke arah tempat yang ditunjukkan Bu April tersebut.

Saat sampai di tempat duduknya itu, Takana memeriksa keadaan meja dan kursi yang ia miliki. Lalu setelah itu, ia meletakkan tasnya di samping meja dan dirinya menduduki kursi tersebut.

Dylan berusaha untuk membuang muka dari orang Jepang itu. Bukan bermaksud sombong padanya, tapi entah kenapa ia tidak mau memandang anak gadis itu. Karena, gadis itu benar-benar mirip dengan karakter imut di komik yang ia baca kemarin.

"Eh, hei! Anda!"

Dylan mendengar suaranya. Secepatnya ia menengok ke arahnya dan terkejut. Tiba-tiba saja gadis itu berada dekat sekali di depan wajahnya. Wajah putih yang mulus dan imutnya itu membuat wajahnya memanas.

"Oh tidak, ini terlalu dekat!"

Dylan mendorong gadis itu secara perlahan untuk menjauhkan pandangannya darinya. Akhirnya lega. Tapi tetap saja, dia masih menatap Dylan dengan mata biru yang besar.

"A–apa yang kau inginkan?" tanya Dylan dingin.

"Anu ... apa anda orang yang kemarin di toko buku itu?" tanyanya balik.

Dylan hanya mengangguk cepat dengan ekspresi wajahku yang masih sedikit memerah.

"Oh, soo desu ne..., " gumamnya. "Apa anda sekolah di sini?"

"Tentu saja, dasar bodoh! Kau bisa lihat sendiri aku berada di tempat ini, kan?!"Entah kenapa tiba-tiba Dylan membentaknya. Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca. "Eh? Apa dia akan menangis karena aku sudah membentaknya?"

Namun sepertinya tidak. Saat Dylan perhatikan, mata Takana itu tidak melirik ke arahnya. Melainkan, ia sedang melirik ke arah lain yang ada di dekatnya. Matanya melirik ke belakang pundak. "Apa yang dia lihat?"

"Oni!" teriak Takana tiba-tiba. Lalu ia melompat ke arah Dylan dari tempat duduknya. Ia memukuli kepala Dylan dengan buku yang ia pegang. Semuanya terkejut dan langsung menengok ke arahnya. Semua mata terpaku pada Dylan dan sikap Takana yang aneh.

"ONI! ONI! ONI! "

Kata-kata itu yang selalu ia katakan sambil memukul Dylan. Lelaki itu sendiri juga tidak tahu apa artinya "Oni" itu.

"Aduh! Aduh! Takana..., berhenti!" bentak Dylan lagi. Tapi, semakin ia membentak dan memberontak padanya, maka semakin kuat pukulannya. "Masa aku harus diam saja? Sakit tahu!"

Bu April menghampiri mereka berdua. Dia berusaha untuk memisahkan Dylan dengan Takana. Lalu tak lama kemudian, akhirnya, Takana bisa tenang juga.

"Sakit ..." Kepala Dylan terasa pusing. Takana kembali duduk di tempatnya dengan tenang. Tapi ekspresi wajahnya benar-benar tegang dan ketakutan.

"Ada apa dengannya? Astaga, ini mengejutkan!"

Seketika, satu kelas menjadi berisik karena kejadian ini. Murid baru itu benar-benar aneh. Karena gadis itu tidak melakukan hal ini sekali saja, tapi berkali-kali.

Kadang, sejam sekali, Takana mengamuk pada Dylan. Jam olahraga, Dylan dikejar-kejar olehnya. Saat di kantin, Takana selalu ribut dengannya. Sampai akhirnya, ia dibawa ke ruang kesehatan sekolah.

"Ini sangat menyebalkan!"

Dylan benar-benar tidak mengerti dengan anak baru asal Jepang itu. Tapi, kalau ia perhatikan, tampang perempuan itu saat sedang memukulinya, benar-benar berekspresi seperti orang ketakutan.

"Tunggu! Apa aku terlalu menakutkan untuknya? Eh, tidak mungkin. Dia pasti melihat sesuatu yang tidak bisa kulihat dengan mataku. Tapi apa itu?"

****

Pukul 2 siang–

Saat ini, Dylan sedang berada di dalam ruang kesehatan untuk beristirahat. Kepalanya diperban sedikit karena mendapat benturan dari benda tumpul.

Ini semua gara-gara gadis yang bernama Takana itu. Dialah yang menyebabkan Dylan jadi seperti itu. Ia merasa tidak nyaman berada di dekat gadis tersebut. Hari ini, kehidupannya tidak jadi menyenangkan seperti yang ia harapkan.

GREEKK....

"Eh?"

Dari atas ranjang, Dylan menengok ke arah pintu ruangan itu yang tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Lalu dari balik pintu itu, muncul seorang anak perempuan. Itu Takana!

"A–anu..., Dylan-san? Boleh aku masuk?" tanyanya sambil mengintip dari balik pintu itu.

Dylan mendesah berat dan mengangguk tanpa menatap perempuan itu. Takana merasa senang. Lalu, ia berjalan cepat menghampirinya.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Dylan dengan tatapan dingin padanya.

"Umm..., apa anda ingin menjadi temanku, Dylan-san?" Takana menekuk kedua telunjuknya ke depan.

"Tidak." Dylan menolaknya mentah-mentah. "Setelah apa yang kau lakukan padaku, dan sekarang kau tiba-tiba ingin menjadi temanku? Huh, dasar!"

"Ugh! Saya tidak sengaja melakukan itu." Ucapannya merasa tidak enak dan menyesal. Tapi Dylan merasa tidak nyaman saja dengan gaya bicaranya.

"Ikh! Bahasamu terlalu baku. Aku merasa tidak nyaman. Bisa bicara seperti biasa aja?"

"Tapi, di dalam kamus saya, semua berkata seperti ini."

"Apa itu kamus Bahasa Indonesiamu?"

"Hai, saya membuatnya sendiri."

"Oh, benarkah?"

"Iya."

Seketika jadi hening kembali. Dylan turun dari atas tempat tidurnya, dan berjalan mendekati jendela. Tubuhnya mulai berenergi kembali. Ia membuka jendela di sana, cahaya dan angin sejuk masuk ke dalam ruangan.

Takana kembali membuka beberapa halaman buku kamusnya. Berusaha untuk mencari kata-kata terjemahan yang akan ia ucapkan. Setelah ketemu, Takana kembali membuka mulutnya. Tapi, sebelum ia mengatakan sesuatu, Dylan sudah menyela duluan.

"Apakah Jepang mempelajari Bahasa Indonesia?" tanyanya.

Takana mengangguk. "Mochiron! Saya sangat menyukai bahasa Indonesia, tapi saya masih belum bisa untuk menguasai Bahasa itu." Jelas Takana.

"Oh, apakah susah?"

"Iya, begitulah."

Dylan mengangguk paham. Lalu kembali memandang keluar jendela. Menatap beberapa anak yang sedang bermain bola di lapangan.

"Anu..., apa aku boleh menjadi temanmu?" tanyanya lagi.

"Hmm..., kenapa kau ingin menjadi temanku?"

"Karena..., watashi wa anata no hogo yujin desu! "

Dylan menelengkan. "Hah? Apa artinya itu?"

"Maaf, aku tidak bisa memberitahumu."

"Loh?"

"Sekarang, terimalah aku menjadi temanmu!" Takana kembali memohon.

Dylan menggeleng pelan. "Kalau kau ingin menjadi temanku, kau harus memberitahu arti kata-kata yang kau ucapkan itu dulu. Baru aku terima!"

"Tidak, aku tidak bisa memberitahu mu!" tegas Takana.

"Oke kalau begitu, terserah kau saja. Sudahlah, aku ingin kembali ke kelas. Jangan dekati aku lagi, cewek aneh!" tegasnya sambil berjalan keluar dari ruang kesehatan itu. Sementara Takana masih berdiri di depan pintu sambil memandang Dylan yang sedang berjalan di lorong.

****

Di lapangan sekolah, sedang ada pertandingan bola basket. Banyak murid lain yang sedang menonton. Entah itu dari atas gedung sekolah atau menonton dari pinggir lapangannya langsung.

Kalau di pinggir lapangan ini, sepertinya, kebanyakan adalah murid perempuan. Karena mereka memperhatikan salah satu dari pemain basket yang hebat itu. Dia bernama Kei Sebastian.

Dia cukup popular karena wajahnya yang tampan dan gayanya yang keren dalam bermain basket. Orangnya benar-benar hebat, pokoknya.

Tapi kalau Dylan, menganggap orang itu biasa saja.

"DYLAN AWAS!"

Seseorang meneriakkinya. Dylan terkejut dan segera menengok. Ternyata ada sebuah bola basket yang datang cepat ke arahnya. Tak sempat menghindar, refleks Dylan hanya melindungi kepalanya dengan lengan.

BUK!

Seseorang telah menyelamatkannya dengan cepat. Orang itu adalah Takana!

Yang benar saja?!

Dengan cepat, ia muncul di hadapannya dan langsung mengambil bola basket itu. Tangannya sangat kuat. Lalu tak lama kemudian, Takana berlari melewati para pemain sambil membawa bola basket itu. Lalu saat dirinya sampai di dekat tiang ring basket, ia langsung melompat tinggi.

Sangat tinggi!

Takana memasukan bola itu ke dalam lubang ring-nya. Ia berhasil! Menakjubkan. Semua orang bertepuk tangan dan bersorak kagum untuk Takana.

Kei yang melihat kejadian itu juga merasa takjub dengan kehebatan Takana dalam bermain bola basket. Padahal dia anak perempuan dan tinggi tubuhnya hanya 150 cm saja!

Kei yang sadar kalau mulutnya itu ternga-nga, ia langsung menutupnya kembali. Lalu, setelah itu, dengan cepat, Kei berlari menghampiri Takana.

"Wow, permainanmu hebat sekali!" puji Kei pada Takana.

Takana menjawabnya dengan mengangguk dan tersenyum.

"Hei, aku benar-benar sangat takjub dengan kehebatan dan kekuatanmu itu. Jadi, maukah kau menjadi pacarku?" Kei mengangkat tangan kanan Takana, lalu ia pun berlutut pada Takana.

Dylan dan semua murid perempuan di sekitarnya sangat terkejut. Mereka berteriak histeris karena merasa iri. Mata mereka tersentak kaget saat melihat Kei yang tiba-tiba saja menembak Takana. Tapi, Takana tidak berekspresi. Dia hanya diam saja sambil melirik ke sekitar dan kebingungan.

"Hei, bagaimana?"

Takana kenapa hanya diam saja? Tunggu! Apa jangan-jangan dia tidak mengerti apa yang Kei katakan?!

Takana celingak-celinguk, mencari sesuatu sambil memeriksa setiap kantung seragam dan rok yang dikenakannya itu. Sepertinya Takana sedang mencari buku kamusnya. Pasti buku kecil buatannya itu menghilang!

Dylan juga melirik ke sekelilingnya dan mencari buku itu. Tak lama Takana memfokuskan matanya pada Dylan. Lelaki itu terkejut saat ia tiba-tiba memandangnya. Lalu, dengan cepat, Takana berlari ke arah Dylan dengan cepat.

"Ah! Apa yang akan dia lakukan padaku sekarang? Apa dia ingin memukulku lagi?!

Kalau memang begitu, aku harus lari. Menghindar darinya!"

Sebelum pergi, Dylan sempat melirikkan matanya ke bawah. Eh, ternyata buku Takana itu ada di depan kakinya. Dylan akan mengambilnya, tapi tiba-tiba saja, benturan keras menghantamnya dengan cepat.

Takana?

Iya! Takana! Anak itu telah menabrak Dylan sampai terjatuh. Tapi yang paling mengejutkan lagi, saat mereka terjatuh ....

Bibir Takana menyentuh bibir Dylan!

Dengan posisinya yang tertindih tubuh gadis itu, Dylan dan Takana saling menatap kebingungan. Dia terlihat biasa saja. Tapi sepertinya, wajahnya memerah. Semua orang memperhatikan mereka.

"CIEEEEE!!!"

"Ce–cewek itu...."

"Barusan, dia mencium cowok itu, kan?"

"I–iya! Tidak bisa dipercaya!"

Para murid perempuan yang ada di sekitar, mulai bersorak dan membicarakan mereka. Dylan merasa tidak nyaman dan agak kesal. Lalu dengan cepat, ia mendorong Takana dan langsung kembali berdiri.

Lalu tanpa menatap ke arah Takana lagi, ia langsung pergi meninggalkannya. Takana mengepal tangannya, lalu menempelkan tangannya itu ke dadanya. Ekspresinya terlihat sedih. Kemudian ia mengambil kembali buku kecilnya dan langsung berlari menyusul Dylan.

Kei yang masih berdiri di tengah lapangan itu, terus menatap bingung pada Takana. Lalu, salah satu temannya mendekati dirinya, lalu menepuk-nepuk pundaknya.

"Yang sabar, Kei! Aku juga tahu, cinta ditolak itu memang tidak enak. Tapi setidaknya, kau masih memiliki cewek lain di sini." Kata temannya itu.

"Aku belum ditolak. Cewek itu masih belum menjawab ku." Kei melirik tajam pada temannya.

"Tapi dia sudah mempunyai pacar. Pacarnya itu si Dylan anak No life itu, loh!"

"Tidak mungkin anak no life punya pacar! Pokoknya, aku akan tetap mengejar cewek itu." Ujar Kei sambil berlari meninggalkan temannya di belakang. Ia akan pergi mencari Takana, si cewek yang sedang ia incar.

*

*

*

To be Continued–

Terpopuler

Comments

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

Kalo di scroll. panjang banget ceritanya

2021-07-14

1

kirkiraaa

kirkiraaa

mantappp

2020-08-23

0

Friska Petra

Friska Petra

saya suka.. saya sukaa..

2020-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1~ Perempuan Asing
2 Episode 2~ Takana Utsuki
3 Episode 3~ Pulang sekolah bersama Takana
4 Episode 4~ Sedang apa Takana di rumahku?!
5 Episode 5~ Cerita Takana
6 Episode 6~ Pacar?!
7 Episode 7~ Serangan Oni
8 Episode 8~ Pemikiran Dylan
9 Episode 9~ Firasat buruk
10 Episode 10~ Janji Kei
11 Episode 11~ Takana yang Sebenarnya
12 Episode 12~ Bahaya yang mengintaimu dari belakang!
13 Episode 13~ Darling
14 Episode 14~ Jalan keluar
15 Episode 15~ Pulang
16 Episode 16~ Tanaka Utsuki
17 Episode 17~ Darling Takana
18 Episode 18~ Darling Takana, part 2
19 Episode 19~ Study tour
20 Episode 20~ Study tour, part 2
21 Episode 21~ Study tour, part 3
22 Episode 22~ Bu April vs Tanaka Utsuki
23 Episode 23~ Kenangan untuk bangkit kembali!
24 Episode 24~ Friends Monster
25 Episode 25~ Takana Utsuki vs Aprilia-sensei
26 Episode 26~ Takana Utsuki vs Aprilia-sensei, part 2
27 Episode 27~ Save my friends
28 Episode 28~ Perasaan Dylan
29 Episode 29~ Senyuman dan masa lalu
30 Episode 30~ Sakit
31 Episode 31~ Cerita Fely
32 Episode 32~ Monster lain muncul kembali?!
33 Episode 33~ Pink
34 #Interlude
35 Episode 34~ Kucing Hitam
36 Episode 35~ Kucing Hitam, part 2
37 Episode 36~ Takana dan Tanaka
38 Episode 37~ Pacar Kei
39 Episode 38~ Pasangan untuk Fely
40 Episode 39~ Teman Masa Kecil
41 Episode 40~ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan
42 Episode 41~ Maaf
43 Episode 42~ Elthan Syahputra
44 Episode 43~ Elthan Syahputra, part 2
45 Episode 44~ Elthan Syahputra, part 3
46 Episode 45– Fely dan Ethan
47 Episode 46– Toko Buku
48 Episode 47– Jarum Mematikan
49 Episode 48– Siapakah Onirida itu?
50 Episode 49– Sel Siluman
51 Episode 50– Menghilang
52 Episode 51– Kembali Ke Sekolah
53 Episode 52– Pertarungan Irvan
54 Episode 53– Element
55 Episode 54– Pertempuran Dimulai
56 Episode 55– Oni di Sekolah
57 Episode 56– Musuh yang Kuat
58 Episode 57 – Lucid & Lucia
59 Episode 58– Teman-teman Baru
60 Episode 59 – Teman-teman Baru (2)
61 Episode 60– Teknik Penggabungan
62 Episode 61– Oni di Kota
63 Episode 62– Oni di Kota (2)
64 Episode 63– Gadis yang Sendirian
65 Episode 64– Setelah Insiden Sore Hari
66 Episode 65– Asuka & Ethan
67 Episode 66– Pagi Hari
68 Episode 67– Supermarket
69 Episode 68– Supermarket (2)
70 Episode 69– Jebakan
71 Episode 70 – Misi Penyelamatan
72 Episode 71– Musuh Baru
73 Episode 72 – Shikoo
74 Episode 73– Kabur dari Bahaya
75 VERSI REMAKE TELAH LIRIS!!
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Episode 1~ Perempuan Asing
2
Episode 2~ Takana Utsuki
3
Episode 3~ Pulang sekolah bersama Takana
4
Episode 4~ Sedang apa Takana di rumahku?!
5
Episode 5~ Cerita Takana
6
Episode 6~ Pacar?!
7
Episode 7~ Serangan Oni
8
Episode 8~ Pemikiran Dylan
9
Episode 9~ Firasat buruk
10
Episode 10~ Janji Kei
11
Episode 11~ Takana yang Sebenarnya
12
Episode 12~ Bahaya yang mengintaimu dari belakang!
13
Episode 13~ Darling
14
Episode 14~ Jalan keluar
15
Episode 15~ Pulang
16
Episode 16~ Tanaka Utsuki
17
Episode 17~ Darling Takana
18
Episode 18~ Darling Takana, part 2
19
Episode 19~ Study tour
20
Episode 20~ Study tour, part 2
21
Episode 21~ Study tour, part 3
22
Episode 22~ Bu April vs Tanaka Utsuki
23
Episode 23~ Kenangan untuk bangkit kembali!
24
Episode 24~ Friends Monster
25
Episode 25~ Takana Utsuki vs Aprilia-sensei
26
Episode 26~ Takana Utsuki vs Aprilia-sensei, part 2
27
Episode 27~ Save my friends
28
Episode 28~ Perasaan Dylan
29
Episode 29~ Senyuman dan masa lalu
30
Episode 30~ Sakit
31
Episode 31~ Cerita Fely
32
Episode 32~ Monster lain muncul kembali?!
33
Episode 33~ Pink
34
#Interlude
35
Episode 34~ Kucing Hitam
36
Episode 35~ Kucing Hitam, part 2
37
Episode 36~ Takana dan Tanaka
38
Episode 37~ Pacar Kei
39
Episode 38~ Pasangan untuk Fely
40
Episode 39~ Teman Masa Kecil
41
Episode 40~ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan
42
Episode 41~ Maaf
43
Episode 42~ Elthan Syahputra
44
Episode 43~ Elthan Syahputra, part 2
45
Episode 44~ Elthan Syahputra, part 3
46
Episode 45– Fely dan Ethan
47
Episode 46– Toko Buku
48
Episode 47– Jarum Mematikan
49
Episode 48– Siapakah Onirida itu?
50
Episode 49– Sel Siluman
51
Episode 50– Menghilang
52
Episode 51– Kembali Ke Sekolah
53
Episode 52– Pertarungan Irvan
54
Episode 53– Element
55
Episode 54– Pertempuran Dimulai
56
Episode 55– Oni di Sekolah
57
Episode 56– Musuh yang Kuat
58
Episode 57 – Lucid & Lucia
59
Episode 58– Teman-teman Baru
60
Episode 59 – Teman-teman Baru (2)
61
Episode 60– Teknik Penggabungan
62
Episode 61– Oni di Kota
63
Episode 62– Oni di Kota (2)
64
Episode 63– Gadis yang Sendirian
65
Episode 64– Setelah Insiden Sore Hari
66
Episode 65– Asuka & Ethan
67
Episode 66– Pagi Hari
68
Episode 67– Supermarket
69
Episode 68– Supermarket (2)
70
Episode 69– Jebakan
71
Episode 70 – Misi Penyelamatan
72
Episode 71– Musuh Baru
73
Episode 72 – Shikoo
74
Episode 73– Kabur dari Bahaya
75
VERSI REMAKE TELAH LIRIS!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!